Identitas nasional Inggris
Tampilan
Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari English national identity di en.wiki-indonesia.club. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel) |
Identitas nasional Inggris sebagai suku bangsa atau kelompok etnis asal Inggris berkembang pada Abad Pertengahan dianggap bermula dari penyatuan Kerajaan Inggris pada abad ke-10, namun secara eksplisit pada abad ke-11 setelah Penaklukan Norman, saat bangsa Inggris meraih status penduduk pribumi.
Dari abad kedelapan belas, istilah 'English' (Inggris) dan 'British' (Britania) mulai dipakai secara bergantian oleh beberapa orang Inggris.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Smith, Anthony (13 May 2005). "'Set in the Silver Sea': English National Identity and European Integration" (PDF). Workshop: National Identity and Euroscepticism: A Comparison Between France and the United Kingdom. University of Oxford. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-03-19. Diakses tanggal 10 February 2011.
Bacaan tambahan
[sunting | sunting sumber]- Breward, Christopher; Conekin, Conekin; Cox, Caroline (2002). The Englishness of English dress. Berg Publishers. ISBN 978-1-85973-528-2.
- Siobhain Bly, Calkin (2009). Saracens and the Making of English Identity: The Auchinleck Manuscript. Taylor and Francis. ISBN 978-0-415-80309-0.
- Colls, Robert (1987). Englishness: politics and culture 1880-1920. Routledge. ISBN 978-0-7099-4562-8.
- Featherstone, Simon (2009). Englishness: twentieth century popular culture and the forming of English identity. Edinburgh University Press. ISBN 978-0-7486-2365-5.
- Harris, Stephen J. (2003). Race and Ethnicity in Anglo-Saxon Literature. Taylor & Francis.
- Helmreich, Anne (2002). The English garden and national identity. Modern architecture and cultural identity. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-59293-2.
- Langford, Paul (2001). Englishness identified: manners and character, 1650-1850. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-924640-3.
- Rogers, David; McLeod, John (2004). The revision of Englishness. Manchester University Press. ISBN 978-0-7190-6972-7.
- Spiering, Menno (1992). Englishness: foreigners and images of national identity in postwar literature. Rodopi. ISBN 978-90-5183-436-9.
- MacPhee, Graham; Prem Poddar (2010). MacPhee, Graham and Prem Poddar, ed. Empire and After: Englishness in Postcolonial Perspective. New York: Berghahn Books. hlm. 1–25. ISBN 978-1-84545-320-6.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Clarkson, Jeremy (25 November 2007). "We've been robbed of our Englishness". Sunday Times. Diakses tanggal 10 February 2011.
- Glass, Bryan S (24 March 2005). "English Identity in the Wake of Devolution". Southwestern Political Science Association. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-30. Diakses tanggal 10 February 2011.
- Glass, Bryan S (7 April 2005). "The Devolution Gamble: State, Nation, and Identity in England". The Midwest Political Science Association. Diakses tanggal 10 February 2011.[pranala nonaktif permanen]
- Hill, Amelia (13 June 2004). "The English identity crisis: who do you think you are?". The Observer. Diakses tanggal 10 February 2011.
- Kenny, Michael (11 February 2010). "Englishness: the forbidden identity". The Guardian. Diakses tanggal 10 February 2011.
- Kumar, Krishan (2003). The making of English national identity (PDF). Cambridge cultural social studies. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-77736-0.
- Younge, Gary (28 June 2010). "England's identity crisis". The Guardian. Diakses tanggal 10 February 2011.