Bubutu
Bubutu[1] | |
---|---|
Ailurops ursinus | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Infrakelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Subfamili: | Ailuropinae Flannery, Archer and Maynes, 1987
|
Genus: | Ailurops Wagler, 1830
|
Spesies tipe | |
Phalangista ursina Temminck, 1824
| |
Species | |
Kuskus Beruang atau bubutu[2] adalah anggota dari genus Ailurops.[1] Kuskus Beruang adalah hewan marsupial dan dari keluarga Phalangeridae.[1]Bubutu adalah marsupial arboreal yang hidup di kanopi hutan hujan tropis.[3] Hampir tidak diketahui status dan keadaan ekologinya.[4][5] Meskipun ilmuwan menggolongkan populasi ini kedalam satu spesies, yaitu, A. ursinus, atau melanotis, tetapi pada dasarnya bubutu merupakan suatu spesies.[1] Genus ini berbeda, meskipun pihak berwenang memasukan dalam subfamili, Ailuropinae.[1] Bubutu hanya ditemukan di beberapa pulau di Indonesia, yang merupakan bagian dari Asia, yang sebagian besar marsupial tidak ditemukan di Asia. Sebuah hipotesis menyatakan bahwa isolasi yang menyebabkan bubutu ditemukan di Pulau Sulawesi yang terjadi pada waktu Miosen yang menyebabkan perbedaan dari keluarga Phalangeridae.
Genus terdapat jenis spesies sebagai berikut:[1]
- Bubutu Talaud, Ailurops melanotis - Pulau Salebabu di Kepulauan Talaud
- Bubutu Sulawesi, Ailurops ursinus - Sulawesi, Pulau Peleng, Pulau Muna, Pulau Buton, Pulau Togian
Keunikan
[sunting | sunting sumber]Perbedaan antara bubutu Sulawesi dan bubutu Taulud terletak pada tempat atau lokasi habitat, serta bubutu Talaud ukurannya lebih kecil dan warna bulunya lebih coklat muda . Bubutu merupakan jenis kuskus yang paling besar dan paling primitif, memiliki panjang tubuh mulai dari kepala hingga ujung ekornya lebih dari satu meter dan tercatat sebagai mamalia terbesar di tajuk atas hutan Sulawesi, selain monyet yaki.[6] Bubutu Sulawesi (Ailurops ursinus) memiliki warna bulu keabu-abuan, memiliki ekor perihensil, pendiam, pemalu, mamalia berkantung dan memiliki pergerakan lamban.
Habitat dan Ekologi
[sunting | sunting sumber]Bubutu merupakan salah satu dari dua jenis mamalia berkantung, endemik Pulau Sulawesi yang dapat ditemui di Cagar Alam Tangkoko Batu Angus, yang merupakan salah satu kawasan konservasi yang ada di Sulawesi Utara. Bubutu merupakan salah satu jenis satwa mamalia endemik yang dilindungi. Bubutu merupakan satwa arboreal yang hidup di tajuk pohon dan jarang terlihat berjalan diatas tanah. Daun-daun merupakan komponen utama dalam pakan bubutu, sehingga satwa ini lebih menyukai tempat yang ditumbuhi pohon-pohon sebagai habitatnya.[3] Bubutu biasanya ditemukan di hutan basah dataran rendah tropis yang tidak terganggu. Bubutu merupakan spesies diurnal (beraktivitas pada siang hari), dan sifatnya arboreal dan sering ditemukan saling berpasangan. Makanannya terdiri dari berbagai macam daun, lebih memilih daun muda, dan seperti banyak binatang arboreal lainnya yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencerna makanannya dengan beristirahat.
Saat ini populasi bubutu terus menurun dan terancam punah, karena terjadinya perburuan dan perdagangan liar. Di samping itu sebagian hutan yang merupakan habitat aslinya telah mengalami kerusakan akibat pembukaan hutan untuk areal pertanian dan pemukiman penduduk. Sampai saat ini pun pemerintah belum mampu menghentikan perdagangan satwa liar ilegal.[7]
Persebaran
[sunting | sunting sumber]Persebaran bubutu sulawesi (Ailurops ursinus) tersebar pada Pulau Sulawesi. paling sering ditemukan pada Sulawesi bagian utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan. Sulawesi Tenggara jarang ditemukan bubutu.
Status dan Perlindungan
[sunting | sunting sumber]•SK Menteri Kehutanan tanggal 8 September 1992 nomor 882/Kpts/11/1992 yang terancam populasinnya.[8]
•Laporan Wildlife Conservation Society (WCS) tahun 2005, menyatakan bahwa populasi bubutu menurun setiap tahun.[8]
•Spesies ini secara nominal dilindungi oleh hukum Indonesia (Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999).
Konservasi
[sunting | sunting sumber]Untuk melindungi bubutu sulawesi (Ailurops ursinus) dilakukan cara dengan melindungi hutan atau habitat nya berupa cagar alam dan taman nasional:
•Cagar Alam Tangkoko-DuaSudara, Bogani Nani
•Taman Nasional Wartabone
•Taman Nasional Lore Lindu
• Taman Nasional Morowali, dan sejumlah hutan cadangan.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f Groves, Colin P. (16 November 2005). "Genus Ailurops". Dalam Wilson, Don E., and Reeder, DeeAnn M., eds. [http://google.com/books?id=JgAMbNSt8ikC&pg=PA45 Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference] (edisi ke-3rd). Baltimore: Johns Hopkins University Press, 2 vols. (2142 pp.). hlm. 45. ISBN 978-0-8018-8221-0. OCLC 62265494. Hapus pranala luar di parameter
|title=
(bantuan) - ^ "Checklist of the mammals of Indonesia : scientific name and distribution area table in Indonesia including CITES, IUCN, and Indonesian category for conservation | WorldCat.org". search.worldcat.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-12-09.
- ^ a b Dwiyahreni, A. 1995. Diet and Activity Of The Bear Cuscus (Ailurops ursinus), In North Sulawesi, Indonesia. Faculty of Mathematics and sciences, University of Indonesia.
- ^ Australasian Marsupial & Monotreme Specialist Group (1996). Ailurops ursinus. 2007 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2007. Diakses pada 2007-12-11.
- ^ Flannery, T. & Helgen, K. (2008). "Ailurops melanotis". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2008. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 2008-11-24.
- ^ Kinnaird, M.F. 1995. North Sulawesi: A Natural History Guide. Developmen Institute Wallacea, Jakarta.
- ^ •Farida, R.W., Nurjaeni, Mutia, R., Diapari, D. 2004. Kemampuan Cerna Kuskus Beruang (Ailurops ursinus) terhadap pakan alternatif di penangkaran. Jurnal Biosmart 6(1):65-70.
- ^ a b •Pratiwi, A.A., Talumepa, R.S.H., Wungow, Z., Poli, S.C., dan Rimbing. 2016. Tingkah laku harian kuskus beruang (Ailurops ursinus) di Cagar Alam Tangkoko Batu Angus. Jurnal Zootek 36(1):174-183.