Lompat ke isi

Lobi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Lobi politik)
Untuk arti lainnya dari lobi, lihat Lobi (disambiguasi)

Lobi adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok dengan tujuan mempengaruhi pimpinan organisasi lain maupun orang yang memiliki kedudukan penting dalam organisasi dan pemerintahan sehingga dapat memberikan keuntungan untuk diri sendiri ataupun organisasi dan perusahaan pelobi.

Lobi dalam konteks bisnis adalah upaya melakukan pemasaran atau penjualan dalam melakukan pendekatan kepada calon pembeli, baik perorangan maupun instansi. Dalam lobi bisnis ini biasanya dikemukakan, maksud, tujuan, dan penjelasan produk.

Macam-macam istilah lobi

[sunting | sunting sumber]

Pelobi adalah orang yang berusaha mempengaruhi pembuat undang-undang (legislasi) maupun pendapat umum. Biasanya mereka dibayar untuk melakukan pekerjaan ini. Dalam istilah yang lebih halus, pelobi adalah orang yang terlibat dalam hubungan masyarakat.

Dalam politik, pelobian diartikan sebagai bentuk partisipasi politik yang mencakup usaha individu atau kelompok untuk menghubungi pejabat pemerintah atau pemimpin politik dengan tujuan mempengaruhi keputusan tentang suatu masalah yang dapat menguntungkan sejumlah orang.

Melobi adalah bentuk aktif dari kegiatan lobi, dimana pendekatan-pendekatan dilakukan secara tidak resmi. Melobi pada dasarnya merupakan usaha yang dilaksanakan untuk mempengaruhi pihak-pihak yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut pandangan positif terhadap topik lobi, dengan demikian diharapkan memberikan dampak positif bagi pencapaian tujuan.[1]

Lobi juga dilihat sebagai sebuah (bentuk) tekanan oleh sekelompok orang yang mempraktekkan seni mendapatkan teman yang berguna dan mempengaruhi orang lain.[2]

Pihak-pihak yang terlibat dalam lobi

[sunting | sunting sumber]
  • Pelobi melakukan kegiatan lobi dengan tujuan mempengaruhi mereka yang menjadi sasaran lobi. Dalam melakukan kegiatannya pelobi bisa dilakukan oleh individual atau kelompok.
  • Pelobi biasanya melakukan tekanan pada saat kegiatan lobi tengah berlangsung, kepada sasaran lobi, untuk memperoleh hal-hal yang diinginkan secara halus.

Pihak yang dilobi

[sunting | sunting sumber]
  • Pihak yang dilobi, atau sering juga disebut sebagai sasaran lobi, biasanya merupakan individu berpengaruh, kelompok, lembaga pemerintahan, maupun lembaga/ organisasi pemerintah, ataupun pihak swasta.
  • Pihak yang dilobi juga bisa jadi merupakan bagian dari usaha untuk memperoleh teman yang berguna, bagi pelobi, maupun organisasi/ perusahaan tempat pelobi bergabung/ bekerja.
  • Golongan masyarakat yang memiliki wawasan dan pengetahuan cukup luas dengan reputasi baik pada kecakapannya di bidang tersebut.
  • Anggota organisasi yang memiliki kontak yang paling penting dengan pihak-pihak legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
  • Tokoh masyarakat/ LSM yang sudah dikenal.
  • Kalangan jurnalis (wartawan, reporter, redaktur) yang berpengaruh dan memiliki kekuatan untuk membentuk opini
  • Pembuat undang-undang, pejabat pemerintahan, pimpinan partai politik, dan lain sebagainya.

Kegiatan-kegiatan dalam melobi

[sunting | sunting sumber]
  • Melakukan pertemuan-pertemuan guna menggalang koalisi dengan organisasi-organisasi lain, dimana koalisi ini membawa berbagai kepentingan dan tujuan-tujuan dalam mengintegrasikan langkah menghadap wakil-wakil legislatif.
  • Mengumpulkan informasi dan mempersiapkan laporan untuk legislator yang mewakili posisi organisasi dalam isu-isu kunci.
  • Melakukan kontak dengan individu-individu yang berpengaruh dan wakil-wakil dari badan-badan yang menyatu.
  • Mempersiapkan pengamat dan pembicara ahli untuk mewakili posisi organisasi terhadap legislator.
  • Memusatkan debat pada isi kunci, fakta, dan bukti-bukti yang mendukung organisasi.

