Djoko Hartanto

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Djoko Hartanto
Dekan Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Masa jabatan
1997–2000
Sebelum
Pendahulu
Todung Barita
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir8 Oktober 1945 (umur 78)
Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia
PendidikanUniversitas Indonesia (Ir., Dr., Prof.)
Universitas Hawaii (M.Sc.)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Prof. Dr. Ir. Djoko Hartanto, M.Sc. (lahir 8 Oktober 1945) merupakan seorang akademisi dan guru besar teknik elektronika di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI). Ia berfokus pada rekayasa perangkat mikroelektronik dan perangkat sensor. Selain berkiprah di dalam lingkungan akademisi, Djoko juga memegang sejumlah jabatan penting di lingkungan UI dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Djoko dikenal karena perannya dalam mendirikan Mahawaditra dan Paragita sebagai unit kegiatan mahasiswa orkestra dan paduan suara di UI selama menjabat sebagai Pembantu Rektor bidang Kemahasiswaan.

Riwayat Hidup[sunting | sunting sumber]

Masa kecil dan pendidikan[sunting | sunting sumber]

Djoko dilahirkan pada tanggal 8 Oktober 1945 di Pasuruan, Jawa Timur. Ayahnya bekerja sebagai guru di sekolah rakyat.[1] Djoko menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat No. 76 yang terletak di Joglo, Banjarsari, Surakarta, pada tahun 1958. Ia kemudian pindah ke Jakarta dan bersekolah di SMP Sumbangsih Jakarta, yang diselesaikannya pada tahun 1961. Dari SMP Teladan Jakarta, Djoko melanjutkan ke SMA Negeri 3 Teladan Jakarta dan lulus pada tahun 1964.[2]

Setelah menamatkan SMA, Djoko melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT-UI) di Jakarta, yang pada saat itu baru saja dibuka dengan prakarsa dari sejumlah insinyur yang bekerja pada proyek CONEFO.[3] Djoko menempuh pendidikan di Jurusan Listrik (sekarang Departemen Teknik Elektro). Selama berkuliah, ia menjadi anggota Badan Perwakilan Mahasiswa FT-UI, Pencinta Alam Yexa Stufa,[4] dan resimen mahasiswa.[5] Sebagai anggota resimen mahasiswa, Djoko sempat mengikuti pelatihan militer di Markas Resimen Para Komando Angkatan Darat, Batujajar, pada tahun 1965, dan pendidikan penerbang layang ringan di Curug, Tangerang, pada tahun 1966.[2] Djoko Hartanto lulus pada tanggal 27 Februari 1971 dengan gelar insinyur. Ia dan enam orang mahasiswa FT-UI lainnya merupakan lulusan FT-UI pertama.[4]

Karier akademis[sunting | sunting sumber]

Karier sebagai dosen[sunting | sunting sumber]

Terinspirasi oleh ayahnya yang bekerja sebagai guru,[1] Djoko mulai mengajar sebagai dosen tetap di FT-UI pada tahun 1972, dan sebagai dosen tetap setahun kemudian.[2] Oleh Dekan FT-UI saat itu, Prof. Roosseno Soerjohadikoesoemo, Djoko diangkat sebagai Wakil Ketua Laboratorium Elektronika FT-UI. Ia juga menjadi staf ahli di Pusat Ilmu Komputer UI. Setelah Rooseno digantikan dari jabatannya sebagai dekan oleh Suwondo Bismo Sutedjo pada tahun 1974, Djoko diangkat menjadi Kepala Biro Perencanaan FT-UI hingga tahun 1976 dan sebagai Wakil Ketua Kabinet FT-UI hingga tahun 1979.[4][6]

Sebagai dosen teknik, Djoko terlibat dalam riset di pemerintahan. Ia diangkat sebagai Kepala Bidang Analisa Sistem Analysis di Pusat Analisa Informasi Keuangan Departemen Keuangan pada tahun 1977 dan sebagai Kepala Bidang Data Komunikasi dua tahun kemudian. Ia sempat dikirim ke luar negeri sebagai delegasi Indonesia ke Konferensi Tahunan Univac Association di Wina dan ke konferensi internasional mengenai Modern Budgeting and Accounting Procedures in Public Finance di Jerman Barat pada tahun 1978. Selain itu, Djoko menjadi peneliti pada riset komunikasi data integral di Departemen Keuangan dan Departemen Pekerjaan Umum.[6]

Pembantu dekan, pembantu rektor, dan direktur kemahasiswaan[sunting | sunting sumber]

