Nedi Gampo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Nedi Gampo
LahirNedi Erman
(1965-04-23)23 April 1965
Parak Jua, Baringin, Lima Kaum, Tanah Datar, Sumatera Barat
Meninggal28 Februari 2019(2019-02-28) (umur 53)
Padang, Sumatera Barat
PekerjaanPembawa acara, pelawak, penyanyi, dan pencipta lagu
Suami/istri2
Anak5
Karier musik
GenrePop Minang, komedi
InstrumenVokal
Tahun aktif1993—2019
LabelPitunang Record, Gita Virma Record, Balada Record, Elta Record

Nedi Erman atau lebih dikenal dengan nama panggung Nedi Gampo (23 April 1965 – 28 Februari 2019) adalah seorang seniman legendaris Minangkabau.[1] Ia dikenal sebagai pembawa acara, pelawak, penyanyi, dan pencipta lagu pop Minang. Ia memulai karier sejak tahun 1990-an. Dengan ciri khas lagunya yang lawak dan kocak, lagu-lagunya disukai oleh masyarakat Sumatera Barat.[2]

Ia meninggal dunia pada 28 Februari 2019 pukul 07.30 WIB di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.[1] Sebelum meninggal, Nedi Gampo terdaftar sebagai calon anggota legislatif untuk DPRD Sumatera Barat dari Partai Gerindra.[3]

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Nedi Erman lahir di Parak Jua, Nagari Baringin, Kecamatan Lima Kaum, Kota Batusangkar, Tanah Datar pada 23 April 1965 sebagai anak pertama dari lima bersaudara.[4] Tanah Datar adalah pusat kebudayaan Minangkabau dan menjadi daerah darek atau tanah asal suku Minang.

Nedi Gampo pernah berkuliah di ASKI Padang Panjang (kini ISI).[4]

Karier[sunting | sunting sumber]

Ia memulai karier sebagai penyanyi pada awal dekade 1990-an dengan memakai nama panggung Nedi Gampo. Ia mengaku terinspirasi dari penyanyi legendaris Minang, Zalmon.[5]

Album lagu pertamanya berjudul Sayuik Sauleh produksi Pitunang Record.[4][6] Saat itu, lagu-lagunya diputar dengan pemutar musik tape dari kaset berpita hitam. Ia mencuat sebagai pencipta lagu lewat lagu Sapayuang Bajauah Hati dan Lenyai yang dipopulerkan Zalmon, juga telah berpulang pada 21 Mei 2011 di Padang.[4]

Nedi dikenal pula sebagai penata musik rekaman setelah sukses mengaransir lagu-lagu pada album Cinto Putiah Babungo Ungu. Ia punya talenta membawakan musik serius. “Suaranya bagus. Tapi, Nedi memilih menekuni jalur musik jenaka. Bukan dia tidak bisa (membawakan lagu serius). Dia punya kemampuan musik dan vokal bagus, tapi dia berpikir tidak akan bisa bersaing dengan misalnya, Zalmon dan An Roys dan lainnya,” terang Rhian D’Kincai, pencipta lagu Minang dan jurnalis senior di Sumatera Barat.[4]

Nedi Gampo dikenal sebagai penyanyi dengan sentuhan lirik yang mengocok perut.[2] Meskipun dengan penyampaian yang lawak, tetapi banyak sekali pesan dan pembelajaran yang bisa dipetik dari lagu-lagunya. Nedi Gampo lewat liriknya juga leluasa menyuarakan kritikan sosial, yang salah satunya tersaji di album Dimakan Caciang.

Sampai jelang wafatnya, Nedi aktif dengan job dendang KIM-nya. Selain lagu jenaka, Nedi mengangkat popularitas lagu Kim yang sempat merajai lagu Minang pada dekade 90-an.[4]

Damam Akiak, Angguak-angguak Geleng, dan Kaleng Kuncang ialah beberapa ratusan judul lagu lagu yang ia bawakan dan ciptakan sendiri. Setelah diangkat kembali oleh Nedi, lagu Kim kembali populer dan digarap oleh banyak penyanyi setelahnya.[4]

Rhian mengenang Nedi sebagai sosok yang berani bersikap dan tegas. Nedi adalah salah seorang pegawai di Universitas Andalas.[4] Lalu memutuskan berhenti sebagai PNS. Sementara untuk menjadi PNS itu sangat sulit, dia malah berhenti. “Tidak berapa seniman yang seperti itu,” tandas Rhian.

Meninggal dunia[sunting | sunting sumber]

Penyanyi legendaris ini meninggal dunia pada Kamis 28 Februari 2019, pukul 07.30 di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang akibat serangan jantung.[4][7] Beberapa waktu yang lalu, ia juga terkena strok.[6]

Sebelum meninggal, Nedi tampil di Tanjung Pinang pada Selasa malam, 26 Februari 2019. Keesokan harinya, ia pulang dan tiba di Padang langsung dirawat. "Sebelum tampil di Tanjung Pinang, Uda Nedi main Kim di Kalimantan," ujar Noverman, adik Nedi Gampo.[4]

Jenazah disemayamkan dan dimandikan di rumah orang tuanya di Parak Jua, Nagari Baringin, Kecamatan Lima Kaum, Kota Batusangkar, Tanah Datar, setelah disemayamkan terlebih dahulu di rumahnya Kompleks Perumahan Batang Kabuang Asri dan Kompleks Perumahan Jihad Padang. Nedi meninggalkan anak 3 perempuan dan 2 laki-laki dari 2 orang istri.[4] Lima ratusan pelayat tampak berduka saat almarhum dilepas ke taman keabadiannya.

Muhammad Shadiq Pasadigoe mewakili Ikatan Keluarga Tanah Datar melepas almarhum dengan duka cita dan ditutup dengan doa oleh Muasri.

Terlihat melayat tokoh dan seniman antara lain Muasri (Kepala Taman Budaya Sumatera Barat), Desri Ayunda, Asnam Rasyid, Agus Taher, Rina Hastuti, Indra Sakti Nauli, H. Boy Lestari Datuak Palindih, Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi, para kepala OPD Pemda Tanah Datar, tokoh masyarakat serta para artis, seniman, budayawan, produser, dan lainnya.[4]

Jenazah Nedi Gampo tiba di rumah duka di Parak Jua Batusangkar sekitar pukul 13.30 dan dikebumikan di pandam pekuburan keluarga di Pincuran Tujuah, Batusangkar. Sebelum dikebumikan jenazah disalatkan di Masjid Raya Lantai Batu yang merupakan tempat dulu semasa kecil almarhum mengaji.[4]

Album[sunting | sunting sumber]

Album yang pernah ditelurkan oleh Nedi Gampo di antaranya,[2]

  • Sagalo Gadang (1993), produksi Pitunang Record
  • Pisau Silet (1995), produksi Gita Virma Record
  • Aki Suak (1996), produksi Baramas
  • Jawinar (1998), produksi Gita Virma Record
  • Bangku Angek (2000), produksi Gita Virma Record
  • Uwia-uwia Mintak Gatah (2001), produksi Gita Virma Record
  • Dimakan Caciang (2005) produksi Gita Virma Record
  • Angguak-Angguak Geleng (2007), produksi Gita Virma Record
  • Barangkek Kosong (2008), produksi Balada Record

Rujukan[sunting | sunting sumber]