Muhammad bin Umar Bafadhal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Prof. Syeh H. Muhammad Oemar Bafadhal

Muhammad bin Umar Bafadhal, beliau merupakan pemuka agama, tokoh politik dan juga tokoh pendidikan agama islam di Provinsi Jambi, juga dikenal dengan H.M.O. Bafadhal.


Nama dan Nasab Beliau :

Beliau adalah Syekh Muhammad bin Umar bin Abubakar bin Abdullah bin Muhammad bin Ahmad bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad bin Syekh Salim bin Syekh Abdullah bin Syekh Al-Kabir Fadhl bin Syekh Abdullah bin Syekh Al-Imam Sa’ad Al-Faqih bin Al-Arif Billah Syekh Muhammad bin Syekh Al-Imam Al-Faqih Qadhi Ahmad bin Syekh Al-Imam Muhammad bin Syekh Al-Kabir Al-Faqih Fadhl bin Syekh Muhammad bin Syekh Abdul Karim Bafadhal Al-Qahthany Al-Sa’dy Al-Madzhijy Al-Hadhramy.Semoga Allah meridhoi mereka semua. Aminya robbal ‘Alamin...

Kelahiran :

Syeh Muhammad bin Umar Bafadhal dilahirkan waktu maghrib pada hari Jum’at tanggal 22 bulan Dzulqa’dah tahun 1332H bertepatan dengan 23 Oktober 1914M di Kota Jambi,Sumatera-Indonesia. Tidak diragukan lagi bahwa asal usul dan para pendahulu dari shahib al-manakibini berasal dari keluarga besar Bafadhal di Tarim Hadramaut yang terkenal dengan keilmuan, ke shalehan dan ketakwaannya serta ahli dalam ilmu agama. Keluarga besar Bafadhal ini berasal dari Bani Al-Qahthani, yang dinisbatkan kepada Qahthan bin Hudalaihissalam, karena garis keturunan mereka terkait dengan Sam bin Nuh alaihissalam, dan mereka adalah bagian dari nenek moyang bangsa Arab pada umumnya. dan masyarakat Yaman pada khususnya. Nasab keluarga besar Bafadhal ini juga dinisbatkan melalui jalur keturunan Sa’ad Al-Asyirah bin Madzhij, yang menurut riwayat sebelum wafat beliau memiliki anak dan cucu berjumlah 300 orang laki-laki. Adapun asal muasal Syeh H.M.O adalah dari keturunan Syekh Abdullah bin Muhammad Bafadhal yaitu orang pertama bani fadhal yang datang ke kota Palembang dari Hadhramaut, beliau memiliki seorang putra yang bernama Abu Bakar yang lahir dan besar di Palembang dan menikah dengan seorang wanita berketurunan arab di wilayah tersebut, sehingga menyebar luaslah keluarga Bafadhal di Palembang, . Dan Syeh Abu Bakar memiliki anak yang bernama Syekh Umar Bafadhal yang pindah dari kota Palembang ke Jambi mengikuti kebiasaan Arab Hadramaut di Indonesia pada umumnya dalam rangka menyebarkan islam ke kota-kota yang didatangi sambil membawa barang dagangan sebagai modal mereka melanjutkan kehidupan di negeri yang baru tersebut dan kemudian menikah dengan puteri salah seorang Keluarga Bafadhal yang telah lebih dulu bermukim di Kota Jambi dari jalur keturunan Syekh Muhammad Shoufi Bafadhal yang bernama Halimah binti Umar bin Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Syekh Muhammad Shoufi Bafadhal. Syekh Muhammad Shoufi Bafadhal dan anaknya Ahmad adalah keluarga Bafadhal yang pertama datang ke Jambi bersamaan dengan kedatangan rombongan Habib Husin bin Ahmad Baragbah (Keramat Tambak) dalam rangka menyebarkan islam di wilayah Jambi. Disebutkan pula bahwasanya Ahmad bin Syekh Muhammad Shoufi ini merupakan murid dari Shohibur Ratib Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.

Masa Kecil dan Kependidikan :