Pergantian dekan terjadi pada tahun 1979 dengan pengangkatan Frits Bernhard Mewengkang sebagai dekan baru. Djoko diangkat oleh Mewengkang sebagai pembantu dekan untuk urusan akademis. Pada masa ini, Djoko melakukan penyusunan sejumlah makalah dan mengikuti sejumlah seminar dalam bidang komunikasi data di Jakarta dan dalam bidang pendidikan dan komputer di Adelaide dan Hawaii. Ia juga melakukan kunjungan kerja ke laboratorium riset di Eindhoven dan Tokyo.[4] Pada tahun terakhirnya sebagai pembantu dekan, Djoko juga menjadi Koordinator Kelompok Kerja Penyusunan Rencana Induk FTUI.[6]

Pada tahun 1982, terjadi pergantian rektor UI dari Mahar Mardjono ke Nugroho Notosusanto. Nugroho yang memiliki latar belakang militer menginginkan pembantu rektor bidang kemahasiswaan yang berasal dari kalangan resimen mahasiswa. Djoko, yang pernah menjadi anggota menwa, kemudian diangkat oleh Nugroho menjadi pembantu rektor bidang kemahasiswaan.[4][6] Pada masa jabatannya, Djoko ditugaskan oleh Nugroho untuk membentuk unit kegiatan mahasiswa (UKM) orkestra dan paduan suara sebagai bagian dari kebijakan institusionalisasi yang dijalankannya. UKM orkestra dan paduan suara kemudian berdiri dengan nama Mahawaditra dan Paragita pada tahun 1983.[7]

Setelah menjabat sebagai pembantu rektor bidang kemahasiswaan selama dua tahun, Nugroho yang juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kemudian mengangkat Djoko sebagai direktur kemahasiswaan di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1984.[6] Sebagai direktur kemahasiswaan, Djoko memimpin kontingen Indonesia dalam Universiade Musim Panas 1985 di Kota Kobe, Jepang. Ia juga melakukan pembinaan terhadap mahasiswa se-Indonesia melalui penyelenggaraan napak tilas rute para pahlawan selama Revolusi Nasional Indonesia.[2]

Nugroho meninggal secara mendadak pada tahun 1985 dan Djoko mengakhiri masa jabatannya sebagai direktur kemahasiswaan setahun kemudian.[6] Djoko diangkat menjadi anggota Senat Akademik FT-UI diakhir masa jabatannya sebagai direktur kemahasiswaan. Djoko kemudian melanjutkan pendidikannya dengan mengikuti program magister dalam bidang teknik elektro di Universitas Hawaii, dan lulus pada tahun 1988 dengan gelar M.Sc. Ia kemudian melanjutkan pendidikan doktor di Universitas Indonesia, yang diselesaikannya pada tahun 1993.[1] Ia kemudian menjadi anggota Senat Akademik UI (SA UI) setelah menyelesaikan pendidikan doktoral.[2]

Karier pasca-doktoral[sunting | sunting sumber]

Selama menjalani pendidikan doktoral, Djoko tetap aktif dalam kegiatan penelitian maupun pendidikan di FT-UI. Ia melakukan riset mengenai Transconductance Threshold Voltage di Universitas Hawaii pada tahun 1991, riset unggulan terpadu bidang mikroelektronika dari 1993 hingga 1996, dan sebagai ketua kelompok penelitian peralatan sensor dari tahun 1993. Pada tahun 1992 dan 1993, ia mengetuai tim persiapan pendidikan ekstensi FT-UI dan doktoral FT-UI. Secara struktural, Djoko menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan FTUI dari tahun 1993 hingga 1997 dan Kepala Laboratorium Elektronika FT-UI dari tahun 1994 hingga 1996.[6] Pada tanggal 3 Agustus 1996, Djoko dikukuhkan sebagai guru besar FT-UI dengan pidato berjudul Budidaya Elektron Bebas untuk Peningkatan Kesejahteraan.[2]

Dekan Fakultas Teknik Universitas Indonesia[sunting | sunting sumber]

Pada akhir bulan Januari 1997, Djoko dilantik menjadi Dekan FT-UI. Selama menjabat sebagai dekan, Djoko menggagas pembangunan gedung perpustakaan di FT-UI yang sekaligus berfungsi untuk memberikan informasi seputar teknik bagi masyarakat.[8] Ia juga membangun sebuah kantin khusus bagi dosen FT-UI[9] dan merintis hubungan kerja sama antara FT-UI dan universitas lain di Australia dan Jerman melalui program double degree untuk program sarjana.[10] Hubungan kerjasama tersebut membuahkan pengangkatan Djoko sebagai guru besar tamu di Universitas Teknologi Queensland dari tahun 1997 hingga 2000.[1] Selain dalam bidang pembangunan dan kerjasama, masa jabatannya juga ditandai dengan pembukaan jurusan baru, yakni jurusan teknik industri, pada tahun 1999.[3] Terkait dengan riset, Djoko mengetuai University Research Graduate Education (URGE), sebuah program riset yang diprakarsai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, dari tahun 1997 hingga 2000.[6]

