Fluoksetin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Fluoksetin adalah obat anti depresan yang dikonsumsi untuk mengatasi depresi, bulimia nervosa, gangguan obsesif kompulsif (gangguan pikiran yang sulit hilang serta memerlukan tindakan berulang), gangguan pola makan, dan serangan kepanikan (kepanikan mendadak, ketakutan berlebih, kekhawatiran atau kecemasan terhadap suatu serangan)[1][2]

Fluoksetin hanya boleh dikonsumsi dengan resep dokter. Fluoksetin adalah jenis obat oral dalam bentuk tablet dan kapsul.[3] Fluoksetin merupakan obat anti depresan yang bekerja di saraf otak dengan meningkatkan aktivitas zat kimia yang disebut serotonin.[1] Fluoksetin dapat dikonsumsi oleh orang dewasa dan anak-anak berusia 8 tahun lebih untuk mengatasi depresi namun tidak boleh dikonsumsi oleh penderita diabetes karena dapat mempersulit kestabilan gula darah.[3]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sejarah ditemukannya fluoksetin bermula saat Ray W Fuller, seorang ahli biokimia bekerja sama dengan rekannya, Eli Lilly. Dalam penelitiannya, mereka menggunakan tikus sebagai objek. Tikus itu diberikan chloroamphetamine yang menghambat produksi serotonin untuk mengukur efek obat lain terhadap kadar serotonin.[4]

Dua peneliti lain, Bryan Molloy dan Wong bergabung dengan Fuller dalam penelitian Eli Lilly. Pada tahun 1971 Bryan dan Wong mengikuti kuliah yang mempelajari neurotransmisi yang disampaikan oleh seorang peneliti dari Universitas Johns Hopkins, Solomon Synder.[4]

Wong kemudian menggunakan teknik yang telah disampaikan Solomon Synder untuk menguji efek berbagai senyawa, yang salah satunya ia menemukan senyawa fluoksetin untuk mengatasi kerja serotonin.[4]

Eli Lilly menggunakan fluoksetin atau prozac untuk pengobatan darah tinggi. Ia dan ketiga rekannya melakukan penelitian lebih lanjut. Pada tahun 1986, perusahaan farmasi Eli Lilly mengenalkan fluoksetin sebagai obat untuk depresi klinis.[5] Pada Desember 1987, Eli Lilly mendapat persetujuan dari FDA.[4]

Efek Samping[sunting | sunting sumber]

  • Obat ini bisa menimbulkan efek samping umum atau ringan seperti mual, sakit kepala, susah tidur, diare, dan kelelahan.[3] Efek samping ini dialami oleh lebih dari satu orang dari 100 pasien. Apabila efek ini semakin mengganggu segera hubungi dokter atau apoteker.
  • Fluoksetin bisa menyebabkan gejala efek samping berat seperti kadar natrium dalam darah yang rendah sehingga bisa menimbulkan sakit kepala, kelelahan, kesulitan berkonsentrasi dan mengingat sesuatu. Selain itu, obat ini juga bisa menimbulkan kejang, bruxism, ganguan pada jantung, sindrom serotonin, serta glaukoma kronik.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Fluoxetine for depression, obsessive compulsive disorder and bulimia nervosa | Medicines for Children". www.medicinesforchildren.org.uk. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-22. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  2. ^ "Fluoxetine: MedlinePlus Drug Information". medlineplus.gov (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-08. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  3. ^ a b c "Fluoxetine (Prozac): an antidepressant". nhs.uk (dalam bahasa Inggris). 2019-01-08. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-21. Diakses tanggal 2019-12-12. 
  4. ^ a b c d CalmX, some as; Artist, Was an Experimental; Director, Film; producer; Creator, Video Game Content; inventors, freelance writer for some 18 years She specialized in writing about; inventions; March 2015, in particular Bellis died in. "Who Invented the Antidepressant Prozac and How Does It Work?". ThoughtCo (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-20. Diakses tanggal 2019-12-14. 
  5. ^ "Prozac | drug". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-06. Diakses tanggal 2019-12-14. 
  6. ^ "Fluoksetin (Prozac)". Fluoksetin (Prozac). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-02. Diakses tanggal 13 Desember 2019.