Muhammad Wardan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kyai Kanjeng Raden Penghulu
Muhammad Wardan Diponingrat
Lahir19 Mei 1911
Kauman, Yogyakarta
Meninggal3 Februari 1991
MakamKota Gede, Yogyakarta
KebangsaanIndonesia
PekerjaanKetua Pimpinan Pusat Majelis Tarjih Muhammadiyah (1959-1985) Anggota Badan Hisab Rukyat Depag RI (1973-1990)
OrganisasiPersyarikatan Muhammadiyah
Orang tua
  • Muhammad Sangidu (Kyai Penghulu Kanjeng Raden Haji Muhammad Kamaludiningrat) (bapak)

Muhammad Wardan adalah tokoh Islam Indonesia yang dikenal sebagai penggagas konsep Wujudul Hilal. Nama lengkapnya Kyai Kanjeng Raden Penghulu Muhammad Wardan Diponingrat. Lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta pada Jumat, 19 Mei 1911, meninggal dunia di Yogyakarta, 3 Februari 1991, dan dimakamkan di pemakaman keluarga raja Hastorenggo, Kota Gede, Yogyakarta. Ayahnya adalah Muhammad Sangidu, seorang penghulu Kraton Yogyakarta.

Didorong kegelisahannya terhadap model penentuan awal bulan kamariah tradisional, ia memperkenalkan hisab dengan wujudul hilal. Cara yang menjadi "jalan tengah" antara hisab ijtima dan imkanur rukyat.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Wardan Bersekolah di Standard Schoel Moehammadijah Suronatan Yogyakarta (lulus 1924). Lalu melanjutkan ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah (lulus 1930). Ia kemudian masuk Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta. Wardan juga belajar bahasa Inggris dan bersekolah di HIS meskipun tidak tamat. Gurunya di bidang ilmu falak adalah Siradj Dahlan, putra dari Ahmad Dahlan

Karier[sunting | sunting sumber]

Kariernya dimulai dengan menjadi guru di Madrasah Al-Falah (1934-1936) dan Sekolah Mubalighin Muhammadiyah (1936-1945). Lalu menjadi anggota Dewan Kurator IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan anggota Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI (1973-1990). Dia juga menjadi Ketua Pimpinan Pusat Majelis Tarjih Muhammadiyah (1959-1985).

Karya Tulis[sunting | sunting sumber]

  1. Umdatul Hasib. Buku ini ditulis dalam bahasa Arab. Terdiri dari 12 pasal, isinya meliputi arah kiblat, awal bulan kamariah, gerhana matahari dan bulan.
  2. Kitab Ilmu Falak dan Hisab. Terdiri dari 3 bab yang menjelaskan bola langit, teori astronomi, dan praktik penghitungan
  3. Hisab Urfi dan Hakiki. Buku yang menjadi Magnum opus-nya ini adalah lanjutan Kitab Ilmu Falak dan Hisab. Buku ini menjelaskan cara menetapkan tanggal satu bulan baru lewat wujudul hilal,

Referensi[sunting | sunting sumber]

Azhari, Susiknan. 2007. Hisab & Rukyat, Wacana Untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar