Ngrowo, Madiun
Ngrowo | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Kota | Madiun |
Kecamatan | Taman |
Luas | - |
Jumlah penduduk | - |
Kepadatan | - |
Ngrowo adalah sebuah lingkungan atau kampung kecil yang mempunyai sejarah panjang serta dapat pula menjadi saksi sejarah berdirinya kota Madiun. terletak wilayah Kelurahan Mojorejo, kecamatan Taman, kota Madiun, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Daerah tersebut juga dilintasi jalur transportasi darat Surabaya-Ponorogo. Ngrowo juga dikenal sebagai daerah paling tua dengan bukti peninggalan zaman dahulu yaitu Masjid kuno Al-Arrowiyah Ngrowo yang berada di jalan Rawa Bhakti, Madiun.
Geografi
[sunting | sunting sumber]Secara geografis Ngrowo terletak pada 7°38'28"S 111°31'47"E dan berbatasan langsung dengan kelurahan Taman di sebelah barat dan kelurahan Pandean di sebelah selatan. Kali Ngrowo mengalir di wilayah ini, merupakan salah satu sumber untuk pengairan sawah. Daerah Ngrowo juga menjadi sumber air bersih untuk masyarakat Madiun dengan berdirinya kantor produksi PDAM-Ngrowo yang terbentang di barat wilayah tersebut. Tempatnya yang strategis sangat dekat dengan pusat belanja dan hiburan rakyat, pusat olahraga umum serta pelayanan masyarakat seperti Pasar Sleko, (PBM) Pasar Besar Madiun, Pasar kawak, Lapangan sepak bola Mojorejo, Lapangan olahraga Gulun, Kantor SAMSAT kota dan kabupaten, Kantor bersama DISPENDUKCAPIL, kantor Radar Madiun, Radio RRI Madiun, serta pusat makanan khas Madiun jalan Salak, dll.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pada masa kekuasaan kesultanan Pajang, Desa Taman masih berupa hutan belantara, tetapi setelah ibu kota Kabupaten Madiun di Wonorejo hancur akibat peperangan melawan Mataram pada tahun 1590, Bupati Pangeran Adipati Pringgoloyo (pengganti Raden Ayu Retno Djumilah), merencanakan membangun istana kabupaten di hutan Taman, di daerah ini terdapat rawa-rawa yang luas dan berair bersih seperti telaga (sekarang disebut ”NGROWO”).
Pada masa kekuasaan Kasunanan Kartasura. Sekitar tahun 1703, Raden Ayu Puger, istri Susuhunan Paku Buwono I yang berasal dari Madiun, berniat membangun Taman di Daerah Ngrowo, Madiun, sebagai Tamansari (taman wisata), dengan adanya rencana itu maka daerah ini kemudian disebut ”Taman” (yang sekarang adalah kelurahan bersebalahan langsung dengan Ngrowo di sebelah Barat), sejak itu pula daerah Taman diberi kebebasan dari kerja rodi, tidak dipungut pajak, tetapi wajib merawat taman yang akan di bangun.
Sosial Budaya
[sunting | sunting sumber]Pada masa era kemerdekaan, Ngrowo dikenal dengan daerahnya yang diselimuti tumbuhan pohon bambu yang sangat lebat. Sehingga banyak orang yang takut dengan wilayah itu karena dikenal sepi dan banyak kejadian negatif dikala masa itu.
[2] Ngrowo juga merupakan pelestari budaya tradisional, yaitu pencak silat. Dimana merupakan salah satu kekayaan seni beladiri di Indonesia. Bentuk-bentuk pelestarian itu seperti masih ada dengan adanya organisasi pencak silat asli Madiun seperti Persaudaraan Setia Hati TERATE yang merupakan salah satu organisasi pencak silat tertua di Indonesia yang turut membentuk alur aliran pencak silat di Indonesia, Setia Hati Terate yang dapat dikatakan sebagai organisasi pencak silat terbesar di Indonesia yang turut membidani lahirnya IPSI ( termasuk 10 perguruan historis IPSI ).