Museum Brawijaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tampak depan dari Museum Brawijaya

Museum Brawijaya adalah sebuah museum militer yang berada di Malang, Jawa Timur.

Harga Tiket Masuk : Rp.10.000/org

Insentif Pemandu : Rp. 50.000

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Usaha untuk pendirian Museum Brawijaya telah dilakukan sejak tahun 1962 oleh Brigjend TNI (Purn) Soerachman (mantan Pangdam V/Brawijaya tahun 1959-1962). Pembangunan gedung museum kemudian mendapat dukungan Pemerintah Kota Malang dengan penyediaan lokasi tanah seluas 10.500 meter persegi, dan dukungan biaya dari Sdr.Martha, pemilik hotel di Tretes, Pandaan. Arsitek museum adalah Kapten Soemadi. Museum dibangun pada tahun 1967 dan selesai 1968. Nama Museum Brawijaya ditetapkan berdasarkan keputusan Pangdam V Brawijaya tanggal 16 April 1968 dengan sesanti (wejangan) 'Citra Uthapana Cakra' yang berarti sinar (citra) yang membangkitkan (uthapana) semangat/kekuatan (cakra). Sedangkan museum diresmikan pada tanggal 4 Mei 1968 yang terletak di Jl. Ijen, No. 25 A, Gading Kasri, Klojen, Gading Kasri, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.[1]

Peranan Museum Brawijaya[sunting | sunting sumber]

Museum Brawijaya berperan sebagai:


  • Sebagai media pendidikan
  • Sebagai tempat rekreasi
  • Sebagai tempat penelitian ilmiah
  • Sebagai tempat pembinaan mental kejuangan dan pewarisan nilai-nilai '45 prajurit TNI dan nilai patriotisme bagi masyarakat umum
  • Sebagai tempat pembinaan mental kejuangan dalam rangka pembinaan wilayah.[1]

Benda Koleksi[sunting | sunting sumber]

Halaman Depan[sunting | sunting sumber]

Halaman depan Museum Brawijaya adalah taman senjata bernama 'Agne Yastra Loka'. Diartikan secara bebas sebagai tempat/taman (loka) senjata (yastra) yang diperoleh dari api (agne) Revolusi 1945. Adapun benda-benda yang dipamerkan adalah sebagai berikut:

  • Tank buatan Jepang (Type 97 Chi-Ha/Type 97 ShinHoTo Chi-Ha) hasil rampasan arek-arek Suroboyo pada bulan Oktober 1945. Selanjutnya oleh rakyat Surabaya tank ini dipakai untuk melawan sekutu dalam perang 10 November 1945.
  • Senjata Penangkis Serangan Udara (PSU). dikenal dengan Pompom Double Loop / Tipe 96 25 mm Anti Pesawat/Anti Tank direbut oleh pemuda BKR dari tentara Jepang dalam suatu pertempuran pada bulan September 1945. Kemudian dipergunakan oleh BKR dalam rangka mempertahankan kemerdekaan baik dari serangan tentara sekutu maupun tentara Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Dalam pertempuran di barat Bangkalan senjata tersebut berhasil menembak jatuh dua pesawat tempur Belanda.
  • Meriam 3,7 Inch / QF 3.7-inch AA (Si Buang), dirampas dari Belanda dalam serangan 10 Desember 1945 yang dilancarkan pasukan TKR dan laskar pejuang lainnya terhadap kedudukan tentara Belanda di pos pantai Desa Betering. Dalam pertempuran sengit yang berlangsung hampir 6 jam tersebut, gugur seorang prajurit TKR bernama Kopral Buang. Untuk mengenang jasa-jasa prajurit tersebut kemudian meriam ini diberi nama 'Si Buang'.
  • Tank Amfibi AM Track (LVT) pernah digunakan oleh tentara Belanda yang hendak menduduki kota Malang pada masa Perang Kemerdekaan I. Namun usaha ini mendapat perlawanan sengit di Jalan Salak dan sekitar lapangan pacuan kuda antara tentara Belanda yang mempunyai persenjataan lengkap dengan pasukan TRIP yang senjatanya sangat minim dan terbatas sehingga mengakibatkan 35 orang anggota pasukan TRIP gugur. Jenazah dimakamkan dalam kuburan massal sebelah utara ujung timur Jalan Salak dan tempat ini sekarang dikenal sebagai Taman Makam Pahlawan TRIP Malang.
  • Patung Jenderal Sudirman, dimaksudkan untuk mengabadikan dan mengenang jasa-jasa Panglima Besar Jenderal Sudirman.[1]

Ruang Lobi[sunting | sunting sumber]

Ruang ini terletak di antara Ruang Koleksi I dan Ruang Koleksi II. Di ruang ini terdapat dua relief dan dua perangkat lambang-lambang kodam di Indonesia.

