Masjid lsmailiyah Deli Serdang
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Masjid Jamik Ismailiyah adalah masjid yang berada di Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Bagian utara dari masjid dibatasi oleh Sungai Bedagai dan rumah penduduk sedangkan bagian timur berbatasan dengan jalan raya dan perkebunan penduduk. Bagian barat juga berbatasan dengan perkebunan, sedangkan bagian selatan berbatasan dengan bekas istana Kerajaan Negeri Bedagai. Luas lahan Masjid Jamik lsrnailiyah sekitar 900 meter persegi dengan masjid sepanjang 24 meter, Iebar 20 meter, dan tinggi 30 meter. Bangunan masjid dipagari tembok dan besi dan memiliki gapura bertiang. Bagian depan atas dari masjid berbentuk lengkungan yang meruncing dengan atap seng serta bertingkat dua. Atap bagian pinggir di tiap tingkat berhiaskan tumpal dari kayu berwarna kuning. Di halaman masjid terdapat pagar tembok setinggi 1,5 meter yang mengelilingi masjid sebagai penahan dan tempat duduk. Bentuk pagar tembok menyerupai kursi panjang dengan sandaran. Jarak antara pagar tembok dengan bangunan masjid sekitar 3,5 meter. Lantai halaman masjid terbuat dari bata yang ditata rapi dengan tinggi yang lebih rendah 60 cm dari lantai masjid. Masjid jamik Ismailiyah menghadap ke arah timur.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Masjid Jamik Ismailiyah dibangun pada tahun I884. Masjid ini merupakan masjid kerajaan karena istananya terletak di samping kiri masjid (di sebelah selatan). Istana dibangun pada tahun1989. Sekarang tinggal bekasnya saja, struktur bata masih tampak di sana-sin Masjid telah mengalami pemugaran dua kali. Tahun 1937 penggantian atap yang semula dari genteng kemudian diganti dengan seng. Selain itu, posisinya ditinggikan sampai melebihi bangunanistana yang pada waktu masih berdiri. Kubahnya juga diganti dengan ukuran yang lebih besar. Bentuk atapnya tumpang seperti semula. Tahun 1982 dibangun menara dan penggantian lantai dibagian dalam masjid. Lantai semula dari tegel berukuran 30 x 30 m, yang masih terlihat di serambidan bagian belakang bangunan masjid. Selanjutnya tegel diganti dengan keramik. Bentuk lengkung pada tembok yang merupakan pagar serambi masjid yaitu di bagiandepan, samping kiri, dan kanan sudah diubah bentuknya dan adanya penambahan tiang (pilar) yangdibuat dengan bentuk yang terlihat sekarang. Adapun bentuk aslinya masih tampak pada bagianmasjid yaitu berpagar tembok dengan bagian atas bergelombang dan memiiiki dua tiang sebagaipenyangga atap. Pada dinding bagian belakang terdapat bagian luar mihrab berbentuk bulatan sertadua pintu di sisi kanan dan kiri mihrab.
Bangunan
[sunting | sunting sumber]Bangunan Masjid Jamik lsrnailiyah berdiri di atas tanah lebih kurang seluas 900 m2,sedangkan ukuran masjidnya sendiri yaitu panjang 24 m, Iebar 20 m, tinggi ± 30 m. Masjid ini dipagar tembok dan besi, serta memiliki gapura yang ditunjang oleh tiang, dan bagian depan beratap seng, bertingkat dua. Setiap tingkat atap bagian pinggimya berhiaskan tumpal dari kayu dan bercat kunling. Selain pagar dan gapura, di halaman masjid terdapat pagar keliling dari tembok yang tingginya 150 m dan berfungsi sebagai penahan, dapat dipergunakan sebagai tempat duduk, karena bentuknya seperti kursi panjang yang mempunyai sandaran. Antara pagar tembok deogan bangunan induk masjid berjarak ± 3,5 m. Bangunan masjid berdiri di atas lantai bata yang ditata rapi. Tinggi lantai masjid dari lantai bata ini sekitar 60 m.Masjid menghadap ke timur. Serambi Untuk masuk ke dalam serambi harus melewati dua buah anak tangga yang terbuat dari keramik
berwama kuning. Serambi terdapat di sisi timur, utara, selatan, barat. Keempat sisi ini diberi pagar tembok setinggi ± 1 m. Jumlah tiang diserambi lni 22 tiang. Tiang asli terbuat dari besi. Jarak antara pagar serambi dengan dinding ruang utama (ruang untuk sholat) ± 3 m. Di bagian belakang sisi utara dan selatan terdapat serambi tertutup berupa ruangan yang memiliki pintu di bagian depan dan belakang. Sisi barat masjid juga terdapat serambi terbuka yang
mempunyai tonjolan bagian luar mihrab. Serambi ini berpagar tembok. Lantai serambi dari keramik berwama kWling. Hiasan lengkWlgan bagian dalam pagar serambi dihiasi dengan bunga dan sulur-suluran, serta di bagian tiang dihiasi sulur- suluran dan huruf Arab. Dinding serambi yang membatasi antara ruang shalat dan serambi dihiasi dengan · keramik wama coklat bermotif matahari dan sebagian dicat putih.
Ruang utama
[sunting | sunting sumber]Ruang utama (ruang sholat) berukuran ± 21 m x 17 m, berlantai keramik. Dindingnya bercat putihdan dihiasi dengan kaligrafi dan sulur-5\lluran serta bunga-bungaan, bentuk geometris. Dinding di sisi timur (bagian depan) terdapat tiga pintu, dinding di sisi selatan dan utara, selain. tiga pintu juga terdapat dua jeodela. Dinding di sisi barat terdapat dua jendela. Pintu dan jendela bagian atasnya dihiasi omamen bunga-bungaan. Omamen ini menurutmasyarakat setempat disebut "roda sula" yaitu omamen khas suku Melayu. Dinding bagian dalamruang utama dihiasi pula deogan kaligrafi deogan menggunakan cat biru, kuning, dan coklat. Di dalam ruang utama terdapat tiang, mihrab, dan mimbar. Tiang sebagai penyangga atap bersambung dengan bentuk bulat yang makin ke atas diametemya makin kecil.
Mihrab
[sunting | sunting sumber]Mihrab yang terletak di sisi barat berukuran 90 x 140 x 213 em, menjorok ke luar, berbentuk lengkungan setengah lingkaran, bahan dari keramik. Di bagian atas mihrab dihiasi dengan kaligrafi dan sulur-suluran. Mimbar terletak di sebelah kiri mihrab terbuat dari kayu berukir, berukuran panjang 1 m, Iebar I ,5 m, dan tinggi 3 m. Mimbar memiliki pintu yang berdaun pintu atas berbentuk
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Sugiyanti, dkk. (1999). Masjid Kuno Indonesia (PDF). Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat. hlm. 26. ISBN 979-8250-16-8.