Krisis kemanusiaan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Krisis Kemanusiaan)
Krisis kemanusiaan di Afghanistan

Krisis kemanusiaan merupakan sebuah situasi dengan penderitaan manusia yang berada pada tingkat tinggi, dasar-dasar kesejahteraan manusia yang berada dalam bahaya, dan mencakup skala yang besar.[1][2]

Daftar Kasus Krisis Kemanusiaan[sunting | sunting sumber]

Beberapa kasus dari krisis kemanusiaan yang terjadi dari seluruh dunia, antara lain sebagai berikut:

Afghanistan[sunting | sunting sumber]

Runtuhnya ekonomi dan meningkatnya angka pengangguran yang awal mulanya dipicu karena adanya ketidakstabilan politik telah memantik krisis pangan yang berkepanjangan,[3][4][5] hal ini diperparah dengan pembekuan aset pemerintah[6] oleh dunia internasional dan pemotongan dana bantuan kepada Afghanistan akibat proses transisi kekuasaan oleh Taliban.[7]

Venezuela[sunting | sunting sumber]

Ketidakstabilan politik dan pemerintahan yang diakibatkan oleh terpuruknya kondisi ekonomi negara tersebut setelah sektor pendapatan utamanya berupa penjualan minyak bumi secara ekspor dihantam oleh penurunan harga secara global yang berujung pada minimnya pemasukan negara,[8][9][10] sesungguhnya berakar dari ketidakcakapan pemerintahnya dalam mengelola keuangan negara dengan menggelontorkan subsidi dan bantuan sosial secara gegabah, dan mulai terasa efeknya di masa depan dengan adanya hiperinflasi, melambungnya jumlah pengangguran, wabah, meningkatnya kriminalitas, pembatasan jatah makanan, air dan listrik yang mengakibatkan kelaparan warga.[11]

Krisis Pengungsi Rohingya 2015[sunting | sunting sumber]

Etnis Rohingya yang berada di wilayah negara bagian Rakhine, Myanmar kerap mendapatkan perlakuan yang diskriminatif bahkan sampai pada kekerasan fisik, serta yang paling parah berupa pembersihan etnis yang dilakukan oleh kepolisian dan Angkatan Bersenjata Myanmar.[12][13][14] Orang-orang Rohingya adalah mereka yang memiliki darah keturunan bangsa Indo-Arya sehingga secara kontras berbeda dengan suku mayoritas yang kebanyakan berada di Myanmar, yakni suku Bamar.[15][16][17] Krisis pengungsi Rohingya 2015 merupakan sebuah tragedi kemanusiaan berjangka panjang yang telah terakumulasi dalam waktu tertentu, dan mengalami puncaknya setelah mendapatkan perhatian dari masyarakat internasional[18][19] dan warga Rohingya yang berbondong-bondong mengungsi untuk mencari suaka demi penghidupan yang lebih baik di negara lain.[20][21]

Selama perjalanan/migrasi demi mencari tanah yang mau menampung bangsa mereka tersebut, orang Rohingya menggunakan dua metode yang paling memungkinkan bagi mereka untuk dapatkan aksesnya, yakni mulai dari metode menggunakan perahu dengan menyusuri jalur laut[22][23] dan jalur darat dengan melalui perbatasan negara yang berbatasan langsung dengan Myanmar seperti Bangladesh.[24] Perlu digarisbawahi bahwa pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh etnis Rohingya tidak hanya dilakukan oleh aparatur penegak hukum Myanmar tetapi juga dari milisi dan kelompok yang bersifat sukarelawan dimana mereka membawa paham aliran Buddha yang ekstrimis.[25]

Sudan Selatan[sunting | sunting sumber]

Sudan Selatan sebagai negara yang baru saja merdeka di abad 21 masih mengalami ketidakstabilan politik dan ekonomi, bekas yang ditinggalkan dari pemerintahan yang sebelumnya setelah melakukan referendum untuk berpisah dari Sudan. Permasalahan yang dihadapi masyarakat Sudan Selatan yang baru saja merdeka antara lain seperti kekurangan pangan yang berujung pada kelaparan.[26][27][28][29][30][31]

