Pangeran Mangkoe Boemi Nata
Padoeka Pangeran Mangkoe Boemi[1] (Pangeran Husin) | |
---|---|
Mangkubumi Kesultanan Banjar | |
Berkuasa | 1823-1 Mei 1841 |
Penobatan | 1823 |
Pendahulu | Ratoe Anom Ismail Ratu Anom Mangku Bumi Sukma Dilaga |
Penerus | Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana 3 Mei 1841-7 September 1851 |
Kelahiran | Goesti Koesin (Husein / Husin) Martapura (Banjar) |
Kematian | 1 Mei 1841 Martapura (Banjar) |
Pasangan | |
Keturunan | Pangeran Kasoema Ningrat[2][5][6] Pangeran Tjitra Kasoema/Pangeran Citra Kasoema[2][5] Pangeran Ardi Kasoema[7][2][5][8] Pangeran Moeksin[2][5] Goesti Jamal (Pangeran Jamal)[2][5] Goestie Sitie (Ratoe Siti)[2][5][9] Ratoe Asia[10] Ratoe Maimoenah[11] Pangeran Aria Wangsa Kasoema[2] Pangeran Muhammad Napis[2] Pangeran Melaya Kesoema[2] Ratu Bandara (Ratu Bendahara) Ratu Berlah[2] Pangeran Amir[2] Pangeran Parbaya (Pangeran Purbaya)[2] Pangeran Ahmad[2] Ratu Syarif Abdullah[2] Gusti Alimuddin Gusti Abun Sari Goesti Daud Pangeran Nasir Pangeran Tirta Kesoema[12] |
Wangsa | Dinasti Tutus Anum |
Ayah | Sultan Sulaiman dari Banjar |
Ibu | Nyai Ratu Intan Sari (Ratna) Ratu Sepuh binti Kiai Adipati Singasari |
Agama | Islam Sunni |
Pekerjaan | Kepala pemerintahan Kesultanan Banjar |
Kelahiran Goesti Koesin (Husein / Husin) bergelar Pangeran Mangkoe Boemi Nata[5][9][13] atau Pangeran Mangkoe Boemi[14][15] atau Pangerang Mangkoe Boemie[16][17] atau Pangeran Mangkubumi Nata Kasuma (bin Sultan Sulaiman) adalah mangkubumi Kesultanan Banjar yang dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Ia adalah adik Pangeran Sultan Adam yang telah ditetapkan sebagai pengganti Sultan Sulaiman.Pangeran Mangkubumi Nata Kasuma merupakan anak laki-laki yang kedua Sultan Sulaiman. Ia menjabat mangkubumi hingga 1 Mei 1841 mendampingi ayahandanya Sultan Sultan Sulaiman.Pangeran Mangkoe Boemi Nata memperisteri Nyai Intan Alooh Intan Putri Alooh Oengka binti Kiai Singasari[3]Sedangkan anak laki-laki tertua Sultan Sulaiman yaitu Pangeran Adam menjadi Sultan Muda (Pangeran Ratu). Sebenarnya anak pertama Sultan Sulaiman merupakan seorang perempuan yakni Ratu Umi yang dilahirkan oleh Nyai Siti Gading. Sultan Adam merupakan anak kedua Sultan Sulaiman yang dilahirkan oleh Nyai Ratu Intan Sari.Menurut tradisi kesultanan Banjar yang berlaku pada saat itu, di antara putera-putera dari seorang Sultan yang sedang berkuasa, maka anak laki-laki tertua dari permaisuri akan dilantik sebagai Sultan Muda dan putera kedua dari permaisuri akan dilantik sebagai Raden Dipati atau Pangeran Dipati atau Pangeran Dipati Anom yaitu calon mangkubumi untuk menggantikan mangkubumi atau Pangeran Mangkubumi sebelumnya yang meninggal dunia.Semenjak dibuatnya perjanjian 4 Mei 1826, pihak kolonial Hindia Belanda dapat mencampuri pengaturan permasalahan mengenai pengangkatan Pangeran Mangkubumi atau Sultan Muda, yang mengakibatkan rusaknya adat istiadat kerajaan dalam bidang ini.