  • Relief sebelah selatan melukiskan wilayah kekuasaan Majapahit, juga dipahatkan perahu Hongi yang menggambarkan bahwa Majapahit memiliki armada laut yang kuat sehingga berhasil mempersatukan Nusantara, serta pahatan Raden Wijaya dalam bentuk Harihara.
  • Relief sebelah utara menunjukkan daerah-daerah tugas yang pernah dijalani oleh pasukan Brawijya dalam rangka menegakkan kemerdekaan; menumpas gerakan separatis dan gerombolan pengacau keamanan; serta tugas internasional sebagai pasukan perdamaian dan keamanan PBB di luar negeri.
  • Lambang-lambang Kodam/Kotama TNI AD di Indonesia.[1]

Halaman Tengah[sunting | sunting sumber]

Dua koleksi di halaman tengah adalah Gerbong Maut dan Perahu Segigir.[1]

Ruang Koleksi I[sunting | sunting sumber]

Memamerkan benda-benda koleksi dari tahun 1945-1949. Koleksi yang dipamerkan sebagai berikut:[1]

  • Foto-foto Panglima Kodam di Jawa Timur sejak 1945 sampai sekarang
  • Lukisan pakaian seragam PETA, HEIHO, dan pejuang Lukisan Pamen, Pama, Bintara, dan Tamtama prajurit PETA
  • Burung merpati pos yang pernah digunakan sebagai kurir di daerah Komando Ronggolawe, Lamongan/Bojonegoro dengan front Surabaya pada tahun 1946
  • Termos dibuat dari tempurung kelapa yang pernah digunakan oleh tentara PETA pada masa penjajahan Jepang
  • Pedang samurai sebagai kelengkapan perwira Jepang yang berhasil direbut TKR dari tentara Jepang di perkebunan Ngrakah, Sepanon, Kabupaten Kediri Meja kursi yang digunakan untuk perundingan penghentian tembak-menembak (gencatan senjata) antara TKR/pejuang dengan Sekutu di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1945. Pihak Indonesia diwakili oleh Bung Karno, sedangkan pihak Sekutu diwakili oleh Mayjen Havtorn dan Brigjen Mallaby Senjata buatan pabrik senjata Mrican, Kediri tahun 1945-1946
  • Alat perhubungan atau radio yang pernah digunakan oleh Denhub Brawijaya pada tahun 1945-1946
  • Lukisan pertempuran Surabaya sekitar 10 November 1945
  • Senjata-senjata hasil rampasan Peta pendudukan musuh dan kantong-kantong gerilya serta garis pertahanan TKR Peta Perang Kemerdekaan I (21 Juli 1947)
  • Peta Perang Kemerdekaan II (19 Desember 1948)
  • Peralatan yang pernah dipakai Jenderal Sudirman saat memimpin gerilya di Desa Loceret, Bajulan, Nganjuk
  • Peta rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman Alat-alat kesehatan yang pernah digunakan dr.Harjono yang gugur menghadapi Belanda dalam pertempuran di Krian, Mojokerto pada tahun 1948
  • Pakaian dan mantel Letkol dr.Soebandi, dokter Brigade III/Damarwulam merangkap Resimen Militer Jember
  • Peralatan yang pernah digunakan Kapten Soemitro dalam Perang Kemerdekaan di Nongkojajar, Pasuruan pada tahun 1948 Lukisan Jenderal Sudirman mengadakan inspeksi pasukan di Malang dalam rangka persiapan pemulangan tawanan perang Jepang
  • Lukisan pertempuran terbunuhnya Brigjen AWS Mallaby di depan Gedung Internatio, Jembatan Merah, Surabaya pada tanggal 30 Oktober 1945
  • Lukisan pertempuran di depan Gedung Kempetai (markas tentara Jepang); tempat ini sekarang didirikan Tugu Pahlawan Lukisan pemberangkatan tawanan Jepang di Stasiun KA Malang selatan (Stasiun Kota Lama) pada tahun 1945
  • Lukisan pemberangkatan tawanan Jepang ke Pelabuhan Probolinggo menuju Pulau Galang pada tahun 1945
  • Lukisan serah terima samurai dari Brigjen Wabe Sigewa kepada Jenderal Sudirman pada tanggal 28 April 1946 Malang
  • Mata uang yang pernah berlaku di Indonesia pada masa revolusi
  • Senjata peninggalan TRIP yang pernah dipakai dalam pertempuran di Gunungsari tanggal 28 November 1945
  • Mobil sedan keluaran pabrik Desoto USA tahun 1941 yang pernah digunakan Kolonel Sungkono, Panglima Divisi I/Jawa Timur 1948
  • Panji-panji/lambang-lambang satuan yang pernah digunakan oleh kesatuan-kesatuan Kodam VIII/Brawijaya pada tahun 1945