Disebutkan Syeh H.M.O. Bafadhal semenjak kelahirannya, diambil sebagai anak dan selanjutnya diasuh oleh bibinya dari sebelah ibu yaitu Hamidah binti Umar yang suaminya bernama Syekh Abdurrahman bin Ahmad Bafadhal yang bertempat tinggal di Kampung Magatsari (saat ini lebih dikenal sebagai Pasar Jambi). Berkaitan dengan hal ini, diketahui bahwasanya Syekh Abdurrahman bin Ahmad Bafadhal, dari pernikahannya dengan Hamidah tidak memiliki keturunan, dan beliau memutuskan untuk mengadopsi shohibul manaqib sebagai anak angkat beliau. Beliau baru diberikan keturunan dari pernikahan selanjutnya yaitu seorang anak laki-laki yang bernama Abdullah. Syekh Abdurrahman bin Ahmad Bafadhal adalah seorang terkenal dengan harta kekayaan yang berlimpah di Kota Jambi disamping terkenal dengan kedermawanannya serta banyak memberikan wakaf untuk kepentingan ummat islam pada umumnya dan keluarga Bafadhal Jambi pada khususnya. Bahkan beliau juga memberikan bagian dari peruntukan wakafnya untuk perawatan sumur zam-zam mekkah dan sebagian beliau khususkan untuk pelayanan jemaah haji dan umroh mengambil air di ‘Ain Zubaidah. Diantara wakaf beliau antara lain Masjid Raya Magatsari, Pekuburan Umum Talang Jauh, Madrasah Al Khairiyah. Disamping itu beliau juga mewakafkan 7 Ruko yang berada di Kota Jambi yang diperuntukkan bagi keluarga Bafadhal Kota Jambi yang membutuhkan dan 20% diperuntukan bagi fuqara walmasakin di tarim hadramaut sampai sekarang, semoga Allah membalas kebaikannya dengan sebaik-baik balasan. Amin... Pada usia 4 tahun, Syekh M.O Bafadhal diajak ayah angkatnya berangkat menunaikan ibadah haji ke tanah suci Makkah, dan dikarenakan kondisi keamanan dan politik pada masaitu, beliau tinggal untuk belajar dan menghafal Al Qur’an di tanah suci selama 2 tahun dan beliau dikhitan pada usia 5 tahun di kota Makkah. Sepulangnya ke Jambi, beliau belajar di Sekolah Rakyat Nomor 1 yang bertempat di Simpang Bata Lama Kota Jambi, dan dikarenakan kecerdasan beliau, masa pembelajaran di sekolah tersebut dapat diselesaikan dalam 5 tahun dari yang semestinya masa pembelajaran pada masa itu yaitu selama 6 tahun. Selanjutnya beliau melanjutkan belajar di Madrasah Jami’atul Khair Jakarta (saat ini lokasinya di Tanah Abang Jakarta), Madrasah Jami’atul Khair adalah madrasah yang berkiprah di dunia Pendidikan agama yang didirikan oleh orang Indonesia keturunan Arab Hadramaut di Jakarta. Proses pembelajarannya menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar. Menariknya, walaupun mayoritas pendirinya adalah kaum Sadah Alawiyin, pola pendidikan di Jami’atul Khair tidak bersifat ekstrim pada salah satu mazhab saja walaupun dalam amaliyah individunya tetap dilakukan sesuai tradisi amal dan pemikiran yang diajarkansecara turun temurun. Dalam bidang ilmu tafsir misalnya, beliau mempelajari tafsir quran Al-Manar karangan Syekh Rasyid Ridho. Inilah kiranya yang sangat mempengaruhi corak berpikir Syekh M.O Bafadhal hingga akhir hayatnya yang secara individu sangat menjaga tradisi amaliyah dan pendapat dari mazhab Syafi’i dengan tetap mengedepankan keterbukaan terhadap pemikiran dan pendapat yang berbeda dan tidak fanatik pada satu mazhab tertentu saja. Dikarenakan prestasi beliau, diberikan penghargaan kenaikan kelas sebanyak 3 kali dalam 1 tahun, dan pembelajaran dapat beliau selesaikan hanya dalam waktu 4 tahun dari lama pendidikan umumnya yaitu 6 tahun. Sepulangnya dari pendidikan di Jami’atul Khair Jakarta, beliau melanjutkan pembelajaran di Madrasah Nurul Iman Jambi selama kurang lebih 5 tahun dan selanjutnya beliau juga diminta untuk mengajar di Madrasah Nurul Iman. Selanjutnya pada awal tahun 1937, atas dorongan dan bimbingan guru beliau di Madrasah Nurul Iman yaitu Guru Haji Hasan bin Anang Yahya, ayah angkat beliau membantu mendirikan Madrasah Al-Khairiyah Pasar Jambi dan beliau juga memerintahkan Syekh M.O Bafadhal untuk melanjutkan belajar ke Madrasah Darul Ulum di Kota Mekkah untuk memperdalam ilmu fiqih khususnya dalam bidang ushul fiqh. Salah satu teman seangkatan beliau pada saat belajar di Madrasah Darul Ulum adalah Musnid Al-Dunya Syekh Muhammad bin Yasin AlFadani.

