Lompat ke isi

Pembicaraan Pengguna:Amosharrison

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Bagian baru
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Komentar terbaru: 6 tahun yang lalu oleh Kenrick95
Halo, Amosharrison.
Memulai
Tips

Selamat menjelajah, kami menunggu suntingan Anda di Wikipedia bahasa Indonesia!

Welcome! If you do not understand Indonesian language, you may want to visit the embassy or find users who speak your language. Enjoy!

-- Kℇℵ℟ℑℭK 27 November 2017 09.03 (UTC)Balas

Emotional Intelligence

[sunting sumber]

Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ (bahasa Inggris: emotional quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan oranglain di sekitarnya. Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang(Maliki.2009:15). Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.

SEJARAH DAN KONSEPTUALISASI KECERDASAN EMOSIONAL Teori mengenai kecerdasan emosional pertama kali dicetuskan oleh Salovey dan Mayer tahun 1990. Mereka (Solovey dan Mayer) mendefinisikan EQ (emotional quotient) sebagai “kemampuan untuk memahami perasaan diri sendiri, untuk berempati terhadap perasaan orang lain dan untuk mengatur emosi, yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup seseorang”. Sebelumnya, istilah kecerdasan emosi berasal dari konsep kecerdasan sosial yang dikemukakan oleh Thorndike pada tahun 1920 dengan membagi 3 bidang kecerdasan yaitu kecerdasan abstrak (seperti kemampuan memahami dan memanipulasi simbol verbal dan matematika), kecerdasan konkrit seperti kemampuan memahami dan memanipulasi objek, dan kecerdasan sosial seperti kemampuan untuk memahami dan berhubungan dengan orang lain.[14] Sampai sekarang, konsep teoritis masih kurang (Young, 1996). Namun, dengan konseptual mengintegrasikan penelitian yang ada, peran kecerdasan emosi dalam psikologi dapat lebih mudah dilihat. Salovey Mayer berpendapat bahwa emotional intelligence berhubungan dengan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal, sebagaimana diusulkan oleh Howard Gardner (1983).[15] Salovey menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya, seraya memperluas kemampuan ini menjadi lima wilayah utama: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), dan membina hubungan dengan orang lain. [16] Orang yang cerdas secara emosional mampu mengenali, merespon dan mengekspresikan emosi diri sendiri dan orang lain secara lebih baik dan lebih tepat. Mereka cenderung lebih berbakat dalam mengenali reaksi emosional orang lain, sehingga menghasilkan respon empati kepada mereka. Dengan demikian, orang lain akan melihat mereka sebagai sosok yang hangat dan tulus. Sebaliknya orang yang tidak mempunyai kecerdasan emosional sering terlihat sebagai sosok yang tidak sopan atau malu-malu. Individu dikatakan memiliki emosional yang cerdas apabila mahir mengatur emosi. Proses ini sering digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, karena dapat menyebabkan munculnya mood adaptif orang lain. Dengan kata lain, mereka yang cerdas secara emosional akan mampu meningkatkan suasana hati diri mereka dan suasana hati orang lain. Akibatnya, mereka mampu memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan yang bermanfaat. Namun, kadang-kadang keterampilan ini bersifat antisosial yang digunakan untuk memanipulasi orang lain. Kecerdasan emosional dapat digunakan dalam pemecahan masalah. Salovey Mayer (1990) menyatakan bahwa individu cenderung berbeda dalam kemampuan untuk mengatur emosi mereka ketika memecahkan masalah. Baik emosi dan suasana hati memiliki pengaruh dalam strategi pemecahan masalah. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa suasana hati yang positif memungkinkan fleksibilitas dalam perencanaan masa depan, yang memungkinkan persiapan yang lebih baik untuk memanfaatkan peluang di masa depan. Secara umum, individu dengan sikap optimistis terhadap kehidupan dengan membangun pengalaman interpersonal akan memperoleh hasil yang lebih baik untuk diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa individu yang cerdas secara emosional pasti memperoleh keuntungan dalam hal pemecahan masalah di kehidupannya.[17] Ciri-ciri Kecerdasan Emosional Sampai sekarang belum ada alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan emosi seseorang. Walaupun demikian, ada beberapa ciri-ciri yang mengindikasi seseorang memiliki kecerdasan emosional. Goleman menyatakan bahwa secara umum ciri-ciri seseorang memiliki kecerdasan emosi adalah mampu memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir serta berempati dan berdoa.[18] Lebih lanjut Salovey dalam Goleman (1996) memerinci lagi aspek-aspek kecerdasan emosi secara khusus sebagai berikut:[19] 1. Mengenali emosi diri, yaitu kesadaran diri—mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi—merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. 2. Mengelola emosi, yaitu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Kemampuan mengelola emosi meliputi kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melapaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. 3. Memotivasi diri sendiri, yaitu menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Ini adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan mengendalikan emosi, yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. 4. Mengenali emosi orang lain (empati), yaitu kemampuan yang juga begantung pada kesadaran diri emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. 5. Membina hubungan, yaitu keterampilan mengelola emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Mimin. “Kecerdasan Emosional Membentuk Karakter Peserta Didik”. Tribun-Timur.com (online), 2012, (http://makassar.tribunnews.com, diakses tanggal 12 Desember 2013). Anonim. “Kecerdasan Emosional Pengertian, Definisi, dan Unsur-unsurnya”. Dunia Psikologi (online), 2012, (http://www.duniapsikologi.com, diakses tanggal 9 Desember 2013). Anonim. “Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut Para Ahli Faktor”. Rumah Kemuning (online), 2012, (http://rumahkemuning.com, diakses tanggal 9 Desember 2013). Anonim. “Pentingnya Kecerdasan Emosional”. Riau Pos.Co (online), 2013, (http://www.riaupos.co, diakses tanggal13 Desember 2013). Goleman, Daniel. Kecerdasan Emosional. Terj. T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996. Gottman, John & Joan de Claire. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Terj. T. Harmaya. Jakarta: Gramedia, 1997. Hendry. “Definisi Kecerdasan Emosional (EQ)”. Teori-Online (online), 2010, (http://teorionline.wordpress.com, diakses tanggal 14 desember 2013). Mabruria, Arni. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi”. Education for all (online), 2012, (http://arnimabruria.blogspot.com, diakses tanggal 13 Desember 2013). Prawira, Purwa Atmaja, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Saefullah, Uyoh. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2012. Sunar P, Dwi. Edisi Lengkap Tes IQ, EQ, dan SQ. Jogjakarta: FlashBooks, 2010.