Pangeran Ismael Ratu Anum Mangku Dilaga/ Pangeran Mangkubumi Sukma Dilaga Ratu Anom Ismail (Pangeran Asmail kemudian dibunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga akan melakukan kudeta.Jabatan mangkubumi kemudian dipegang oleh anak kandung nya Pangeran Husein adik kandung sultan adam .pangeran Husin dengan gelar Pangeran Mangkubumi Nata putera Sultan Sulaiman sendiri.Pada tahun 1823 Pangeran Husein dengan gelar Pangeran Mangkubumi Nata diduga terlibat atas kematian yang tidak wajar terhadap Pamanya sendiri yang bernama Pangeran Ismael dalam suatu perkelahian karena memperebutkan bakal calon Pangeran Mangkubumi yang kelak menggantikan paman mereka Pangeran Mangkubumi Sukma Dilaga Ratu Anom Ismail.mengirim surat kepada Gubernur-Jenderal VOC Pieter Gerardus van Overstraten untuk mencegah terjadi hukuman mati Gantung. namun surat itu terlambat tidak mendapatkan tanggapan(Cod.Or.2239)[18][19]
Sulthan Sulaiman dari Banjar mengirim surat kepada Residen Gubernur-Jenderal VOC Pieter Gerardus van Overstraten di mana ia memberi pemberitahuan bahwa karena cemburu ia menghukum mati gantung membunuh adik kandung nya Ratu Ismail. Dalam suratnya kepada Perusahaan, ia akan menjelaskan hal ini secara lebih rinci.Sulthan Sulaiman mengirim surat kepada Residen, dengan meterai utuh, diterima di Batavia Sebuah laporan yang sangat rinci tentang alasan mengapa ia membunuh adik kandung nya Pangeran Ismael Ratu Anum Mangku Dilaga/ Pangeran Mangkubumi Sukma Dilaga Ratu Anom Ismail - (Pangeran Asmail menghancurkan kebun lada, telah meminta bantuan pangeran Siak dan Riau untuk menolak pemerintah, dll. Sulthan sulaiman mengklaim bahwa dia harus melakukan perbuatan pembunuhan ini untuk mencegah yang lebih buruk! Apa tanggapan Perusahaan terhadap hal ini dan bagaimana perilaku penduduk?[20]
Ratu Anum Mangku Dilaga/ Pangeran Mangkubumi Sukma Dilaga Sebelum menjabat mangkubumi namanya adalah Ratu Anom Ismail (Pangeran ismail / Pangeran Asmail) mendapat fitnah dengan tuduhan akan melakukan kudeta terhadap Sultan Sulaiman dari Banjar sehingga ia dihukum bunuh oleh abang kandungnya yang juga besannya yaitu Sultan Sulaiman dari Banjar.Pangeran Mangkubumi Nata Sebelum menjabat mangkubumi namanya adalah Pangeran Husin. Ia wafat tahun 1 Mei 1841. Pangeran Mangkubumi Nata mengantikan mangkubumi sebelumnya Pangeran Ismael Ratu Anum Mangku Dilaga/ Pangeran Mangkubumi Sukma Dilaga Ratu Anom Ismail yang dihukum Mati Hukuman Gantung karena didakwa akan melakukan kudeta terhadap Sultan Sulaiman dari Banjar. Pangeran Mangkubumi Nata merupakan kakek dari pihak ibu Gusti Andarun Pangeran Hidayatullah II, sebab ibundanya yang bernama Ratu Siti Maryamah merupakan puteri dari Nyai Intan dengan Pangeran Mangkoe Boemi Nata .