Istana Raja Sumbawa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Istana Raja Sumbawa atau juga dikenal dengan nama Istana Dalam Loka terletak di kota Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, istana ini merupakan saksi sejarah yang memperlihatkan kejayaan Kesultanan Sumbawa pada zamannya. Dua tahun sesudah penobatan Mas Madinah Daeng Raja Dewa menjadi Sultan Sumbawa tepatnya pada tahun 1855 M. Dibangun pada tahun 1855 untuk menggantikan Istana Bala Sawo, pembangunan bangunan istana ini digagas oleh Mas Madinah Daeng Raja Dewa yang bergelar Dewa Masmawa Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III yang menjadi sultan ke 16 dari Dinasti Dewa Dalam Bawa, istana ini dibangun dalam kurun waktu sembilan bulan sepuluh hari. Awalnya, Istana Dalam Loka berfungsi sebagai kediaman raja. Fungsi itu berubah sejak dibangunnya istana baru pada tahun 1932. Kini, Dalam Loka berfungsi menjadi cagar budaya yang mengingatkan jika dahulu pernah berdiri Kesultanan Sumbawa yang pernah berjaya pada zamannya.[1][2]

Deskripsi[sunting | sunting sumber]

Bangunan berbentuk rumah panggung dengan luas bangunan 904 M2, Istana Dalam Loka terlihat sangat megah. Istana ini dibangun dengan bahan kayu yang memiliki filosofi adat "adat berenti ko syara, syara barenti ko kitabullah", yang berarti semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan masyarakat Sumbawa harus bersemangatkan pada syariat Islam. Pembangunan Istana ini dipimpin dan dikoordinasi langsung oleh Imam H. Hasyim, Imam Masjid Kedatuan Taliwang yang ditunjuk langsung oleh kesultanan. Lambang keislaman pada bangunan ini juga terlihat pada kayu-kayu penyangga berjumlah 99 yaitu 98 tiang dengan satu "tiang ngantung". Bangunan utama yaitu bala rea yang dibangun dengan kayu jati merupakan pengganti dari kediaman raja yang dulu pernah terbakar saat terjadi kecelakaan yaitu letusan bubuk mesiu di dalam kerajaan. Dibangun dengan sistem baji, bangunan ini memiliki tingkat kelenturan yang tinggi,memungkinkan untuk membuat bangunan bertahan apabila terjadi gempa bumi. Istana ini dibangun menghadap arah selatan karena memiliki makna tersendiri juga. Berdasarkan hukum arah mata angin, selatan memiliki makna yang dipercaya dapat memberikan suasana sejuk,tenteram, damai, dan nyaman. Tidak hanya itu, selatan pun bermakna bagi kepemimpinan yaitu menatap pada masa lalu yang bila diartikan pemimpin harus memiliki kebijaksanaan dan kearifan dalam menyikapi masa lalu yang bisa dibawa ke masa kini. Dalam Loka merupakan sebuah lokasi untuk istana yang dirancang khusus sebagai pusat pemerintahan kesultanan Sumbawa yang lengkap yang terdiri dari:

  1. Bala Rea yang melambangkan gedung atau bangunan induk dan utama sebagai lambang titik pusat pemerintahan kesultanan serta tempat kediaman sultan beserta keluarganya.
  2. Bala Mulo merupakan perwujudan dari konstruksi bangunan khusus yang biasa digunakan dan diutamakan untuk putra-putra sultan maupun putra bangsawan lainnya berkumpul.
  3. Bala Datu Raja Muda / Datu Lolo adalah yakni Istana serta puri yang diperuntukkan dan dikhususkan hanya terbatas bagi Putra Mahkota yang merupakan calon pengganti Sultan yang tengah berkuasa.
  4. Bale Bawa adalah rumah yang diperuntukkan dan dikhususkan bagi dan untuk kediaman para Abdi Dalam (pembantu istana) dan Petugas Istana, termasuk di dalamnya sebagai tempat tinggal bagi Istri (bukan permaisuri) Sultan. Bale Bawa ini berada di luar halaman Istana dan jumlahnya juga cukup banyak mengingat petugas dan Abdi Dalam yang cukup banyak.
  5. Lawang Rare (gerbang) terletak secara khusus pada halaman depan yaitu sekitar antara Masjid Kesultanan dan Istana Dalam Loka sebagai batas antara rumah allah dan kekuasaan-nya sebagai al-khalik serta Istana Sultan dan kekuasaannya sebagai makhluk.
  6. Sarapo Kamutar yakni merupakan bangunan atau gedung khusus dan utama yang berlaku sebagai tempat pelaksanaan upacara adat istana.
  7. Alang Aji / Alang Kamutar adalah merupakan gudang hasil panen lumbung padi yang menjadi tempat menyimpan perbekalan utama.
  8. Jambang Sasir adalah yakni bangunan atau gedung khusus dan tersendiri yang berhubungan dan berkaitan dengan segala kegiatan di dapur.
  9. Bale Pamaning adalah merupakan tempat serta ruangan untuk mandi khusus dan tersendiri bagi Sultan/permaisuri dan putra-putri sultan.
  10. Sarumung Belo / Karubung adalah merupakan sumur (perigi) dan sekaligus toilet (kamar kecil) bagi penghuni istana yang lain maupun tamu istana.
  11. Pakatik Kamutar adalah merupakan kandang tempat tinggal bagi kuda kesultanan sekaligus tempat pemeliharaan dan perawatan kuda sultan beserta petinggi Kesultanan Sumbawa.

