Ibnu Khuzaimah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ibnu Khuzaimah adalah salah satu tokoh dalam bidang Hadis abad ke-4, yang telah banyak mencurahkan sebagian besar hidupnya untuk mengkaji hadis.[1] Karena perannya yang begitu besar, banyak para ulama yang menyebutnya sebagai imamnya para imam (bahasa Arab: إمام الأئمة).[1][2] Salah satu karyanya yang sangat penting dan banyak mendapat apresiasi di kalangan ulama, adalah Ash-Shahih, sebuah karya yang dalam bidang hadis yang memuat hadis-hadis shahih yang tidak disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim.[1][3].

Naisabur adalah satu dari sekian wailayah yang sudah melahirkan banyak tokoh ahli hadis kenamaan, antara lain Ibnu Khuzaimah

Biografi[sunting | sunting sumber]

Nama dan Kelahiran[sunting | sunting sumber]

Ibnu Khuzaimah bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah An-Naisaburi.[2] Lahir pada bulan Safar 223 H. atau yang bertepatan 838 M. di Naisabur, sebuah kota di Khurasan, yang sekarang terletak di bagian timur laut negara Iran.[2][4]

Pendidikan, Guru dan Murid[sunting | sunting sumber]

Dia memulai pendidikannya dengan belajar Al-Quran, dan baru kemudian belajar hadis kepada seorang ulama di Marwa, yaitu Muhammad bin Hisyam dan Ibnu Qutaibah.[2] Setelah usianya genap 17 tahun dia melakukan pelayatan intelektual ke berbagai negeri Islam; seperti ke Marwa, Rayy, Syiria, Mesir, Washith, Baghdad, Bashrah, Kufah dan lain-lain.[2]

Selama pelayatan intelektualnya, dia beguru kepada banyak ulama besa di masanya, - selain yang sudah disebutkan - antara lain: Ali bin Muhammad, Musa bin Sahl Ar-Ramli, Muhammad bin Harb, Abu Kuraib, Muhammad bin Maran, Yunus bin Abdul A’la, Abdul Jabbar bin Al-A’la, Ishaq bin Rahawaih, Mahmud bin Ghailan, Ali bin Hajar, dan lain-lain.[2][4]

Sebagai seorang imam besar di Khurasan, Ibnu Khuzaimah memiliki banyak murid, antara lain: Ahmad bin Al-Mubarak, Ibrahim bin Abi Thalib, Abu Ali An-Nisaburi, Abu Amr bin Hamdan, Muhammad bin Ahmad bin Bashir, dan lain.[4]

Wafat[sunting | sunting sumber]

Ibnu Khuzaimah wafat pada malam Sabtu tanggal 12 Dzul Qa’dah tahun 311 H. atau yang bertepatan dengan 924 M. dalam umur 89 tahun; jenazahnya dimandikan, dikafani, disalatkan, dan makamkan di kamarnya sendiri.[2][3]

Penilaian Ulama[sunting | sunting sumber]

Ada banyak ulama yang memberikan pengakuan, persaksian atas integritas dan kepribadian Ibnu Khuzaimah, antara lain:

Az-Zarkali (w. 1396 H.)[sunting | sunting sumber]

Az-Zarkali menyebutkan bahwa pada masanya, Ibnu Khuzaimah adalah seorang imam, ahli fikih, seorang mujtahid dan ahli dalam bidang hadis.[5]

Adz-Dzahabi[sunting | sunting sumber]

Adz-Dzahabi menyebut Ibnu Khuzaimah sebagai seorang hafizh besar (bahasa Arab: الحافظ الكبير), imam para imam, dan tuan guru Islam (bahasa Arab: شيخ الإسلام).[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c (Indonesia) T. M. Hasbi Ash Shiddiqiey, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), hal. 259-260.
  2. ^ a b c d e f g (Indonesia) Dadi Nurhaedi, "Ibnu Khuzaimah" dalam Studi Kitab Hadis, ed. M. Alfatih Suryadilaga (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 218-223.
  3. ^ a b (Arab) Abul Ma’ali Muhammad bin Abdurrahman, Diwanul Islam, ed. Sayyid K. Hasan (Libanon-Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiah, 1990), II, hal. 241-242
  4. ^ a b c d (Arab) Abu Abdillah Muhammad Adz-Dzahabi, Tadzkiratul Huffadh (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiah, 1998), II, hal. 207-208
  5. ^ (Arab) Khairuddin Az-Zarkali, Al-A’lam (ttp: Darul Ilmi lil Malayin, 2002), VI, hal. 29.