[9][20][21]Pada periode 1823-1 Mei 1841, Pangeran Mangkoe Boemi Nata Husin menjabat sebagai Mangkubumi Kepala Administrasi Kesultananan Banjar(Gubernur Pemerintah) Martapura, mendampingi Sultan Adam (1825-1857) dan Sultan Muda Abdurrahman (1825-1852). Menurut J.M.C.E. Le Rutte dalam buku "Episode uit den Banjermasingschen oorlog" edisi kedua (1863), Pangeran Mangkoe Boemi Nata Husin menerima gaji bulanan sebesar f 1.000 gulden, yang berarti f 12.000 gulden per tahun. Pendapatan ini diteruskan kepada penerusnya sebagai Mangkubumi.Selain gaji, sebagai Mangkubumi Kerajaan Banjar, Pangeran Mangkoe Boemi Nata Husin juga memperoleh penghasilan dari hasil pungutan di beberapa daerah, yaitu Doesoen, Bekompai, Basung, Angkinang, dan Kalahiang.[5]
Pengasingan
[sunting | sunting sumber]Catatan berikut ini merangkum peristiwa penting yang melibatkan pengasingan keluarga Kesultanan Banjar oleh Kolonial Hindia Belanda pada tahun 3 Maret 1862:[22] Di tempat pengasingannya, ia menjadi seorang yang aktif dalam menyebarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat setempat.[23]
Catatan Jean M. C. E. Le Rutte[24][25]|
Perjalanan Pengasingan:
- Letnan Satu Johannes Jacobus Wilhelmus Eliza Verstege: - Pangkat terakhir: Letnan Kolonel. - Mengiringi perjalanan keluarga Kesultanan Banjar yang melibatkan Pangeran Wirakusuma II dan Hidayatullah II.
Pengasingan:
- Jumlah Keluarga yang Diusir: 67 keluarga Sultan Banjar. - Tanggal Penahanan: 3 Maret 1862. - Transportasi: - Kapal Van Os: Digunakan untuk mengangkut para tahanan perang. - Kapal Uap Perang Yang Mulia Bali: Mengangkut para tahanan dari Banjarmasin ke Batavia.
- Jadwal Perjalanan:
- Keberangkatan dari Banjarmasin: Pukul 21.00. - Tiba di Batavia (Jakarta): 1 April 1862.
- Lokasi Pengasingan: Cianjur, Jawa Barat.
- Tanggal Pengasingan: 25 Juni 1862. - Status: Tahanan perang di barak militer Hindia Belanda di Cianjur.
Konteks Sejarah
Pengasingan ini terjadi setelah Belanda berhasil menundukkan perlawanan dari Kesultanan Banjar. Pangeran Wirakusuma II dan Hidayatullah II dan beberapa anggota keluarga kerajaan diasingkan sebagai upaya untuk mengakhiri perlawanan dan memperkuat kontrol Belanda atas wilayah tersebut. Pengasingan ini adalah bagian dari strategi kolonial Belanda untuk mengurangi pengaruh dan kekuatan lokal yang dapat mengancam kekuasaan mereka di Hindia Belanda.
