Lompat ke isi

Festival Film Indonesia - Los Angeles

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Festival Film Indonesia - Los Angeles atau yang lebih dikenal dengan Los Angeles Indonesian Film Festival (LAIFF) merupakan sebuah festival film internasional di Kota Los Angeles, California Selatan. Festival film ini diselenggarakan rutin setiap tahun sejak 2014. Dapoer Kita Productions (DKP) dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (PERMIAS) menjadi penyelenggara festival film ini.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Ide untuk menyelenggarakan sebuah festival film internasional di Los Angeles berasal dari Endah Redjeki (pendiri Dapoer Kita Productions) bersama sineas muda Indonesia, Roland Wiryawan. Kala itu, LAIFF sudah mendapat dukungan kuat dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu.

Tujuan festival ini untuk memperkenalkan film Indonesia ke pasar Amerika. Dengan catatan film-film Indonesia bermutu yang diputar di sana. Dengan demikian pihak industri Hollywood lebih yakin terhadap kemajuan industri film Indonesia. Dari forum diskusi ini juga diharap bisa terjalin kerjasama yang saling menguntungkan antara sineas Indonesia dan Amerika.

Salah satu keunikan dari festival film ini, panitia turut mengundang para mahasiswa Indonesia jurusan film untuk bisa berdiskusi dan bertukar pikiran secara langsung dengan para sineas. Harapannya, informasi yang diperoleh bisa berguna sekembalinya mereka ke Indonesia nanti.

Selain itu, LAIFF juga menghadirkan dua program film pendek, yakni From Indonesia with Love yakni film produksi Indonesia oleh sineas lokal dan From US with Love yaitu film produksi AS yang melibatkan setidaknya satu sineas Indonesia sebagai kru inti. Setiap karya film hasil kolaborasi akan diputar saat festival berlangsung di Los Angeles.

Forum internasional ini dinilai cukup tepat dan strategis, mengingat dengan penyelenggaraan festival di negara industri film besar Amerika Serikat akan memacu dan memperkaya wawasan sineas Indonesia dalam upaya memfasilitasi maksud Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam mengangkat budaya Indonesia dan meningkatkan kerjasama seni budaya serta mengembangkan apresiasi masyarakat internasional terhadap industri kreatif, khususnya industri film.[1]

Penyelenggaraan

[sunting | sunting sumber]

Selama dua hari (3-4 September 2014), LAIFF memutar film-film Indonesia di Regent Theatre, Westwood Village. Beberapa judul film yang tayang seperti Sang Penari, Lovely Man, 9 Summers 10 Autumns, Soegija, dan Sokola Rimba. Ajang festival film ini dihadiri sekitar 750 warga Indonesia dan Amerika. Ajang Los Angeles Indonesian Film Festival perdana juga turut dihadiri artis-artis Indonesia, seperti Lukman Sardi, Prisia Nasution, dan Wulan Guritno. Beberapa sineas seperti Edwin Nazir juga tampak menghadiri ajang yang diadakan pertama kali itu.

Selain acara pemutaran film-film Indonesia, diadakan forum diskusi yang mengundang para sineas Amerika, seperti Stan Wlodkowski (produser eksekutif film Eat, Pray, Love), John Huddles (sutradara film The Philosopher), dan Bob Gordon serta Robert Chappell (sutradara asing untuk iklan-iklan terkenal di Indonesia).[2]

Sederet film panjang dan film pendek Tanah Air tayang di Downtown Independent dan The Regent Theater. Untuk film panjang, ada Guru Bangsa: Tjokroaminoto yang diputar pada hari pertama. Kemudian disusul Jalanan; 3: Alif, Lam, Mim; Tabula Rasa; Dibalik 98; Selamat Pagi, Malam; dan Cahaya dari Timur: Beta Maluku sebagai film penutup. Selain itu, ada 15 film pendek yang diputar seperti Sowan, Wong Tjilik, Angkringan, Pingitan, Menunggu Kabar, The Last Call, 05:55, Sleep Tight, Friend, Untuk Semua, Udin Telekomsel, Suan Ming, Sandekala, Main Yuk!, dan Iwazaki and The Brown Box Testament.

