Lompat ke isi

Hafalan Shalat Delisa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hafalan Shalat Delisa
Berkas:Hafalan Shalat Delisa.jpg
Poster film
SutradaraSony Gaokasak
ProduserChand Parwez Servia
Ditulis olehArmantono
Berdasarkan
Hafalan Shalat Delisa
oleh Tere Liye dan berdasarkan kisah nyata memiliki latar waktu tahun 2004 bencana Gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia 2004 di Banda Aceh, Aceh.
PemeranChantiq Schagerl
Nirina Zubir
Reza Rahadian
Al Fathir Muchtar
Mike Lewis
Loide Christina Teixeira
Ghina Salsabila
Reska Tania Apriadi
Riska Tania Apriadi
Penata musikTya Subiyakto
SinematograferBambang Supriadi
PenyuntingCesa David Luckmansyah
Ryan Purwoko
Perusahaan
produksi
DistributorStarvision Plus
Tanggal rilis
22 Desember 2011
Durasi150 menit
Negara Indonesia

Hafalan Shalat Delisa merupakan film drama Indonesia yang dirilis pada 22 Desember 2011 yang disutradarai oleh Sony Gaokasak serta dibintangi oleh Chantiq Schagerl, Nirina Zubir, dan Reza Rahadian. Film ini diangkat dari novel laris karya Tere Liye dengan judul yang sama. Seluruh pengambilan adegan film ini dibuat di Aceh.

Delisa (Chantiq Schagerl), gadis kecil yang periang, tinggal di Lhok Nga, sebuah desa kecil yang berada di tepi pantai Aceh, dan mempunyai hidup yang indah sebagai anak bungsu dari keluarga Abi Usman (Reza Rahadian), ayahnya bertugas di sebuah kapal tanker perusahaan minyak internasional. Delisa sangat dekat dengan ibunya yang dia panggil Ummi (Nirina Zubir), serta ketiga kakaknya yaitu Fatimah (Ghina Salsabila) dan si kembar Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi).

Pada 26 Desember 2004, Delisa bersama Ummi sedang bersiap menuju ujian praktik shalat ketika tiba-tiba terjadi gempa. Gempa yang cukup membuat ibu dan kakak-kakak Delisa ketakutan. Tiba-tiba tsunami menghantam, menggulung desa kecil mereka, menggulung sekolah mereka, dan menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara.

Delisa berhasil diselamatkan Smith (Mike Lewis), seorang prajurit Angkatan Darat AS, setelah berhari-hari pingsan di cadas bukit. Sayangnya luka parah membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi. Penderitaan Delisa menarik iba banyak orang. Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila dia sebatang kara, tetapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa. Delisa bahagia berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih mendengar kabar ketiga kakaknya telah pergi ke surga, dan Ummi belum ketahuan ada di mana.

Delisa bangkit, di tengah rasa sedih akibat kehilangan, di tengah rasa putus asa yang mendera Abi Usman dan juga orang-orang Aceh lainnya. Delisa telah menjadi malaikat kecil yang membagikan tawa di setiap kehadirannya. Walaupun terasa berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana kesedihan bisa menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Walau air mata rasanya tak ingin berhenti mengalir, tetapi Delisa mencoba memahami apa itu ikhlas, mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Laman Hafalan Shalat Delisa Diarsipkan 2012-01-27 di Wayback Machine., diakses pada 25 November 2011

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]