Lompat ke isi

Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. A.H. Nasution

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. A. H. Nasution
Tampak depan Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. A.H. Nasution
Peta
Didirikan3 Desember, 2008
LokasiJalan Teuku Umar No. 40,
Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng
Kota Jakarta Pusat 10350
JenisMuseum Pahlawan Nasional

Museum Abdul Haris Nasution atau tepatnya Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution[1] adalah salah satu museum pahlawan nasional yang terletak di jalan Teuku Umar No. 40, Jakarta Pusat, DKI Jaya, Indonesia. Museum ini terbuka untuk umum dari hari Selasa hingga hari Minggu, dari pukul 08:00 hingga pukul 14:00 WIB. Setiap hari Senin dan setelah libur nasional museum ini ditutup untuk umum.

Museum ini semula adalah kediaman pribadi dari Pak Nasution yang ditempati bersama dengan keluarganya sejak menjabat sebagai KSAD tahun 1949 hingga wafatnya pada tanggal 6 September 2000. Selanjutnya keluarga Nasution pindah rumah pada tanggal 29 Juli, 2008 sejak dimulainya renovasi rumah pribadi tersebut menjadi museum.

Di kediaman ini Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution telah menghasilkan banyak karya juang yang dipersembahkan bagi kemajuan bangsa dan negaranya.

Di tempat ini pulalah pada tanggal 1 Oktober, 1965 telah terjadi peristiwa dramatis yang hampir merenggut nyawa Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution. Pasukan Tjakrabirawa G-30S/PKI berupaya menculik dan membunuh dia, namun hal ini gagal dilakukan. Dalam peristiwa tersebut, putri kedua dia, Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean gugur.

Museum Nasional Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution diresmikan pada hari Rabu, 3 Desember, 2008 sore (bertepatan dengan hari kelahiran Pak Abdul Haris Nasution), oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Museum seluas 2.000 meter persegi tersebut, merupakan prasasti hidup dan kehidupan Jenderal Besar A.H. Nasution dan keluarga. ”Semoga museum ini akan menjadi mata air yang mengalirkan kiprah, memberikan arah, mengajak kebijakan dalam bertindak, berkelana untuk menemukan makna bagi generasi muda negeri ini. Mata air yang menumbuh suburkan keadilan kuantitatif dan kualitatif,” kata Bu Nas.[2]

Dalam sambutannya, Presiden SBY mengatakan bahwa monumen sejarah ini akan menjadi kebanggaan para prajurit TNI serta bangsa Indonesia. ”Saya pahami, bahwa tentu tidak semua lintasan dan jejak pengabdian Nasution bisa diabadikan di museum ini. Tetapi, paling tidak ada tonggak-tonggak penting yang dapat dilihat oleh generasi muda kita, dan generasi muda TNI yang akan melanjutkan perjuangan bangsa,” SBY menambahkan.[2]

Presiden SBY juga bercerita mengenai kekagumannya akan almarhum. ”Pak Nas memiliki pemikiran-pemikiran yang brilian. Dia juga memiliki kepedulian yang tinggi pada pendidikan dan dunia pengetahuan. Buku karya Pak Nas yang berjudul Tentara Nasional Indonesia, Pokok-Pokok Perang Gerilya dan Sekitar Perang Kemerdekaan, telah menjadi buku favorit dan telah dibaca berkali-kali oleh Presiden SBY. Presiden kemudian menekan tombol sirene dan penandatanganan prasasti sebagai tanda peresmian Museum Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution.[2]

Dalam acara peresmian museum tersebut, juga dilakukan penyerahan Koleksi Museum Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution oleh Ibu Johana Sunarti Nasution, berupa Pita Tanda Jasa dan Penyerahan Kunci Monumen dan Museum PETA oleh Bapak Himawan Sutanto kepada Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo.

  1. ^ "Keterangan mengenai museum ini di situs Dinas Sejarah TNI AD". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-01-28. Diakses tanggal 2010-09-15. 
  2. ^ a b c "Peresmian Museum Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-07-03. Diakses tanggal 2010-08-17. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]