Daftar Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Quintanilla, Jacobo (2014). "REPORTING ON HUMANITARIAN CRISES" (PDF). Internews. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  2. ^ Quintanilla, Jacobo; Hardman, Jesse (2014). "REPORTING ON HUMANITARIAN CRISES A Manual for Trainers & Journalists and an Introduction for Humanitarian Workers (MANUAL HANDOUTS)" (PDF). Internews. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  3. ^ "Afghanistan akan Hadapi Krisis Pangan Parah". VOA Indonesia. Diakses tanggal 2022-09-29. 
  4. ^ "Krisis Pangan Dialami Separuh Rakyat Afghanistan". investor.id. 2021-10-26. Diakses tanggal 2022-09-29. 
  5. ^ developer, mediaindonesia com (2021-10-25). "Separuh Warga Afghanistan Terancam Krisis Pangan Ekstrem". Media Indonesia. Diakses tanggal 2022-09-29. 
  6. ^ "AS Bekukan Aset Bank Sentral Afghanistan Rp133 T dari Taliban". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2022-09-29. 
  7. ^ Savage, Charlie (2022-09-14). "U.S. Establishes Trust With $3.5 Billion in Frozen Afghan Central Bank Funds". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2022-09-29. 
  8. ^ Nugroho, Rizki Setyo (2022-09-29). "Inilah Kisah Kebangkrutan Venezuela yang Sempat Jadi Negara Kaya". https://idxchannel/. Diakses tanggal 2022-09-29. 
  9. ^ "For Venezuela, Drop In Global Oil Prices Could Be Catastrophic". NPR.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-29. 
  10. ^ "Bagaimana Venezuela yang kaya minyak tapi mata uangnya ambruk". BBC News Indonesia. Diakses tanggal 2022-09-29. 
  11. ^ "Krisis di Venezuela Bisa Jadi Bencana Kemanusiaan Terbesar". Republika Online. 2019-06-29. Diakses tanggal 2022-09-29. 
  12. ^ "Rohingya crisis". www.unicef.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-30. 
  13. ^ "Myanmar Rohingya: What you need to know about the crisis". BBC News (dalam bahasa Inggris). 2020-01-23. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  14. ^ Hardiantoro, Alinda (2022-03-22). Kurniawan, Rendika Ferri, ed. "AS Nyatakan Militer Myanmar Lakukan Genosida ke Rohingnya, Apa Itu Genosida?". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  15. ^ "Burmans". rpl.hds.harvard.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-30. 
  16. ^ "Muslims and Rohingya". Minority Rights Group (dalam bahasa Inggris). 2015-06-19. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  17. ^ "Who are Burma's minority groups?". BBC News (dalam bahasa Inggris). 2010-11-18. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  18. ^ BeritaSatu.com (2017-09-05). "Terkait Rohingya, Myanmar Hadapi Kecaman Internasional". beritasatu.com. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  19. ^ [email protected]. "ICC Kecam Kejahatan Myanmar terhadap Muslim Rohingya". Kantor Berita Qods. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  20. ^ Jones, Balawyn; Walden, Max. "Ditolak di berbagai tempat, mengapa pengungsi Rohingya diterima dengan tangan terbuka di Aceh". The Conversation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-30. 
  21. ^ savitrinurina (2020-05-12). "Nasib Malang Pengungsi Rohingya dan Mengapa Kita Harus Bergerak • Amnesty Indonesia". Amnesty Indonesia. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  22. ^ Sari, Amanda Puspita. "Myanmar: 'Manusia Perahu' Asal Bangladesh Mengaku Rohingya". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  23. ^ BeritaSatu.com (2015-05-18). "Kisah Perjuangan Manusia Perahu Myanmar Berjuang dari Maut (1)". beritasatu.com. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  24. ^ "Bangladesh seals border with Myanmar to deter Rohingya influx amid tensions". www.aa.com.tr. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  25. ^ "Buddhist extremism: Meet the violent followers of a religion widely known for its pacifism". ABC News (dalam bahasa Inggris). 2018-10-20. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  26. ^ "Sudan Selatan Dilanda Darurat Kelaparan – DW – 13.03.2021". dw.com. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  27. ^ "Krisis Sudan: Mengapa dunia internasional tidak bertindak?". BBC News Indonesia. 2019-06-14. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  28. ^ markus (2022-03-22). "Pejabat Gereja di Sudan Selatan Menyoroti Krisis Kemanusiaan di Negaranya". Website PGI. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  29. ^ BeritaSatu.com (2022-04-10). "PBB: 7,7 Juta Orang Hadapi Krisis Pangan di Sudan Selatan". beritasatu.com. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  30. ^ Riso, Nadia. "Lebih dari 60% Warga Sudan Selatan Hadapi Krisis Pangan". Kumparan. Diakses tanggal 2022-09-30. 
  31. ^ (DW), Deutsche Welle. "Sudan Selatan Dilanda Darurat Kelaparan". detikcom. Diakses tanggal 2022-09-30.