Lompat ke isi

Monisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Monistik)
Monad adalah simbol yang dirujuk oleh filsuf Yunani sebagai "Yang Pertama"

Monisme adalah konsep metafisika dan teologi bahwa hanya ada satu substansi dalam alam. Monisme bertentangan dengan dualisme dan pluralisme. Dalam dualisme terdapat dua substansi atau realita sementara dalam pluralisme terdapat banyak realita.

Konsep monisme sering kali dihubungkan dengan panteisme dan konsep Tuhan yang kekal.

Monisme filosofis

[sunting | sunting sumber]

Asal dari kata dan pengertian Monad secara historis berakar pada pengajaran filosofis Hellenik dari Pythagoras. Monad berasal dari kata Yunani "μόνος" atau "Mono" yang berarti tunggal dan tidak terbagi.

Monisme sering dilihat sebagai terbagi pada tiga tipe dasar:

  1. Monisme Substansial, yang percaya adanya satu substansi.
  2. Monisme Atributif, yang percaya bahwa walau hanya ada satu substansi, tetapi ada banyak realita individual berbeda dalam kategori ini.
  3. Monisme Absolut, yang percaya bahwa hanya ada satu substansi dan hanya satu realita. Monisme Absolut, dengan demikian menjadi jenis ideal.

Monisme lebih jauh ditetapkan berdasar tiga jenis:

  1. Idealisme, fenomenalisme, atau monisme mentalistik yang menganggap hanya budi yang nyata.
  2. Monisme netral, yang beranggapan bahwa mental dan fisik dapat direduksi menjadi sejenis substansi atau energi ketiga.
  3. Materialisme, yang percaya bahwa hanya materi yang nyata, dan mental dapat direduksi menjadi fisik.

Beberapa posisi lainnya sukar untuk disatukan dengan kategori di atas, termasuk:

  1. Fungsionalisme, seperti materialisme, percaya bahwa mental dapat direduksi menjadi fisik, tetapi juga percaya bahwa semua aspek kritis dari pikiran juga bisa direduksi menjadi suatu lapisan netral tingkatan "fungsional". Sehingga keadaan mental tidak perlu muncul dari neuron. Ini merupakan pendirian populer dari ilmu kognitif dan kecerdasan buatan.
  2. Eliminativisme yang percaya bahwa pembicaraan mengenai mental akhirnya akan terbukti tidak ilmiah dan ditinggalkan sepenuhnya. Seperti halnya kita tidak lagi mengikuti Yunani kuno yang mengatakan bahwa segala sesuatu terbuat dari bumi, air, udara, atau api, masyarakat masa depan tidak akan lagi membicarakan "kepercayaan", "gairah", dan keadaan mental lainnya. Suatu subkategori dari eliminativisme adalah behaviorisme radikal, pandangan yang dianut B. F. Skinner.
  3. Monisme anomali, posisi yang diusulkan oleh Donald Davidson pada tahun 1970an sebagai suatu cara untuk menyelesaikan permasalahan jiwa-raga. Bisa juga dianggap sebagai materialisme atau monisme netral. Davidson percaya bahwa hanya ada persoalan fisik, tetapi objek dan kejadian mental adalah benar-benar ada dan identik dengan (beberapa) persoalan materi. Tetapi materialisme mempertahankan beberapa prioritas, seperti (1) Semua persoalan mental adalah bersifat fisik, tetapi tidak semua hal fisik adalah mental, dan (2) (seperti dinyatakan John Haugeland) Begitu kita menyingkirkan semua atom, tidak ada lagi yang tersisa. Monisme ini secara luas dianggap sebagai kemajuan dibanding teori identitas sebelumnya mengenai jiwa dan raga, karena tidak mengharuskan bahwa seseorang harus bisa menyediakan metode aktual untuk mendeskripsikan ulang jenis entitas mental dalam istilah materi murni. Tentu saja tidak ada metode demikian.
  4. Monisme refleksif, suatu posisi yang dikembangkan oleh Max Velmans pada tahun 2000, sebagai suatu metode untuk mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan agenda penganut dualisme dan reduksionisme mengenai kesadaran, dengan melihat fenomena fisik sebagaimana dipersepsi sebagai bagian dari isi kesadaran.
  5. Monisme dialektika, posisi yang percaya bahwa realitas adalah kesatuan dari keseluruhan, tetapi menegaskan bahwa keseluruhan ini perlu mengekspresikan diri secara dualistik. Untuk penganut monisme dialektika, kesatuan penting adalah dua kutub saling melengkapi yang, walaupun bertentangan dengan realitas mengenai pengalaman dan persepsi, tetapi penting dalam masalah transenden.

Filsuf masa lalu

[sunting | sunting sumber]

Beberapa filsuf pra-Socrates berikut menggambarkan realitas sebagai monistik:

  • Thales: Air.
  • Anaximander: Apeiron, realitas adalah sesuatu tetapi tidak diketahui apa itu.
  • Anaximenes: Udara.
  • Heraclitus: Api (dalam arti segala sesuatu yang selalu berubah).
  • Parmenides: Satu. Realitas adalah suatu lingkaran sempurna yang tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terbagi.

Filsuf pasca-Socrates:

  • Neopythagorian seperti Apollonius memusatkan kosmologi mereka pada Monad atau Satu.
  • Platonisme pertengahan seperti Numenius yang mengekspresikan bahwa alam semesta berasal dari Monad atau Satu.
  • Neoplatonisme juga Monistik. Plotinus mengajarkan adanya Tuhan yang transenden, Yang Maha Esa, yang menjadi sumber munculnya realitas selanjutnya. Dari Tuhan muncul Nous, Psyche, dan Cosmos.

Monisme, panteism, dan panenteisme

[sunting | sunting sumber]

Mengikuti suatu tradisi yang panjang H. P. Owen (1971: 65) mengklaim bahwa

"Pantheist adalah monists ... mereka percaya bahwa hanya satu Ada, dan bahwa semua wujud yang lain dari realitas adalah mode atau tampilan lain darinya atau identik dengannya."

Meski, seperti Spinoza, beberapa panteist dapat juga menjadi monist, dan monisme bahkan penting untuk beberapa versi panteisme (seperti panteisme Spinoza), tidak semua panteist adalah monist. Beberapa adalah pendukung politeisme dan beberapa lainnya pendukung pluralisme; mereka percaya bahwa ada banyak berbagai hal dan jenis serta beraneka jenis nilai. (Esiklopedi Filsafat Stanford). Tidak semua Monist adalah Panteist. Monist eksklusif percaya bahwa alam semesta, Tuhan dari Pantheist, tidak ada. Sebagai tambahan, penganut monisme dapat juga menjadi penganut Deisme, Pandeisme, Teisme atau Panenteisme; percaya akan suatu Tuhan monoteistis yang mahakuasa dan meliputi semua, dan kekal serta transenden. Ada monist politeis dan panenteis dalam agama Hindu (terutama di Advaita dan Vishistadvaita), Judaisme (panenteisme monistik terutama ditemukan di filsafat Kabbalah dan Hasidik), dalam Kristen (terutama dalam Ortodok Oriental, Ortodok Ketimuran, dan Anglikan) dan di Islam (untuk Sufi, terutama Bektashi).

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]