Berikut adalah data lengkap mengenai pengasingan keluarga Kesultanan Banjar pada tahun 1862 berdasarkan catatan Catatan Jean M. C. E. Le Rutte:
Keluarga Kesultanan Banjar yang Dibuang ke Jawa Barat (1862)
1. Pangeran Wirakusuma II Putra Sultan Muda Abdurrahman
- Lahir: 19 Agustus 1822 - Wafat: 6 Juni 1901 pada usia 79 tahun - Kakak Tiri Pangeran Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][26]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
2. Ratu Ratna Nafis
- Anak Pangeran Muhammad Nafis Bin Ratu Salamah Binti Sultan Sulaiman dari Banjar - Ibunya: Alooh Sinah Binti Alooh Angool Binti Kiai Adipati Singasari
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][27]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
3. Ratoe Sulthan Abdoel Rachman (Ratoe Halimah)
- Ibu Pangeran Wirakusuma II - Bin ♀ Pangeran Muhammad Said dengan Siti Fatimah Al-Banjari Binti Syarifah Al-Banjari Binti Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][28]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
4. Nyai Arpiah Diceraikan menikah dengan Hidayatullah + Dayang 3
- Pembantu Wanita - Ratu Pangeran Wirakusuma
5. Ratu Ainun Jariah
- Lahir: 1856 - Umur: 6 Tahun - Anak Pangeran Wirakusuma
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][29]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
6. Pangeran Mohamad Illah
- Lahir: 1853 - Umur: 9 Tahun - Anak Pangeran Wirakusuma
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][30]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
7. Ratu Hapsa / Haspah
- Lahir: 1855 - Umur: 7 Tahun - Anak Pangeran Wirakusuma
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][31]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
8. Ratu Asiah / Ratu Hasiah
- Lahir: 1858 - Umur: 4 Tahun - Anak Pangeran Wirakusuma
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][32]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
9. Pangeran-Syarif Abu Bakar Putra Ratu Biduri bin Sultan Muda Abdurrahman
- Anak P. Syarif Umar - Menantu Pangeran Wirakusuma
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][33]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
10. Ratu Syarif Abu Bakar
- Istri No. 9 - Anak Pangeran Wirakusuma
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][34]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
11. Syarifah Ratu Intan
- Lahir: 1858 - Umur: 4 Tahun - Anak No. 9 & 10 - Cucu Pangeran Wirakusuma
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][35]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
12. Njahi Saadah + Dayang 4
- Pembantu Wanita - Pahlawan Perang Banjar - Gugur: 15 Juni 1859 - Ratu Pangeran Wirakusuma
13. Njahi Hadidjah + Dayang 5
- Pembantu Wanita - Pahlawan Perang Banjar - Gugur: 15 Juni 1859 - Pangeran Wirakusuma
14. Goestie Hatidja + Dayang 6
- Pembantu Wanita - Lahir: 1859 - Umur: 4 Bulan - Pahlawan Perang Banjar - Gugur: 15 Juni 1859 - Anak Pangeran Wirakusuma
15. Ratu Hasiah Binti Pangeran Antasari + Dayang 7
- Pembantu Wanita - Meninggal: 23 Februari 1858 - Sebelum Pecahnya Perang Banjar - Ratu Pangeran Wirakusuma
16. Njahi Saadah + Dayang 8
- Pembantu Wanita - Pahlawan Perang Banjar - Gugur: [[15 Juni]1859 - Ratu Pangeran Wirakusuma
17. Ratu Sherif Ali + Dayang 9
- Pembantu Wanita - Pahlawan Perang Banjar - Gugur: 15 Juni 1859 - Puteri Sulung Pangeran Sherif Oemar - Keponakan Hidayat dan Pangeran Wirakusuma
18. Panglima Pengawal Kiai Puspa
- Nama Lahir: Tuan Kotter
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][36]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
19. Panglima Pengawal Kiai Raksa Negara
- Nama Lahir: Abdul Kadir
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][37]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
20. Panglima Pengawal Kiai Mas Demang
- Nama Lahir: Kiai Suta Kassa
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][38]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
21. Panglima Pengawal Kiai Jaya Surna
- Nama Lahir: Diman
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][39]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
22. Panglima Pengawal Kiai Suring Rana
- Nama Lahir: Sahibul Behasyim
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][40]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
23. Dayang 10
- Pembantu Wanita
24. Dayang 11
- Pembantu Wanita
25. Dayang 12
- Pembantu Wanita
26. Dayang 13
- Pembantu Wanita
27. Dayang 14
- Pembantu Wanita
28. Dayang 15
- Pembantu Wanita
29. Dayang 16
- Pembantu Wanita
30. Dayang 17
- Pembantu Wanita
31. Punggawa 1
- Pembantu Lelaki
32. Punggawa 2
- Pembantu Lelaki
33. Anak Punggawa 2
34. Pangeran Hidayatullah
- Lahir: 1822 - Wafat: 24 November 1904 pada usia 82 tahun - 'Adik Tiri Pangeran Wirakusuma II
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][41]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
35. Ratu Mas Bandara
