Mitos pengkhianatan
Mitos pengkhianatan atau mitos ditikam dari belakang (bahasa Jerman: Dolchstoßlegende, pelafalan [ˈdɔlçʃtoːsleˌɡɛndə] ⓘ) adalah sebuah pernyataan, yang banyak dipercaya dalam lingkup sayap kanan di Jerman setelah tahun 1918, bahwa Tentara Jerman bukan kalah pada Perang Dunia I di medan tempur namun karena dikhianati oleh warga sipil di front dalam negeri, khususnya kaum republikan yang melengserkan monarki dalam Revolusi Jerman 1918–19. Para advokat mengutuk para pemimpin pemerintah Jerman yang menandatangani Gencatan Senjata pada 11 November 1918, sebagai "Para Penjahat November" (bahasa Jerman: Novemberverbrecher).
Saat Nazi meraih kekuasaan pada 1933, mereka membuat legenda tersebut sebagai bagian dalam sejarah resmi mereka pada 1920an, yang menggambarkan Republik Weimar sebagai hasil perbuatan dari "para penjahat November" yang melakukan penikaman dari belakang untuk meraih kekuasaan sesambil mengkhianati negara tersebut. Propaganda Nazi menggambarkan Weimar sebagai "sebuahwujud dari korupsi, degenerasi, humiliasi nasional, penganiayaan tak semestinya terhadap 'oposisi nasional' yang jujur—empat belas tahun kekuasaan oleh Yahudi, Marxis, dan 'kebudayaan Bolshevik', telah disapu oleh gerakan Sosialis Nasional di bawah Adolf Hitler dan kemenangan 'revolusi nasional' 1933".[1]
Para cendekiawan di dalam dan di luar Jerman meyangkal pernyataan tersebut, dengan menekankan bahwa tentara Jerman memang kalah jumlah dan hal tersebut terlalu dilebih-lebihkan pada akhir 1918.[2] Bagi beberapa orang Jerman, ekspresi "ditikam dari belakang" adalah sebuah rujukan dari opera tahun 1976 karya Richard Wagner Götterdämmerung, dimana Hagen membunuh musuhnya Siegfried menggunakan tombak dari arah belakang.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan
- ^ Kolb, Eberhard (2005). The Weimar Republic. New York: Routledge. hlm. 140. ISBN 0415344425.
- ^ Watson, Alexander (2008). Enduring the Great War: Combat, Morale and Collapse in the German and British Armies, 1914–1918. Cambridge: Cambridge Military Histories. ch. 6. ISBN 9780521881012.
- ^ Roberts, J. M. (1999). Twentieth Century: The History of the World, 1901 to the Present. London: Allen Lane/The Penguin Press. hlm. 289. ISBN 0-713-99257-3.
Bacaan tambahan
- Chickering, Rodger (2004). Imperial Germany and the Great War, 1914–1918. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0521547806.
- Diest, Wilhelm; Feuchtwanger, E. J. (1996). "The Military Collapse of the German Empire: the Reality Behind the Stab-in-the-Back Myth". War in History. 3 (2): 186–207. doi:10.1177/096834459600300203.
- Schivelbusch, Wolfgang (2001). The Culture of Defeat: On National Trauma, Mourning, and Recovery. New York: Picador. ISBN 0312423195.
- Watson, Alexander (2008). "Stabbed at the Front: After 1918 the Myth Was Created That the German Army Only Lost the War Because It Had Been 'Stabbed in the Back' by Defeatists and Revolutionaries on the Home Front. Reviews the Clear Evidence That in Reality It Simply Lost the Will to Go on Fighting". History Today. 58 (11).
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Antisemitism on the Florida Holocaust Museum website
- Die Judischen Gefallenen A Roll of Honor Commemorating the 12,000 German Jews Who Died for their Fatherland in World War I.
- Book review by Harold Marcuse, with 15 "stab-in-the-back" illustrations, 1918–1942