Nominalisasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Nominalisasi, dalam linguistika, adalah penggunaan verba (kata kerja) atau adjektiva (kata sifat) sebagai nomina (kata benda), dengan atau tanpa perubahan morfologis, sehingga kata tersebut dapat bertindak sebagai kepala dari suatu frasa nomina.

Nominalisasi ada pada bahasa-bahasa di seluruh dunia. Beberapa bahasa memungkinkan verba digunakan langsung sebagai nomina, sedangkan yang lainnya memerlukan beberapa bentuk transformasi morfologis. Bahasa Inggris memiliki kedua kasus tersebut.

Nominalisasi dalam berbagai bahasa[sunting | sunting sumber]

Bahasa Indonesia[sunting | sunting sumber]

Dalam bahasa Indonesia contohnya memakai partikel yang "Anak yang memakai baju merah itu sedang makan kue" di mana "Anak yang memakai baju merah itu" menjadi grup nominanya. Nominalisasi juga dapat dilakukan dengan imbuhan -nya, misalnya "Dibangunnya jembatan secara swadaya oleh masyarakat memudahkan angkutan antar kedua kampung itu" di mana grup nominanya adalah "Dibangunnya jembatan secara swadaya oleh masyarakat". Contoh lain adalah "Tinggal di Surabayanya seminggu".

Contoh lain dengan ke-, -an, pe-...kan, pe-...-an, dan ke-...-an, contoh:

  • gerakan, pergerakan (dari gerak)
  • perubahan (dari ubah)
  • kemudahan (dari mudah)
  • kehendak (dari hendak)
  • kegagalan (dari gagal)

Bahasa Tionghoa[sunting | sunting sumber]

Dalam semua bahasa Tionghoa, partikel digunakan untuk menominalisasikan verba dan adjektiva. Dalam bahasa Mandarin, yang umum adalah 的 de, yang melekat baik pada verba maupun adjektiva. Contoh, chī (makan) menjadi chīde (yang dimakan). Bahasa Kanton menggunakan 嘅ge yang fungsinya serupa, sementara bahasa Minnan menggunakan ê.

Dua partikel lain yang ditemukan diseluruh bahasa Tionghoa digunakan secara eksplisit untuk menandakan nomina yag ternominalisasi baik sebagai pelaku ataupun penderita dari verba yang dinonimalisasikan. 所 (suǒ dalam bahasa Mandarin) melekat di depan verba untuk menandakan penderita, contoh 食 (makan) menjadi 所食 (yang dimakan), dan 者 (zhě dalam bahasa Mandarin) melekat sesudah verba untuk menandakan pelaku, contoh 食 (makan) menjadi 食者 (yang memakan). Kedua partikel itu berasal dari bahasa Bahasa Tionghoa Klasik dan secara terbatas mempertahankan produktivitas dalam bahasa-bahasa Tionghoa modern.

Bahasa Jepang[sunting | sunting sumber]

Bahasa Jepang menggunakan beberapa partikel seperti の no, もの mono dan こと koto, untuk nominalisasi.