Guru-gurunya :

Syeh H.M.O. Bafadhal pernah belajar dengan beberapa guru yang memiliki pengaruh yang dibatasi pada tiga periode:

A.     Periode di Jami’atul Khair Jakarta (1927 –1931)

-         Sayid Muhamad bin Abdurrahman bin Syahab (Ketua Umum Rabithah Alawiyah pada masa itu)

-         Sayyid Ahmad bin Abdullah Assegaf

-         Sayyid Umar Assegaf

-         Sayyid Muhammad bin Sumaith

-         Al-Faqih Ustadz Hadi Jawas

-         Ustadz Mahmud Bahrein

-         Sayyid Abdullah Hinduan (Pekalongan)

B.     Periode di Nurul Iman Jambi (1931–1936)

-         Guru Haji Hasan bin Anang Yahya

-         Guru Haji Muhammad Ja’far Hoofd

-         Guru Haji Abdul Majid Al Qadhi

-         Guru Haji Abdul Qadir bin Ibrahim

C.     Periode belajar di Makkah (1937 –1939)

-         Sayyid Muhsin bin Ali Al Musawa (Palembang)Syekh Hasan Massyath

-         Sayyid Muhammad Ali bin Husein Al-Maliki

-         Sayyid Alwi Al-Maliki

-         Sayyid Amin Al Quthby

-         Syekh Zubair Pulau Pinang

Selain itu, beliau juga secara khusus memperdalam ilmu hadits kepada Al-Allamah Al-Muhaddits Sayyid Alwi bin Thahir Al Haddad (Mufti Kerajaan Johor Malaysia)

Peran di Bidang Pendidikan dan Pengajaran :

Pada awal tahun 1937, sebelum keberangkatannya menuntut ilmu ke Mekkah, Syekh M.O Bafadhal mulai mengajar di Madrasah Al Khairiyah Pasar Jambi sekaligus menjabat sebagai Wakil Mudir dan sepulangnya dari Mekah, beliau meneruskan mengajar di Madrasah AlKhairiyah hingga tahun 1946. Pada tahun 1946, beliau diangkat menjadi Kepala Kantor Agama Daaerah Jambi, hingga tahun 1955.Seiiring dinamika perubahan penataan keorganisasianDepartemen Agama pada masa itu, beliau kemudian diangkat kembali menjadi Kepala Kantor Urusan Agama Propinsi Sumatera Tengah. Beliau aktif pula berjuang untuk kemajuan di bidang pendidikan agama Islam di Jambi, antara lain melalui forum Musyawarah Majelis Syura Wal Fatawa di Bukit tinggi Sumatera Barat yang mana beliau sendiri duduk sebagai ketuanya. Salah satu hal penting yang menjadi fokus perjuangan beliau adalah bahwa untuk membentuk karakter ummat Islam,di setiap daerah setingkat kabupaten di Sumatera harus didirikan Perguruan Tinggi Islam. Pada Kongres Alim Ulama Seluruh Jambi tahun 1957, beliau menyampaikan makalahnya yang membahas prasaran seputar pentingnya membentuk Perguruan Tinggi dan Perguruan Tinggi Islam di Indonesia dan Daerah Jambi khususnya yang kemudian ditindak lanjuti dengan pendirian Yayasan Pendidikan Islam Jambi yang salah satu agenda utamanya adalah mendorong perubahan status Jambi dari daerah karesidenan menjadi sebuah propinsi, yang kemudian berhasil diwujudkan dengan terbitnya UU 19 tahun 1957. Selanjutnya pada tahun 1960, untuk pertama kalinya berdiri di Jambi sebuah Perguruan Tinggi Islam dengan nama Fakultas Syariah Al-Hikmah dengan afiliasi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam perkembangannya, pada tahun 1967 akhirnya perjuangan beliau berhasil dengan keluarnya penetapan IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi dan Syekh M.O Bafadhal sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademis merangkap Dekan Fakultas Syariah. Perjuangan dan peran beliau di bidang pendidikan khususnya di IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi selalu terlihat antara lain dengan keterlibatan beliau dalam unsur pimpinan hingga pada tahun 1976 beliau menjadi Rektor IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi hingga tahun 1985, dan selanjutnya atas dedikasi dan perjuangan beliau tersebut, ditetapkan sebagai Guru Besar (Profesor) pertama di bidang Ilmu Hadits di Propinsi Jambi. Salah satu pengakuan atas peranan beliau di bidang Pendidikan Agama Islam di Jambi antara lain dengan ditunjuknya beliau sebagai salah seorang pemateri dalam Seminar Hadits Dunia yang diadakan dalam rangka memperingati Haul Imam Bukhari RA yang ke 1200 yang diselenggarakan di Uzbekistan –Uni Sovyet pada tahun 1974 dengan judul makalah : Al-Imam Bukhari Wal ‘Ashril Hadits”.

