Marga Kota Palu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Marga Kota Palu merujuk pada aturan pemberian marga (nama keluarga) sebagai identitas sebuah kelompok masyarakat dalam tatanan kehidupan suku yang ada di Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu, yang selanjutnya diturunkan dari orang tua kepada anaknya, dari generasi ke generasi. Marga Kota Palu atau nama keluarga Kota Palu biasanya dilekatkan di belakang nama lengkap sehingga memudahkan masyarakat umum mengenali latar belakang keluarga asal. Di Sulawesi Tengah terdapat bermacam-macam adat-istiadat rakyat, yaitu: pakaian, makanan khas, upacara sejak lahir hingga meninggal dunia, perumahan, dan sebagian dibedakan oleh bahasa atau logat. Berdasarkan perbedaannya, di Sulawesi terdapat berbagai bahasa berdasarkan etnis suku itu tersebut, yaitu: Kaili, Tomini, Kulawi, Lore, Pamona, Mori, Bungku, Banggai, Saluan, Balantak, Toli-toli, dan Buol.[1] Bahasa Kaili merupakan bahasa pendukung terbesar di daerah Sulawesi Tengah, karena bahasa kaili di gunakan disekitar daerah Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi-Biromaru, dan sebagian di Kabupaten Poso. Menurut penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh Masyhuda (1979), bahasa Kaili memiliki lebih dari 20 dialek yang berbeda. Bahasa Kaili memiliki dialek pemersatu yaitu dialek Ledo. Disebut dialek pemersatu karena dialek Ledo merupakan dialek yang digunakan sebagian besar masyarakat suku Kaili di Provinsi Sulawesi Tengah khususnya di ibukota provinsi yaitu di Kota Palu.[2] Dalam dialek Kaili lainnya memiliki kesamaan pada makna setiap kata hanya saja intonasi pengucapannya yang berbeda. Nama keluarga yang ada pada suku kaili yang terdapat di kota Palu sebagian besar telah terkontaminasi dengan suku lainnya seperti Arab, Bugis dan lainnya.

Daftar Marga di Kota Palu[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah daftar nama keluarga yang ada di Kota Palu:

A[sunting | sunting sumber]

  • Abigail,
  • Alamry,
  • Alaydrus,
  • Aljufri,
  • Ambalolo,
  • Ananta,
  • Andigunu,
  • Ayubi.

B[sunting | sunting sumber]

  • Barahima,
  • Buraera,
  • Burase,
  • Butolo.

D[sunting | sunting sumber]

  • Datokarama,
  • Datupamusu,
  • Datutinggi,
  • Dindilembah,
  • Djako,
  • Djanggola.

G[sunting | sunting sumber]

  • Ganareke,
  • Gurora,
  • Gimpu.

K[sunting | sunting sumber]

  • Kaharu,
  • Kamala,
  • Kambaco,
  • Kantoro,
  • Koima,
  • Korompot.

L[sunting | sunting sumber]

  • Labora,
  • Ladjuni,
  • Lahamido,
  • Lahase,
  • Lahay,
  • Lamadjido,
  • Lamadupa,
  • Lamakampali,
  • Lamakarate,
  • Lamakasusah,
  • Lamangkau,
  • Lamariapa,
  • Lamarotja,
  • Lamasituju,
  • Lampasio,
  • Lantangi,
  • Lanuhu,
  • Lapabeta,
  • Lapangka,
  • Lapatta,
  • Laraga,
  • Larayu,
  • Larenda,
  • Lasera,
  • Lasimpara,
  • Lasini,
  • Lataha,
  • Latani,
  • Latjuba,
  • Latjumi,
  • Latudju,
  • Latungkara,
  • Lawenga,
  • Lawesigi,
  • Lembah,
  • Lembatina,
  • Limpigau,
  • Loulembah.

M[sunting | sunting sumber]

  • Makaramah,
  • Malontara,
  • Mantali,
  • Mantikulore,
  • Masyhuda,
  • Mowendu,
  • Mumu.

N[sunting | sunting sumber]

  • Ngandro,
  • Nyompa,
  • Nabintina.

P[sunting | sunting sumber]

  • Pakamundi,
  • Palaguna,
  • Pali,
  • Paliudju,
  • Panampi,
  • Parampasi,
  • Parundju,
  • Pasau,
  • Pasi,
  • Pawatta,
  • Petalolo,
  • Petarani,
  • Pindarante,
  • Podung,
  • Ponulele,
  • Puebongo.

R[sunting | sunting sumber]

  • Randalembah,
  • Rantekata,
  • Rantelembah,
  • Runduwaya.

S[sunting | sunting sumber]

  • Saenong,
  • Samaila,
  • Sangadji,
  • Saudo,
  • Sauru,
  • Sidora,
  • Sigilimpu,
  • Sikopa,
  • Sinanang,
  • Singi,
  • Sisilembah,
  • Sitopan,
  • Songkolangi,
  • Sumanga.

T[sunting | sunting sumber]

  • Tabode,
  • Tadorante,
  • Tanette,
  • Tikuntina,
  • Tirolembah,
  • Tjakunu,
  • Tjeho,
  • Tuangkodi.

Y[sunting | sunting sumber]

  • Yodjodolo,
  • Yodjokodi,
  • Yodjombaso,
  • Yotolembah.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Masyhuda, Masyhuddin (1991). Struktur Bahasa Totoli. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 
  2. ^ Masyhuda, Masyhuddin (1979). Morfologi dan Sintaksis Bahasa Kaili. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.