Labi-labi raksasa yangtze
Labi-labi raksasa yangtze | |
---|---|
R. swinhoei di Dong Mo, Son Tay, Vietnam. | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Subordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | R. swinhoei
|
Nama binomial | |
Rafetus swinhoei (Gray, 1873)
| |
Sinonim[2] | |
|
Labi-labi raksasa yangtze (Rafetus swinhoei) (Mandarin: 斑鱉; Pinyin: bān bīe) adalah salah satu spesies kura-kura air tawar terbesar di dunia, karena dapat mencapai berat 120 kg. Rafetus Swinhoei diketahui berasal dari Sungai Merah di Tiongkok dan Vietnam serta lembah Sungai Yangtze bagian selatan.
Diet
[sunting | sunting sumber]Rafetus swinhoei memakan ikan, kepiting, siput, eceng gondok, kodok, dan dedaunan; sehingga ia tergolong omnivora.
Terancam punah
[sunting | sunting sumber]Penangkapan untuk dikonsumsi, pembendungan sungai, perusakan lahan basah dan polusi air mengurangi populasi kura-kura ini secara global hingga tinggal 3 ekor, satu ekor berada di waduk sebelah barat kota Hanoi dan sisanya sepasang berada didalam penangkaran di Kebun binatang Suzhou, Tiongkok sejak tahun 2008.
Betina yang berada di penangkaran sebenarnya dimiliki oleh Kebun binatang Changsa, memiliki umur minimal 80 tahun dan bertelur tiap tahun, namun semuanya tidak fertil. Pemeriksaan lebih lanjut pada tahun 2015 menunjukan bahwa jantan tua memiliki penis yang terluka parah, kemungkinan akibat perkelahian dengan jantan yang lain beberapa dekade yang lalu.
Karena si jantan tidak dapat membuahi si betina, pembuahan bantuan telah diusahakan. Pembuahan bantuan selama ini tidak pernah dicoba dan tidak pernah sukses diterapkan pada kura-kura apapun menjadi satu-satunya harapan untuk melahirkan generasi baru dari spesies ini. Ejakulasi dengan bantuan listrik menghasilkan sperma yang aktif, namun kualitas dan kuantitas sperma yang dikeluarkan tersebut berada dibawah ekspektasi. Tiga usaha dalam membantu pembuahan selama ini tidak berhasil menghasilkan keturunan, namun usaha ini memberi pengalaman yang telah lebih baik dalam setiap percobaannya.
Pada tahun 2016-2017, Kebun binatang Suzhou pindah ke lokasi baru dan kedua kura ini sekarang berada dalam fasilitas penampungan sementara, situasi ini memberikan ketidakpastian dalam usaha konservasi. Survei intensif yang baru-baru ini dilakukan di provinsi Yunnan, Tiongkok serta di Bietnam tidak berhasil menemukan satupun spesimen liar walaupun mereka dilaporkan masih terlihat beberapa dekade yang lalu.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Asian Turtle Trade Working Group (2000). "Rafetus swinhoei". The IUCN Red List of Threatened Species. IUCN. 2000: e.T39621A97401328. doi:10.2305/IUCN.UK.2000.RLTS.T39621A10252043.en. Diakses tanggal 13 Januari 2018.
- ^ Fritz, Uwe; Havaš, Peter (2007). "Checklist of Chelonians of the World" (PDF). Vertebrate Zoology. 57 (2): 321–322. ISSN 1864-5755. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-12-17. Diakses tanggal 29 Mei 2012.
Bacaan lanjutan
[sunting | sunting sumber]- Meylan, P.A. Rafetus swinhoei. in Pritchard, P.C.H., and A. Rhodin eds., The conservation biology of freshwater turtles. IUCN publications.
- Meylan, P. A. and R. G. Webb. 1988. Rafetus swinhoei (Gray) 1873, a valid species of living soft-shelled turtle (family Trionychidae) from China. Journal of Herpetology. 22:118-119.