Lintah laut
Lintah laut adalah sebuah nama umum dari beberapa invertebrata laut dengan beragam tingkat kemiripan dengan res-res poh darat. Kebanyakan hewan yang dikenal sebagai lintah laut adalah gastropoda, i.e. mereka adalah siput laut yang seiring waktu (secara evolusi) kehilangan cangkangnya, atau tampaknya kehilangan cangkangnya karena memiliki cangkang yang sangat mengecil atau cangkang internal. Nama ini umum digunakan untuk nudibranchia, beserta dengan sederetan gastropoda laut parafiletik lainnya dengan cangkang yang jelas.[1]
Lintah laut memiliki variasi yang sangat beragam dari bentuk tubuh, warna dan ukuran. Kebanyakan sebagian tembus pandang. Warna yang umumnya cerah dari spesies-spesies terumbu karang menyiratkan bahwa hewan ini selalu dalam ancaman predator, namun warnanya juga dapat menjadi tanda waspada kepada hewan lainnya mengenai sel menyengat beracun miliki lintah laut (nematokis) atau rasa yang ofensif. Seperti gastropoda lainnya, mereka memiliki gigi kecil tajam yang disebut radula. Kebanyakan lintah laut memiliki sepasang rinofor (tentakel sensori yang umum digunakan sebagai indra penciuman) di kepalanya, dengan mata kecil pada dasar masing-masing rinofor. Banyak memiliki struktur berbulu (cerata) di belakangnya, biasanya dengan warna yang berkontras, yang berfungsi sebagai insang. Semua spesies lintah laut memiliki hewan mangsa khusus yang ditentukan, seperti ubur-ubur, bryozoa, anemon laut, plankton, dan sesama lintah laut.[2][3]
Lintah laut memiliki otak. Sebagai contoh, Aplysia californica memiliki otak dengan sekitar 20 ribu sel saraf.[4]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Thompson, T. E. 1976. Biology of opisthobranch molluscs, vol. 1, 207 pp., 21 pls. Ray Society, no. 151.
- ^ Byatt, Andrew; Fothergill, Alastair; Holmes, Martha (2002). The Blue Planet: A Natural History of the Oceans. BBC. DK. ISBN 978-0-7894-8265-5.
- ^ "Sea Slug". encyclopedia.com. Oxford University Press. 18 May 2018.
- ^ Choi, Charles Q. (29 December 2006). "Human, Sea Slug Brains Share Genes for Alzheimer's and Parkinson's". Scientific American.