Paradoks Peto

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gambar paus biru. Jika insiden kanker berkorelasi dengan besar tubuh karena jumlah sel pada hewan yang besar itu jauh lebih besar, seharusnya kanker lebih sering terjadi pada hewan seperti paus biru, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Insiden kanker pada tikus dan manusia jauh lebih besar dari paus, dan paus bahkan dikatakan tidak bisa terkena kanker.

Paradoks Peto adalah hasil pengamatan yang menyatakan bahwa insiden kanker di tingkat spesies tidak berkorelasi dengan jumlah sel dalam suatu organisme.[1] Sebagai contoh, insiden kanker pada manusia jauh lebih tinggi daripada paus, padahal paus punya jauh lebih banyak sel daripada manusia akibat besar tubuhnya.[2] Hal ini bertentangan dengan asumsi bahwa paus seharusnya lebih sering terkena kanker jika kemungkinan karsinogenesis itu sama untuk semua sel organisme. Pengamatan ini pertama kali dicetuskan oleh seorang pakar epidemiologi statistik dari Universitas Oxford yang bernama Richard Peto pada tahun 1977.[3]

Bukti[sunting | sunting sumber]

Pada suatu spesies, tampaknya risiko kanker dan besar tubuh itu berkorelasi secara positif.[4] Sebagai contoh, hasil penelitian selama 25 tahun terhadap 17.738 pegawai negeri laki-laki Britania Raya (yang diterbitkan tahun 1998) menunjukkan korelasi positif antara tinggi tubuh dengan insiden kanker.[5] Namun, korelasi ini tidak berlaku di tingkat spesies. Hasil penelitian dari tahun 2015 yang mengkaji data nekropsi dari 36 spesies mamalia di Kebun Binatang San Diego (dari tikus zebra yang bermassa 51 gram hingga gajah yang bermassa 4.800 kg) tidak menemukan korelasi antara besar tubuh dengan insiden kanker.[6]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Peto, R.; Roe, F. J. C.; Lee, P. N.; Levy, L.; Clack, J. (October 1975). "Cancer and ageing in mice and men". British Journal of Cancer. 32 (4): 411–426. doi:10.1038/bjc.1975.242. PMC 2024769alt=Dapat diakses gratis. PMID 1212409. 
  2. ^ Nagy, John D.; Victor, Erin M.; Cropper, Jenese H. (2007). "Why don't all whales have cancer? A novel hypothesis resolving Peto's paradox". Integrative and Comparative Biology. 47 (2): 317–328. doi:10.1093/icb/icm062. PMID 21672841. 
  3. ^ Nunney, Richard (January 2013). "The real war on cancer: the evolutionary dynamics of cancer suppression". Evolutionary Applications. 6 (1): 11–19. doi:10.1111/eva.12018. PMC 3567467alt=Dapat diakses gratis. PMID 23396311. 
  4. ^ Caulin, Aleah; Maley, Carlo (April 2011). "Peto's Paradox: Evolution's Prescription for Cancer Prevention". Trends in Ecology and Evolution. 26 (4): 175–182. doi:10.1016/j.tree.2011.01.002. PMC 3060950alt=Dapat diakses gratis. PMID 21296451. 
  5. ^ Smith, George; Shipley, Martin (14 November 1998). "Height and mortality from cancer among men: prospective observational study". BMJ. 317 (7169): 1351–1352. doi:10.1136/bmj.317.7169.1351. PMC 28717alt=Dapat diakses gratis. PMID 9812932. 
  6. ^ Schiffman, Joshua (8 October 2015), "Potential Mechanisms for Cancer Resistance in Elephants and Comparative Cellular Response to DNA Damage in Humans", JAMA, 314 (17): 1850–60, doi:10.1001/jama.2015.13134, PMC 4858328alt=Dapat diakses gratis, PMID 26447779 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Natterson-Horowitz, Barbara; Bowers, Kathryn (2012). Zoobiquity: What Animals Can Teach Us about Health and the Science of Healing. Alfred A. Knopf. ISBN 978-0-307-95838-9.