LAIFF juga menghadirkan beberapa tema diskusi film bersama sineas Indonesia dan AS. Tema "Collaborative Crew, Competent Production, and Curious Talent" dihadiri Tanta Ginting (aktor), Anggy Umbara (sutradara), Dewi Umaya (produser), Affandi Rahman (Produser), Kellie Madison (produser "The Gate"), dan Lee Gordon (penulis skenario "Little Girl Lost"). Tema diskusi cud yaitu "The Captivating Charm of Indonesia" yang diisi oleh Mark Sawicki (animator) dan Matt Kohnen (sutradara).[3]

Pada penyelenggaraan LAIFF yang ketiga (12-13 November 2016) di Downtown Independent Theater, pengiriman jumlah film Indonesia mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hanya ada 5 film yang diputar yaitu Hijab, Jingga, Rudy Habibie, Sundul Gan: The Story of Kaskus, dan Koala Kumal. Bahkan, film HIJAB dan Rudi Habibie karya Hanung Bramantyo juga diputar di University of California.

Tahun 2017, LAIFF hanya dilaksanakan satu hari saja di James Bridges Theatre. Pemutaran film Indonesia juga hanya dilakukan untuk satu judul film, KARTINI.

Memasuki tahun kelima penyelenggaraannya, LAIFF masih menayangkan satu judul film Indonesia, Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta pada 1 Desember 2018.

Tahun 2019 (16 Oktober - 20 Oktober), LAIFF kembali dengan semangat baru dibanding tahun sebelumnya. Tahun ini menjadi periode terbanyak film-film Indonesia berkualitas diputar di luar negeri. Ada film 27 Steps of May, Aruna & Lidahnya, Critical Eleven, Filosofi Kopi 2: Ben & Jody, Keluarga Cemara, Kulari ke Pantai, Yowis Ben, dan Laut Bercerita. Tiga film diantaranya merupakan film adaptasi dari novel yang berjudul sama.

LAIFF 2020 mengambil tema "The New Normal for Film Industry". Festival film ini digelar Agustus sampai Desember 2020. Memasuki tahun ketujuh, acara LAIFF kali ini memang lain dari biasanya, di mana pelaksanaannya dilakukan oleh tim yang berada di dua negara yang berbeda, yaitu Indonesia dan Amerika Serikat.[4]

Ajang festival film ini juga mengadakan nonton bareng film Crazy Awesome Teachers (Guru-Guru Gokil) melalui Netflix. Selain itu, diskusi interaktif digelar dengan menghadirkan Gading Marten dan Dian Sastrowardoyo.

Ada 3 sesi diskusi pada festival film kali ini. Pertama, materi "The Future of Daily Life on Movie Sets" dengan pembicara Joko Anwar, Riri Riza, Ernest Prakasa, Susanti Dewi, dan Scott Sakamoto (Story and Community Outreach Production Supervisor, Walt Disney Animation Studios). Kedua, materi "Innovative Movie Marketing and Promotion Strategies in the New Normal" dengan pembicara Manoj Punjabi (CEO MD Pictures), Winston Utomo (Founder IDN Media), Ivan Makhsara, dan Akira Mizuta Lippit (Vice Dean of Faculty, USC School of Cinematic Arts). Ketiga, materi "Ngoceh New Normal" bareng Lukman Sardi.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Promosi Indonesia Melalui Film di Amerika". kemenpar.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-22. Diakses tanggal 2021-05-22. 
  2. ^ "Los Angeles Gelar Festival Film Indonesia Pertama". www.voaindonesia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-22. Diakses tanggal 2021-05-22. 
  3. ^ Yuniar, Nanien (2015-11-07). Burhani, Ruslan, ed. "Film Indonesia yang akan tayang di Los Angeles". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-28. Diakses tanggal 2021-05-22. 
  4. ^ Iman, Dhania (2020-08-24). "Los Angeles Indonesian Film Festival: Garap Film di Era Pandemi Banyak "Keribetannya"". www.voaindonesia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-03. Diakses tanggal 2021-05-29. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]