Finlandisasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Finlandisasi (bahasa Finlandia: suomettuminen; bahasa Swedia: finlandisering; Jerman: Finnlandisierung) adalah suatu proses ketika negara yang lebih kuat dapat memaksa negara tetangganya yang lebih lemah untuk mengikuti kebijakan luar negerinya, tetapi pada saat yang sama memperbolehkan negara tersebut mempertahankan kemerdekaan dan sistem politiknya.[1] Istilah ini secara harfiah berarti "menjadi seperti Finlandia" dan mengacu kepada pengaruh Uni Soviet terhadap kebijakan-kebijakan Finlandia selama Perang Dingin.[2]

Istilah ini umumnya bersifat peyoratif dan berasal dari perdebatan politik di Jerman Barat pada akhir tahun 1960-an dan 1970-an. Di Jerman dan negara-negara NATO lainnya, istilah ini mengacu kepada keputusan suatu negara untuk tidak melawan tetangganya yang lebih kuat sembari mempertahankan kedaulatannya. Walaupun istilah ini sering kali mengacu kepada hubungan Finlandia dengan Soviet selama Perang Dingin, terdapat pula contoh-contoh lain dalam sejarah hubungan internasional, seperti hubungan Denmark dengan Jerman dari tahun 1871 hingga 1940 atau kebijakan pemerintah Swiss terhadap rezim Jerman Nazi sebelum Perang Dunia II.

Doktrin Paasikivi[sunting | sunting sumber]

Setelah ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian Paris 1947, Finlandia berhasil mempertahankan sistem demokrasi dan parliamentarisme meskipun menghadapi tekanan politik yang kuat dari Uni Soviet. Hubungan luar negeri Finlandia lalu mengikuti doktrin yang dirumuskan oleh Juho Kusti Paasikivi yang menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan Uni Soviet.

Finlandia menandatangani Perjanjian Persahabatan, Kerjasama dan Bantuan Timbal Balik dengan Uni Soviet pada April 1948. Perjanjian ini mewajibkan Finlandia melawan serangan "Jerman atau sekutunya" terhadap Finlandia atau terhadap Uni Soviet lewat Finlandia, dan bila perlu dapat meminta bantuan militer Soviet. Pada saat yang sama, perjanjian ini mengakui keinginan Finlandia agar tidak terseret dalam konflik antara negara-negara besar, sehingga negara ini dapat tetap netral selama Perang Dingin.

Akibat dari kebijakan ini, Finlandia tidak memperoleh bantuan dari Rencana Marshall dan menyatakan netral terkait tindakan-tindakan Soviet di luar negeri. Dengan memastikan bahwa hubungan dengan NATO dan negara-negara barat pada umumnya tetap dingin, Finlandia dapat menangkal tekanan Soviet untuk berafiliasi dengan Pakta Warsawa.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kaplan, Robert D. (2015). Asia's Cauldron. USA: Random House Trade Paperbacks. hlm. 26. ISBN 978-0-8129-8480-4. 
  2. ^ Standish, Reid (2018-06-28). "The Meaning of a U.S.-Russia Summit in Helsinki". The Atlantic (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-01-24. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]