Hikayat Raja Handak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hikayat Raja Handak merupakan salah satu warisan kesustraan Indonesia lama yang bernuansa Islam. Hikayat ini menceritakan tentang kehebatan Saidina Ali dalam pertempuran melawan kaum kafir yang diwakili oleh nama benda-benda dalam sejarah Islam, seperti Handak, Badar, Jabal Kaf dan Zalzali [1].

Handak merupakan parit yang terletak di depan Kota Madinah yang sengaja dibuat untuk menangkis serangan musuh, manakala Badar merupakan nama tempat medan perang. Dalam cerita ini, Handak dan Badar berperan sebagai raja-raja dari golongan musuh [1].

Naskah ini ditulis dalam bahasa Melayu klasik dengan menggunakan aksara Arab Melayu.

Naskah Hikayat Raja Handak[sunting | sunting sumber]

Salinan naskah Hikayat Raja Handak kini tersimpan di lima negara, yaitu: Indonesia, Belanda, Inggris, Jerman dan Perancis. Indonesia memiliki sebelas salinan naskah yang kini semuanya tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta [2].

Ringkasan Isi Hikayat Raja Handak[sunting | sunting sumber]

Raja Handak adalah seorang raja besar dan ia memiliki saudara bernama Raja Kaskin. Keduanya adalah anak Nabi Sulaiman. Setelah ayahnya wafat, mereka menjadi kafir. Raja Handak memiliki dua orang anak, yaitu Raja Badar dan juga Putri Zalzali [1].

Raja Handak dan Raja Badar bermaksud untuk menyerang Kota Makkah dan juga Kota Madinah, untuk memerangi Nabi Muhammad dikarenakan Nabi Muhammad telah membinasakan berhala-berhala pujannya. Mereka berdua mengumpulkan rakyat dan bermaksud menyerang kakbah. Selanjutnya tatkala Raja Handak dan Raja Badar menyerang Makkah dan Madinah, Ali yang diutus oleh Nabi Muhammad memimpin perang perlawanan terhadap serangan yang dilakukan oleh mereka [1].

Hikayat ini selanjutnya menceritakan tentang berbagai babak dalam peperangan tersebut.

Isi Pembukaan Hikayat Raja Handak[sunting | sunting sumber]

Bismi l-lahi r-rahmani r-rahimi. Wa bihi nasta'inu bi I'lahi 'ala. Ini hikayat cerita daripada Rasulullah sallallahu alaihi wassalam berperang dengan Raja Handak. Adapun barang siapa membaca dia dan menegakan dia daripada permulaannya datang kepada kesudahannya maka diampuni Allah Subhana-Hu wa Ta'ala dosanya orang itu. Hatta maka tersebutlah perkataannya, adalah seorang Zalzal terlalu amat besar kerajaannya /raja/. Adapun Baginda itu anak oleh Baginda Nabi Allah Sulaiman yang bemama Raja Handak dan Raja Kaskin. Adapun beberapa lamanya Nabi Allah Sulaiman itu telah pulang ke Rahmatullah Ta'ala. Setelah beberapa lama antaranya, Nabi Allah Sulaiman pulang ke Rahmatullah Ta'ala // maka Raja Handak berperang daripada telah berpaling daripada agama Islam. Maka ia pun mengikut kepada segala raja-raja yang di bawah perintahnya. Adapun rakyatnya itu terlalu /ia/ banyak tiada terpermanai banyaknya, melainkan Allah Ta'ala jua yang mengetahui [1].

Isi Hikayat Raja Handak[sunting | sunting sumber]

Kemudian maka lalu // orang itu kembali menghadap rajanya serta sampaikan seperti kata Baginda Ali sekaliannya habis dikatakannya kepada Raja Kaskin itu. Setelah sudah Raja Kaskin mendengar kata utusan itu maka Raja Handak pun marah serta lalu menyuruhkan Raja Kaskin pergi ke Padang Hunain. Maka Raja Kaskin pun berjalan diiringkan oleh segala anak raja-raja dan rakyatnya sekalian yang seperti lautan banyaknya. Kemudian Raja Handak pun berkata-kata kepada anaknya Raja Badar, "Hai Anakku, sekarang apakah bicara kita ini tetapi orang Makkah dan Madinah tiada berapa biji banyaknya yang menunggui Makkah dan Madinah sekarang ini. Baiklah kata menyuruhkan pada pahlawan kita pergi merampas segala isi Makkah dan Madinah!" [1].

Isi Penutup Hikayat Raja Handak[sunting | sunting sumber]

Setelah itu Baginda Ali pun lalu berangkat mengiringkan Rasulullah // berjalan dengan sekalian sahabat, Abubakar, Umar, dan Usman serta sekalian isi Makkah dan isi Madinah sekaliannya habis berangkat serta dengan kemenangan Ialu berjalan menuju jalan ke Negeri Makkah. Maka sekalian malaikat pun memberi salam kepada Rasulullah dan kepada Sayidina Ali lalu kembali ke hadirat Allah Ta'ala Maka Rasulullah salla I- Lahu 'alaihi was s-salam pun bersabda kepada segala sahabatnya sekalian dan rakyatnya, "Hai Tuan-Tuan, baik Tuan-Tuan pulang ke rumah Tuan-Tuan dengan selamat!" Kemudian maka sekalian sahabat pun masing-masing bermohon pulang masing-masing kerumahnya. Serta rakyat sekalian isi Makkah dan Madinah pun pada pulang masing-masing ke tempatnya sedia kala. Wa l-lahu a'lam tammat bi s-sawwab, pada enam belas bulan Syura, pada hari Arba'a, tahun Je dan Hijratun Nabi 1294 [1].

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g Hikayat Raja Handak (PDF). Jakarta: Pusat Bahasa (Kementerian Pendidikan Nasional). 2010. 
  2. ^ Wijaya, Edy (2008). Hikayat Raja Handak Koleksi Von De Wall Perbandingan Alur Naskah W88 dan W91 (Skripsi) (PDF). FIPB - Universitas Indonesia.