Ruang Koleksi II[sunting | sunting sumber]

Memamerkan benda-benda koleksi dari tahun 1950-1976. Koleksi yang dipamerkan adalah:[1]

  • Peta kota Malang dan perkembangannya
  • Foto-foto burgemester dan wali kota Malang dari zaman pemerintahan Belanda sampai sekarang
  • Meriam dan bejana besi Senjata rampasan dari PRRI/Permesta
  • Komputer pertama yang digunakan oleh Jawatan Keuangan, Kodam V/Brawijaya
  • Maket patung Raden Wijaya sebagai Prabu Brawijaya Teks Sapta Marga dan Sumpah Prajurit dari marmer
  • Peta penugasan pasukan Brawijaya Alat musik yang dipernah digunakan oleh Detasemen Musik Kodam V/Brawijaya
  • Peralatan perang yang pernah digunakan pasukan Brawijaya untuk merebut Irian Barat pada Operasi Trikora tanggal 19 Desember 1961
  • Peralatan tradisional rakyat Irian Jaya
  • Lukisan timbul Mayjen Soeharto sebagai Panglima Mandala dalam rangka merebut kembali Irian Barat
  • Atribut Kapten dr. Arjoko dari Jawatan Kesehatan Kodam V/Brawijaya yang gugur di Irian Jaya pada bulan Maret 1964 akibat pesawat udara yang ditumpanginya jatuh di Ganyem, Papua
  • Bendera Katanga
  • Pakaian seragam tentara Papua buatan Belanda
  • Meja dan lilin yang pernah digunakan sesepuh Brawijaya untuk asas pembinaan keluarga besar Brawijaya pada tahun 1966 di Candi Panataran
  • Peralatan topografi yang pernah digunakan oleh Brigade Topografi Angkatan Darat pada tahun 1945
  • Senjata-senjata hasil rampasan Operasi Trisula dalam rangka penumpasan sisa-sisa komunis di Blitar Selatan tahun 1968
  • Senjata-senjata hasil rampasan Operasi Seroja di Timor Timur oleh pasukan Brawijaya tahun 1975-1976
  • Album nama prajurit Brigif 2 Dharma Yudha yang gugur dalam Operasi Seroja
  • Bendera Portugal hasil rampasan Brigif Linud 18 pada Operasi Seroja 1975
  • Mata uang Jepang yang beredar di Indonesia Patung burung elang merupakan lambang satuan Brigif 10 yang dilikuidasi pada tahun 1975
  • Piala dan tanda penghargaan dari satuan Kodam Brawijaya yang dilikuidasi

Perpustakaan[sunting | sunting sumber]

Perpustakaan Museum Brawijaya merupakan tempat untuk mengoleksi buku-buku dan dokumen-dokumen sejarah perjuangan TNI, karya-karya umum, dan referensi yang terkait dengan pengabdian terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g https://www.museumindonesia.com/museum/50/1/Museum_Brawijaya_Malang
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-26. Diakses tanggal 2018-07-26.