Mamalia di Sulawesi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Mamalia di Sulawesi tercatat sebanyak 230 spesies hingga tahun 2019. Hampir seluruh spesies mamalia di Sulawesi merupakan endemik. Penyebarannya di Sulawesi dan kepulauan di sekitarnya terutama di kawasan konservasi dan tutupan lahan hutan.

Keanekaragaman hayati[sunting | sunting sumber]

Pendataan pada tahun 1987 mencatat bahwa di Sulawesi terdapat sebanyak 127 spesies mamalia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 79 spesies atu 62% merupakan spesies endemik. Kemudian hasil pendataan tahun 2019 mencatat bahwa di Sulawesi terdapat sebanyak 230 spesies mamalia. Sebanyak 114 spesies mamalia di Sulawesi merupakan mamalia darat. Sebanyak 32 spesies merupakan mamalia air yang terdiri dari spesies paus dan lumba-lumba. Lalu sebanyak 75 spesies termasuk jenis kelelawar dan 9 spesies merupakan satwa domestik.[1]

Penyebaran[sunting | sunting sumber]

Sebesar 83,3 % dari total spesies mamalia endemik sulawesi terleak di Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya. Penyebarannya di Kepulauan Sangihe, Kepulaun Talaud, Kepulauan Togean, Pulau Peleng, Pulau Buton, dan Pulau Muna.[1] Spesies-spesies ini menghuni kawasan konservasi di Sulawesi. Luas kawasan ini hanya 20% dari luas total Sulawesi. Sebagian spesies lainnya menghuni 53% dari tutupan lahan hutan di Sulawesi.[2]

Endemisitas[sunting | sunting sumber]

Sebanyak 95 spesies dari 114 spesies mamalia darat di Pulau Sulawesi merupakan satwa endemik Sulawesi.[1] Dari spesies kelelawar, sebanyak 18 spesies dari 75 spesies di Sulawesi merupakan spesies endemik. Jumlah spesies di Sulawesi dari jenis mamalia darat dan kelelawar sebanyak 189 spesies. Dari jumlah tersebut sebanyak 113 spesies merupakan spesies endemik. Pencatatan edemisitas spesies mamalia di Sulawesi terus mengalami peningkatan identifikasi spesies. Misalnya pada spesies tarsius yang awalnya hanya satu, telah dikenali sebanyak 12 spesies endemik.[1] Spesies-spesies lain yang juga mulai dikenali seperti tikus dari ordo Rodensia. Penemuan spesies baru ini khususnya di pegunungan-pegunungan di Sulawesi dan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d Mustari 2020, hlm. 1.
  2. ^ Sosilawati, dkk. (2017). Handayani, A., dan Nababan, M. L., ed. Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-2020: Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Pulau Sulawesi (PDF). Pusat Pemrogaraman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. hlm. 10–11. ISBN 978-602-61190-3-2. 
  3. ^ Mustari 2020, hlm. 1-2.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]