Bala Rea[sunting | sunting sumber]

Bangunan Bala Rea yang beratap kembar dan berlantai dua, yang sekarang disebut sebagai Dalam Loka terdiri dari bagian-bagian bangunan sebagai berikut:

  1. Tete Gasa merupakan tangga naik yang mengambil konsep pendakian sebagai simbol bahwa setiap orang yang naik ke istana selalu membungkukkan badan sebagai wujud penghormatan kepada sultan.
  2. Paladang adalah teras khusus yang memiliki fungsi antara lain: tempat duduk di sebelah timur yang disebut parangin merupakan tempat menunggu jika hendak bertemu sultan. Sedangkan pada bagian sebelah barat (tangke) digunakan untuk menempatkan senjata tajam dan barang-barang lainnya yang tidak diperbolehkan dibawa masuk ke dalam ruang Lunyuk Agung.
  3. Lunyuk Agung merupakan ruang utama tempat pertemuan dan perjamuan serta tempat pelaksanaan upacara-upacara kebesaran Kesultanan Sumbawa
  4. Pada bagian timur terdapat empat buah kamar terdiri dari: dua buah kamar untuk putra sultan yang sudah menikah, satu buah kamar bagi istri-istri sultan (bukan permaisuri), satu buah kamar khusus sebagai tempat tidur Bone (inang pengasuh), serta tempat penyimpanan perbekalan khusus yang akan digunakan pada malam hari jika istana kedatangan tamu.
  5. Memanjang pada bagian barat beberapa ruangan/kamar, antara lain: Repan Shalat untuk melakukan ibadah shalat, Repan Kapacuri tempat permaisuri menerima tamu baik istri-istri sultan pembesar kesultanan maupun keluarga sultan dan permaisuri, Ruang Keputrian ruangan khusus bagi putri-putri sultan yang belum menikah, ruangan ini terbagi dua bagian yakni kamar tidur dan tempat berkumpul/menerima tamu.
  6. Lunyuk Emas adalah ruangan besar yang berada di antara kamar-kamar bagian timur dan bagian barat merupakan ruang tempat pertemuan permaisuri dan istri pembesar kesultanan dalam peristiwa upacara besar istana, serta menjadi tempat tidur di malam hari bagi pelayan istana (wanita) sedangkan pada bagian ujung utara ruangan menjadi tempat menata hidangan bila ada upacara istana.
  7. Sanapir yakni dapur yang biasa digunakan sebagai tempat kegiatan masak memasak. Antara Sanapir dan Jambang Sasir dihubungkan dengan pintu khusus yang sekaligus menjadi pintu belakang Istana Dalam Loka.
  8. Gudang, yang terdapat pada bagian barat Lunyuk Emas, di samping tangga menuju lantai dua sebelah barat.
  9. Lantai dua sebelah barat dan lantai dua sebelah timur merupakan ruangan memanjang yang dihubungkan dengan tangga dari lantai satu. Pada masing-masing lantai dua ada lantai yang ditinggikan sebagai tempat menenun di samping tempat putri sultan dan putri bangsawan lainnya menonton keramaian di lapangan Lenang Lunyuk (bagian barat istana).

Sebaga istana kesultanan yang menjadi pusat pemerintahan, Istana Dalam Loka selain memiliki konsep arsitektur yang digarap khusus juga memiliki konsep ornamentik untuk memperindah bangunan istana, seperti ukiran pada tiang, ukiran pada pintu serta pada beberapa bagian dinding yang kesemuanya berlandas pada konsepsi nilai yang menjadi anutan Tau Samawa[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ https://sasambotour.com/istana-dalam-loka-sumbawa/
  2. ^ Yuniar, Nanien (4 Agustus 2017). Marboen, Ade P, ed. "Istana Dalam Loka, bukti sejarah Kesultanan Sumbawa". ANTARA News. Diakses tanggal 8 Juni 2019. 
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-06. Diakses tanggal 2019-03-03. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]