Mati sajroning urip
Mati sajroning urip atau lengkapnya mati sajroning urip, urip sajroning pati adalah salah satu ajaran dalam filsafat Jawa. Ungkapan ini dalam bahasa Indonesia bermakna mati dalam hidup, hidup dalam mati. Ajaran ini mengajak manusia untuk mengesampingkan kenikmatan duniawi dan hawa nafsu dan mengutamakan kepentingan yang bersifat rohani atau jiwa. Kenikmatan duniawi di sini termasuk makanan dan minuman, tidur, kesenangan, kepentingan diri, kepemilikan, atau perbuatan yang merugikan orang lain. Hal-hal tersebut adalah ego yang harus dimatikan agar dapat mencapai kebahagiaan dan ketentraman sejati.[1][2]
Pandangan
[sunting | sunting sumber]Islam
[sunting | sunting sumber]Muslim dapat menafsirkan mati sajroning urip sebagai upaya untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia di akhirat kelak. Seseorang harus senantiasa mengingat kematian, bahwa dirinya suatu saat nanti akan mati. Seseorang juga harus mengorbankan kesenangan duniawinya untuk beramal saleh agar mendapatkan pahala yang akan mengantar orang tersebut mendapatkan ganjaran surga.[3]
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Liem, Victor A. (2017-12-21). "Mati Sajroning Urip, Urip Sajroning Pati". BuddhaZine (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-05-18.
- ^ Wahyudi, Agus (2014-01-01). Serat Centhini 7 : Perkawinan Singkat Syekh Amongraga. Media Pressindo.
- ^ "Mati Sak Jeroning Urip - Suara Merdeka". Mati Sak Jeroning Urip - Suara Merdeka. 2019-11-07. Diakses tanggal 2023-05-18.