Karier pasca-dekan[sunting | sunting sumber]

Djoko mengakhiri masa jabatannya pada tahun 2000, di tengah transisi Universitas Indonesia dari perguruan tinggi negeri sebagai badan layanan umum menjadi perguruan tinggi negeri berbadan hukum. Konsekuensi dari perubahan ini adalah universitas bertanggungjawab kepada Majelis Wali Amanat, yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan di dalam universitas alih-alih kepada Departemen Pendidikan Nasional secara langsung.[11]

Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI) pertama terbentuk pada bulan Desember 2001 dan Djoko diangkat menjadi anggota MWA UI mewakili SA UI.[11] Pada saat ia ditunjuk sebagai anggota MWA UI, Djoko menjabat sebagai Ketua SA UI. Meski demikian, beberapa bulan kemudian, Djoko mengundurkan diri dari keanggotaannya di MWA UI. Ia tetap mempertahankan kepemimpinannya di SA UI hingga tahun 2006.[6]

Pada pertengahan bulan Juli 2007, Djoko bersama dengan enam guru besar UI mencalonkan diri mereka sebagai rektor UI untuk periode 2007 hingga 2012.[12] Dalam proses seleksi oleh MWA UI, Djoko tersisihkan karena tidak memenuhi jumlah suara dari anggota MWA UI.[13] Gumilar Rusliwa Somantri dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik akhirnya terpilih sebagai rektor. Djoko dipercaya oleh Gumilar sebagai Ketua Tim Penasehat Rektor UI.[6]

Kehidupan pribadi[sunting | sunting sumber]

Djoko menikah dengan Siti Handjarinto, seorang dosen arsitektur di FT-UI. Pasangan ini memiliki dua orang anak laki-laki dan satu anak perempuan.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d "Prof. Dr. Ir. H. Djoko Hartanto, MSc: Guru Besar bidang Sensor Devices Teknik Elektro Universitas Indonesia." (PDF). Universitas Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2 January 2017. Diakses tanggal 15 January 2024. 
  2. ^ a b c d e f g Hartanto, Djoko (1996). Budidaya Elektron Bebas untuk Peningkatan Kesejahteraan. Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia. hlm. 15–19. 
  3. ^ a b Academic Guidebook: Electrical Engineering Department (PDF). Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. 2017. hlm. 2, 8, 12. 
  4. ^ a b c d e Indrakesuma; Hamdan, Thamrin; Mustafa, Djunaidi; Wiranto, Djoko; Kamidin, M. Ramli; Summarie. Sarjana Universitas Indonesia: Kumpulan Biografi Alumni 1981-1982. Ikatan Lulusan Universitas Indonesia. hlm. 37. 
  5. ^ "Pengurus ILUNI Menwa UI Periode 2021-2023 Resmi Dilantik dan Dikukuhkan". Indo Pos News. 28 November 2021. Diakses tanggal 16 January 2024. 
  6. ^ a b c d e f g h i j "Profile: Prof. Dr. Ir. Djoko Hartanto M.Sc". Universitas Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Mei 2012. Diakses tanggal 16 Januari 2024. 
  7. ^ Fidelia, Clarissa (19 Oktober 2018). "Konser 7 Lustrum Mahawaditra: Sebuah Potret Perjalanan". Mahawaditra. Diakses tanggal 16 Januari 2011. 
  8. ^ Tjahjono, Gunawan; Sugarda, Emir Hadi; Sigit, Diyan; Sukada, Budi Adelar; Somadikarta, Soekarya (2002). Kampus Universitas Indonesia. Jakarta: UI Press. hlm. 44–45. 
  9. ^ "Peresmian Perluasan Kantin Dosen FTUI". Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 20 Januari 2016. Diakses tanggal 16 Januari 2024. 
  10. ^ "Rintis Kerja Sama Double Degree Doktor, Prof. Dr. Ir. Djoko Hartanto, M.Sc. Raih Gelar Kehormatan Profesor Tamu dari Shizuoka University". Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 19 September 2022. Diakses tanggal 16 Januari 2024. 
  11. ^ a b KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 362/SK/R/Ul/2001 TENTANG PEMBENTUKAN MAJELIS WALI AMANAT (MWA) UNIVERSITAS INDONESIA
  12. ^ antaranews.com (2007-07-11). "Tujuh Calon Rektor UI Bersaing Ketat". Antara News. Diakses tanggal 2024-01-16. 
  13. ^ "CALON REKTOR MELAJU MENUJU KURSI UI-1 DALAM PROSES SELEKSI PEMILIHAN REKTOR TINGKAT MWA" (PDF). Newsletter Universitas Indonesia. Juli 2007. hlm. 1-2. Diakses tanggal 16 Januari 2024.