- Istri P. Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][42]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
36. Putri Bintang
- Umur: 6 Tahun -Lahir: 1856
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][43]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
37. Nyai Umpai
- Istri P. Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][44]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
38. Nyai Semarang
- Istri P. Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][45]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
39. Rattena Wandari
- Anak Angkat Nyai Semarang - Umur: 2 Tahun - Lahir: 1860
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][46]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
40. Nyai Jamedah
- Istri P. Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][47]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
41. Nyai Ampit
- Istri P. Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][48]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
42. Gusti Syari Banun menikah dengan Pangeran Muhammadilah Putra Pangeran Wirakusuma
- Umur: 8 Tahun - Anak Hidayat - Lahir: 1854
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][49]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
43. Janda Ratu Scheriff (Syarif) Kesuma
- Binti Syarif Umar
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][50]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
44. Nyai Siti Esah
- Istri Sultan Sulaiman dari Banjar Yang di ceraikan menikah dengan Pangeran Mangkoe Boemi Nata kakek Hidayatulah ,janda kaya dari Mangkubumi Nata 1 mei 1841 mengikuti Ratu Siti
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][51]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
45. Nyai Derie
- Mertua Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][52]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
46. Pangeran Abdul Rakhman
- Umur: 6 Tahun - Lahir: 1856 - Anak Hidayat dengan Almarhumah Ratoe Maas Rattena Kedirie Meninggal: 15 Juni 1859 (Perang Banjar) Binti Pangeran Parbaya (Saudara Ratu Siti)
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][53]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
47. Gusti Mohamad Saleh
- Umur: 7 Tahun - Lahir: 1855 - Anak Hidayat dengan Nyai Arpiah
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][54]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
48. Putri Bulan
- Anak Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][55]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
49. Ratu Siti
- Ibu Hidayatullah
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][56]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
50. Pangeran Kasuma Indra / Pangeran Indra Kesuma
- Menantu Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][57]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
51. Ratu Kasuma Indra
- Anak P. Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][58]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
52. Pangeran Mohamad Hanafiah
- Umur: 4 Bulan - Anak dari No. 50 & 51
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][59]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
53. Pangeran Jaya Kasuma / Raden Tuyong
- Saudara Kandung Ratu Siti
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][60]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
54. Ratu Jaya Kasuma
- Saudara Kandung P. Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][61]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
55. Gusti Mohamad Seman
- Anak No. 53 & 54
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][62]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
56. Pangeran Sasra Kasuma
- Pangeran Sasyra Kesuma - Anak P. Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][63]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
57. '
- Ratu Sasyra Kesuma 1 - isrtri 1 Pangeran Sasyra Kesuma
58. '
- Ratu Sasyra Kesuma 3 - isrtri 2 Pangeran Sasyra Kesuma
59. '
- Pangeran Sasyra Kesuma1 - Anak Pangeran Sasyra Kesuma
60. '
- Pangeran Sasyra Kesuma2 - Anak Pangeran Sasyra Kesuma
61. '
- Pangeran Sasyra Kesuma3 - Anak Pangeran Sasyra Kesuma
62. Nyai Ipah
63. Gusti Isa / Pangeran Mohamad Alibasa
- Menantu P. Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][64]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
64. Ratu Saleha
- Anak P. Hidayat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][65]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
65. Gusti Unus
- Anak Pangeran Kasuma Ningrat
dimakamkan di daerah Bukit Joglo yang sekarang masuk Kel. Sawah Gede, Cianjur Jawa Barat yang letaknya dekat dengan Taman Prawatasari.[23][66]dimakamkan juga Sultan Ibrahim Khaliluddin sultan terakhir dari Kesultanan Paser
66. Dayang 1
- Pembantu Wanita
67 Dayang 2
- Pembantu Wanita
Untuk catatan, Letnan satu Johannes J. W. E. Verstege mengiringi perjalanan keluarga kesultanan di atas.