Lobi di kalangan bisnis

[sunting | sunting sumber]

Lobi di kalangan bisnis berguna untuk memastikan kelancaran usaha dan dalam mengupayakan tindakan saling menguntungkan. Tujuan lain dari pelobian di dalam bisnis adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari berbagai mitra bisnis. Bermitra dilakukan dengan pelanggan, pemsok, distributor ataupun pemegang otoritas kebijakan secara individu/ kelompok/ kelembagaan.

Walaupun begitu lobi dikalangan bisnis tidak saja dilakukan dengan mitra bisnis, tetapi juga dengan kompetitor.

  • Contoh: lobi yang dilakukan Telkom terhadap Indosat dalam menentukan penggunaan frekwensi, penempatan dan pengaturan wilayah BTS (Base Transceiver Station).

Di kalangan bisnis, lobi juga dilakukan dengan orang-orang perbankan, diantaranya untuk pertambahan modal kerja dalam mengembangkan usaha mereka dan untuk mendapatkan kepercayaan sehingga organisasi mendapatkan kucuran kredit.

Masalah lobi

[sunting | sunting sumber]

Keberhasilan lobi pada satu pihak sama artinya dengan kerugian pada pihak lain. Pihak lain disini bisa jadi: kompetitor, masyarakat, ataupun mitra bisnis.

Sebagai profesi, pelobi masih dianggap negatif bagi sebagian masyarakat kita karena ada anggapan bahwa fungsi lobi untuk mewujudkan kepentingan pelobi saja dan bukan untuk kepentingan masyarakat banyak. Menurut Tarmudji (1993), karena sasaran pelobi sebagian besar adalah pejabat pemerintah, hal ini membuka peluang pejabat tersebut melakukan penyalahgunan wewenang, dimana satu pihak diuntungkan dan pihak lain dikalahkan dengan mendapatkan imbalan atau kompensasi tertentu berupa fasilitas, kemudahan, dan kemewahan.[2]

Asesoris tradisional dengan kecenderungan negatif lobi didalamnya termasuk "uang suap", "uang semir", pertemuan di hotel mewah dengan wanita cantik sebagai pendamping lobi, fasilitas seperti mobil, dan lainnya. Walaupun begitu lobi kini juga sudah bergeser ke dalam wujud yang lebih abstrak seperti "peluang", janji keuntungan, kepercayaan, dan bahkan segala sesuatu yang masih bersifat potensi dan belum nyata.

Lobi kadang-kadang dilakukan oleh organisasi yang juga memberikan sumbangan kampanye. Hal demikian telah menyebabkan kecurigaan atas dugaan korupsi dari pihak yang menentang lobi.

Beberapa politikus sering diketahui menghasilkan keputusan yang buruk. Ada beberapa yang juga diketahui melakukan posisi tawar-menawar karena mereka membutuhkan sokongan dana dari pihak yang melobi. Pengkritik pun menganggap bahwa politikus bertindak atas dasar kepentingan pihak-pihak yang memberikan sumbangan untuk mereka, dan meningkatkan persepsi publik atas kecurigaan tindak korupsi.

Kebanyakan perusahaan besar dan kelompok kepentingan politik mempunyai pelobi atau menyewa pelobi profesional untuk mempromosikan kepentingan-kepentingan mereka. Yang lainnya lagi membentuk kantor-kantor khusus atau kantor hubungan masyarakat untuk tugas tersebut.

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "A.B. Susanto. Lobi dan Karier". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-13. Diakses tanggal 2009-05-14. 
  2. ^ a b Tarmudji, tarsis, Drs (1993). Kiat Melobi, Suatu Pendekatan non Formal, Yogya, Libery.