Peranan di Bidang Dakwah :

Perjuangan Syekh M.O Bafadhal di bidang dakwah juga beliau lakukan melalui keterlibatan beliau dalam organisasi-organisasi yang bergerak di bidang dakwah dan pendidikan Islam, diantaranya:

1.      Persatuan guru-guru agama di Kota Jambi tahun 1941 hingga 1943 melalui pergerakan “Annahdhatul Ishlahiyah”dimana beliau sebagai Ketuanya,

2.     Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDI) Perwakilan Jambi pada tahun 1967,

3.      Ketua Majelis Ulama Indonesia Jambi sejak tahun 1975 hingga akhir hayatnya.


Peranan di Bidang Politik :

Sesuai dengan kondisi pada masa beliau belajar di Madrasah Jamiatul Khair Jakarta, atas perintah guru beliau Sekaligus Murabbi yaitu Sayyid Muhammad bin Syihab Ketua Rabihah Alawiyin pada masa itu, beliau ikut menghadiri Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta. Pada tahun 1934, yaitu masa belajar di Madrasah Nurul Iman Jambi beliau juga sudah aktif mengikuti kegiatan Partai Arab Indonesia yang dipimpin oleh Abdurrahman Baswedan (kakek dari Anies Baswedan) dan beliau merupakan orang Jambi pertama yang menjadi anggota Partai Arab Indonesia kala itu. Perjuangan untuk kemajuan ummat islam juga beliau lakukan dibidang politik, dimana pada tahun 1946 beliau mempelopori berdirinya Partai Masyumi Jambi dengan beliau sebagai ketuanya hingga tahun 1960, dan beliau juga terpilih menjadi Anggota Parlemen Indonesia ( DPR-RI ) di Jakarta periode 1956 –1960. Kiprah beliau dalam sejarah perjuangan di Jambi juga terlihat antara lain dengan ditunjuknya beliau pada tahun 1948 sebagai penandatangan uang ORIPS sebagai uang lokal yang beredar di Jambi atau juga dikenal sebagai Coupon Daerah Jambi.

Anak-anak dan keturunannya :

Selepas wafatnya ayah kandung beliau yaitu Syekh Umar bin Abu Bakar Bafadhal pada tahun 1934, atas permintaan ibu kandungnya dan perintah dari ayah angkatnya, beliau menikah dengan Siti Su’ad binti Thalib bin Abdullah yang merupakan keturunan Arab dari keluarga marga bin Thalib asal Jakarta, pada saat itu usia beliau 21 tahun dan masih menempuh pendidikan di Madrasah Nurul Iman Jambi. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai 14 orang anak laki-laki dan Perempuan yaitu :

1.      Umar Faruq (1936-1979) Sarjana Agama, Pegawai Departemen Agama, Kepala KUA Kec Jambi Luar Kota,

2.     Asiah, (1937-2014) menikah dengan Usmancik bin Husin Bafadhal,

3.     Abdurrahaman Fuad, (1939-1999) Dosen, Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Jambi,

4.     Ahmad, (1940-2019) Insinyur Perkebunan, Pegawai/Kepala Dinas Perkebunan Kab. Bungo,

5.     Farid Tjikwan, (1942-1998) seorang Dokter dan Kepala Dinas Kesehatan di Jambi,

6.     Surayya, (1946) menikah dengan Ahmadi bin Salim Bafafhal,

7.     Sundus, (1949) Guru Agama di Sekolah Dasar, menikah dengan Hasan bin Ahmad Bafadhal,

8.     Fauzi, (1950-2016) Dosen, Guru Besar IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi,

9.     Muhammad Zein, (1952) Sarjana Administrasi, Pegawai Pemda Provinsi Jambi

10.  Taufik, (1953-2022) Pegawai Dirjen Perindustrian Jakarta,

11.  Ridwan, (1956-2020) Doktor, Dosen dan pernah menjabat Rektor STIE Muhamadiyah Kalianda,

12.  Zainah, (1958-2020) menikah dengan Salim bin Ahmad Bafadhal,

13.  Faziah, (1959) Dosen Fakultas Hukum Universitas Jambi, menikah dengan Muhsin bin Shaleh Washfi Bafadhal

14.   Fathiyah, (1963) Pegawai Dirjen Dalam Negeri Jakarta, menikah dengan Muhammad Iriansyah bin Zawawi Ali.


4. Fathiyah, (1963) Pegawai Dirjen Dalam Negeri Jakarta, menikah dengan Muhammad Iriansyah bin Zawawi Ali.


Penghargaan :

Nama beliau H.M.O. Bafadhal di abadikan menjadi nama jalan di Kota Jambi,


Wafatnya :

Beliau wafat pada hari senin tanggal 1 Rabi’ul Awal 1407 atau 3 November 1986 di Rumah Sakit Umum Jambi dan di dimakamkan di komplek pemakaman keluarga Bafadhal di Talang Jauh Jambi.