Bagan Silsilah
[sunting | sunting sumber]Jalur silsilah Pangeran Mangkoe Boemi Nata | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
}}
}}
|
Surat yang pernah dikirim Pangeran Mangkubumi kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda[76]
[sunting | sunting sumber]- AN. 55, Arkib Negara, Jakarta.
Pangeran Mangkubumi, Banjarmasin → Gur. Jen., 1 Safar 1239 (7 Oktober 1823). Isi: Pernyataan bahwa Mangkubumi bersedia diangkat sebagai kepala pemerintah Banjar dan telah bersumpah sesuai dengan perjanjian antara Kompeni dan negeri Banjar.
Didahului oleh: Pangeran Perabu Anum |
Mangkubumi 1823-1843 |
Diteruskan oleh: Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana |
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ van Eysinga, Philippus Pieter Roorda (1843). Indie: ter bevordering der kennis van Nederlands oostersche bezittingen. III. Boek Java : aardrijkskunde, staatkunde, krijgswezen, oudheidkunde, godsdiensten, kronijken, geschiedenis (dalam bahasa Belanda). 1. Gebroeders Nys. hlm. 175.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t (Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "tutur candi" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ a b http://silsilahkayutangi.blogspot.com/p/silsilah-kiai-adipati-singasari-raja.html
- ^ (Belanda) J. M. C. E. Le Rutte (1863). Episode uit den Banjermasingschen oorlog (edisi ke-2). A.W. Sythoff. hlm. 11.
- ^ a b c d e f g h Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia), Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia) (1860). Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap (dalam bahasa Belanda). 9. Lange. hlm. 126. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "Tijdschrift 9" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ Verzameling der merkwaardigste vonnissen gewezen door de Krijgsraden te velde in de Zuid- en Ooster-afdeeling van Borneo gedurende de jaren 1859-1864: bijdrage tot de geschiedenis van den opstand in het Rijk van Bandjermasin (dalam bahasa Belanda). Ter Landsdrukkerij. 1865. hlm. 13.
- ^ [https://books.google.co.id/books?id=hZJUAAAAcAAJ&pg=PA126&dq=Pangeran+Ardi+Kasoema&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjE5vuwsuDfAhXCsY8KHb1vC1UQ6AEILDAB#v=onepage&q=Pangeran%20Ardi%20Kasoema&f=false
- ^ van Rees, Willem Adriaan (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863 (dalam bahasa Belanda). 1. D. A. Thieme. hlm. 75.
- ^ a b c van Rees, Willem Adriaan (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863 (dalam bahasa Belanda). 2. D. A. Thieme. hlm. 11.
- ^ Ratoe Asia - menikah dengan Pangeran Soeria Mataram, putra Sulthan Adam (Ratoe Asia - gehuwd met Pangeran Soeria Mataram, zoon van Sulthan Adam).
- ^ gesepareerde huisvrouw van Pangeran Said Zein, thans te Batavia, heeft drie dochters, waarvan 1 gehuwd met Pangeran Aria Kasoema, broeder van Sulthan Moeda Tamdjid lllah; de 2 anderen worden onderhouden door Ratoe Kramat).
- ^ Rees, Willem Adriaan van (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863 (dalam bahasa Belanda). 2. D. A. Thieme. hlm. 236.
- ^ Rees, Willem Adriaan (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863 (dalam bahasa Belanda). D. A. Thieme. hlm. 12.
