Efek terlalu percaya diri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Terlalu percaya diri (bahasa Inggris: overconfidence) merupakan suatu sikap atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang seperti dengan melakukan tindakan melebih-lebihkan tindakan seseorang, menempatkan tindakan seseorang relatif dengan orang lain, dan sikap yang berlebihan dalam meyakinkan seseorang. Terlalu percaya diri dapat memiliki beberapa konsekuensi serius. Pemimpin yang terlalu percaya diri akan membentuk perilaku irasional yang menyimpang secara psikologis dari sisi aktual dengan melebih-lebihkan kemampuan mereka. Selain itu, perilaku percaya diri dapat mempengaruhi proses dari berdirinya suatu organisasi.[1] Sikap terlalu percaya diri dilakukan dengan memanifestasikan dirinya sendiri dengan beberapa cara. Salah satu contoh yaitu terlalu berbicara berlebihan dalam berbicara.[2] Efek dari terlalu percaya diri dapat mengakibatkan kejadian seperti: perang, pemogokan, litigasi, kegagalan kewirausahaan, dan gelembung pasar saham.

Definisi[sunting | sunting sumber]

Terdapat beberapa pengertian mengenai terlalu percaya diri. Definisi pertama, terlalu percaya diri diartikan sebagai tindakan yang melebih-lebihkan kemampuan aktual seseorang, kinerja, tingkat kendali, atau peluang sukses. Contohnya yaitu ada seorang mahasiswa yang mengikuti Ujian Tengah Semester dengan 10 soal. Mahasiswa tersebut percaya bahwa dia akan mendapatkan nilai 100 namun, pada faktanya mahasiswa tersebut hanya mendapatkan nilai 50 saja. Inilah yang disebut melebih-lebihkan atau memperkirakan suatu keadaan yang terlalu berlebihan. Definisi kedua, terlalu percaya diri diartikan ketika seseorang mayoritas menilai dirinya lebih baik dari yang lain. Contohnya: dalam suatu kampus terdapat kelompok yang sangat terkenal. Kelompok ini sangat merasa dirinya lebih baik daripada kelompok lainnya sehingga mereka cenderung selalu meremehkan kelompok sebelah. Terakhir definisi ketiga, terlalu percaya diri diartikan kepastian yang berlebihan mengenai keakuratan keyakinan seseorang, atau yang biasa kita sebut presisi berlebihan. Seperti seseorang yang ingin tubuhnya kurus sehingga ia melaksanakan diet yang sangat ketat tanpa memikirkan kesehatan tubuhnya.

Dampak[sunting | sunting sumber]

Pada faktanya, terlalu percaya diri dapat menyebabkan berbagai masalah seperti mengacaukan situasi, menyebabkan seseorang kurang percaya diri, serta dapat terjadinya inkonsistensi antara overestimasi dan overplacement. Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang mendapatkan informasi yang tidak sempurna tentang dirinya sehingga memunculkan stigma yang diri mereka sendiri secara berlebihan hingga menjadi lebih regresif.

Berikut permasalahan yang terjadi ketika terlalu percaya diri:[3]

Pembauran dari overestimasi dan presisi berlebihan[sunting | sunting sumber]

Kondisi ini dapat didefinisikan ketika seseorang terlalu menyakini tentang suatu hal hingga enggan untuk memikirkan tentang yang lainnya.

Meremehkan sesuatu[sunting | sunting sumber]

Kegiatan ini seperti meremehkan pekerjaan sehingga seseorang tersebut menyepelekannya. Kondisi ini terjadi ketika seseorang tidak mengetahui tentang kinerja yang dia punya dan hal tersebut dapat membuat permasalahan seperti ilusi yang kacau, kekeliruan dalam perencanaan, dan optimisme dengan masa depan. Ilusi kontrol yang dimaksud yaitu seperti ketika seseorang memiliki kontrol yang rendah akan sesuatu dikarenakan ia meremehkannya. Kekeliruan perencanaan yang dimaksud yaitu seperti seorang mahasiswa yang diberikan tugas oleh dosennya dengan masa tenggat satu minggu. Namun, dengan santainya mahasiswa tersebut belum mengerjakannya. Hingga sudah mau memasuki waktu tenggat baru mahasiswa tersebut mengerjakannya. Tentu kejadian ini dapat terjadi karena mahasiswa tersebut meremehkan tugas tersebut.

Inkosistensi antara overestimasi dan overplacement[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Ramdani, Deni; Herawati, Heni (2020). "Efektivitas Investasi dan Pembiayaan Internal: Fenomena Manajer Terlalu Percaya Diri di Pasar Modal Indonesia". AFRE (Accounting and Financial Review). 3 (2): 115–125. doi:10.26905/afr.v3i2.3834. ISSN 2598-7771. 
  2. ^ "JRMSI - Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia". journal.unj.ac.id. doi:10.21009/jrmsi. Diakses tanggal 2022-01-29. 
  3. ^ Moore, Don A.; Healy, Paul J. (2008-04). "The trouble with overconfidence". Psychological Review (dalam bahasa Inggris). 115 (2): 502–517. doi:10.1037/0033-295X.115.2.502. ISSN 1939-1471.