- ^ van Eysinga, Philippus Pieter Roorda (1841). Handboek der land- en volkenkunde, geschiedtaal-, aardrijks- en staatkunde von Nederlandsch Indie (dalam bahasa Belanda). 3. Van Bakkenes. hlm. 175.
- ^ van Ejsinga, Philippus Pieter Roorda (1843). Indie: ter bevordering der kennis van Nederlands oostersche bezittingen. III. Boek Java : aardrijkskunde, staatkunde, krijgswezen, oudheidkunde, godsdiensten, kronijken, geschiedenis (dalam bahasa Belanda). 1. Gebroeders Nys. hlm. 175.
- ^ Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1832). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar (dalam bahasa Belanda). 8. Lands Drukkery. hlm. 68.
- ^ Landsdrukkerij, Landsdrukkerij (Batavia) (1843). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar (dalam bahasa Belanda). 16. Batavia: Lands Drukkery. hlm. 72.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaCodices manuscripti
- ^ Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (dalam bahasa Belanda). 11 (edisi ke-2). 1882. hlm. 193.
- ^ a b "Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde" (dalam bahasa Belanda). Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. 1860: 201.
- ^ Rees, Willem Adriaan (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863. D. A. Thieme. hlm. 8.
- ^ prokal.co. "Pangeran Hidayatullah, Sultan Banjar yang Diasingkan Belanda | Radar Banjarmasin". kalsel.prokal.co (dalam bahasa Indonesian). Diakses tanggal 2022-06-17.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:11
- ^ Le Rutte, Jean Marine Charles Edoeard (1863). Expeditie tegen de versterking van Pangeran Antasarie gelegen aan de Montallatrivier: beschrijving der versterking te Goenong Tongka, na de inname : aantekeningen omtrent Pangeran Hijdaijat, benevens eene naamlijst der officieren van de land- en zeemagt met opgave van de oorlogsbodems die aan den strijd hebben deelgenomen tot onderwerping van Pangeran Hijdaijat (edisi ke-2). A.W. Sythoff (Sijthoff). hlm. 10.
- ^ (Belanda) Rutte, J. M. C. E. Le (1863). Episode uit den Banjermasingschen oorlog. A.W. Sythoff. hlm. 20.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Cafe Yuli Inul", Cafe Terpopuler di Taman Prawatasari Cianjur". Indonesia Media Center (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ "Mencari Surat-Surat :: Sejarah Nusantara". Arsip Nasional Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-20. Diakses tanggal 2018-09-16.
- ^ Annabel Teh Gallop (2002). "Malay Seal Inscriptions: A Study in Islamic Epigraphy from Southeast Asia" (dalam bahasa Inggris). 3. University of London: 447.
- ^ Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van. 1938. hlm. 170.
- ^ https://web.archive.org/web/20140303172019/http://sinarbulannews.wordpress.com/2011/01/02/silsilah-keturunan-sultan-adam-al-wasikubillah-martapura-kerajaan-banjar/
- ^ Gordon, Bruce R. (2018-01-11). "Southeast Asia: the Islands". CoreComm Internet - Start. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-11. Diakses tanggal 2018-09-16.
- ^ a b "Rulers in Asia (1683 – 1811): attachment to the Database of Diplomatic letters" (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia. hlm. 48. Diakses tanggal 2018-09-16.
- ^ a b Willem Adriaan Rees (1867). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: nader toegelicht (dalam bahasa Belanda). Dutch East Indies: D.A. Thieme. hlm. 22.
- ^ Lembaga Kebudajaan Indonesia, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (1860). Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap (dalam bahasa Belanda). 9. Batavia: Lange & Company. hlm. 126.
- ^ https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/kalimantan-4/martapura-banjar/
- ^ Surat Beriluminasi Raja Nusantara; Mu'jizah, Iluminasi dalam Surat Melayu Abad ke-18 dan ke-19, forthcoming