[1] Uyoh Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 166. [2] Mimin Aminah, “Kecerdasan Emosional Membentuk Karakter Peserta Didik”, Tribun-Timur.com, http://makassar.tribunnews.com, 10 Desember 2012, diakses tanggal 12 Desember 2013. [3] Anonim, “Pentingnya Kecerdasan Emosional”, Riau Pos.Co, http://www.riaupos.co, 18 Agustus 2013, diakses tanggal 13 Desember 2013. [4] Saefullah, Psikologi Perkembangan., 166. [5]Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)., 159. [6] Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, terj. T. Hermaya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), 7. [7] Dwi Sunar P., Edisi Lengkap Tes IQ, EQ, dan SQ (Jogjakarta: FlashBooks, 2010), 132. [8] Uyoh Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 168. [9] Anonim, “Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut Para Ahli Faktor”, Rumah Kemuning.com, http://rumahkemuning.com, Mei 2012, diakses tanggal 9 Desember 2013. [10]---------, “Pengertian Kecerdasan Emosional”, Rumah Kemuning.com, http://rumahkemuning.com, Desember 2012, diakses tanggal 9 Desember 2013. [11] Anonim, “Kecerdasan Emosional Pengertian, Definisi, dan Unsur-unsurnya”, Dunia Psikologi, http://www.duniapsikologi.com, 27 September 2012, diakses tanggal 9 Desember 2013. [12] Ibid. [13] Sunar, Edisi Lengkap Tes IQ, EQ, dan SQ ., 129. [14] Hendry, “Definisi Kecerdasan Emosional (EQ)”, Teori-Online, http://teorionline.wordpress.com, 26 Januari 2010, diakses tanggal 14 desember 2013. [15] Sunar, Edisi Lengkap Tes IQ, EQ, dan SQ ., 132. [16] Goleman, Kecerdasan Emosional.,57-58. [17] Ibid., 137-138. [18] Goleman, Kecerdasan Emosional., 45. [19] Ibid., 58-59. [20] Hendry, “Definisi Kecerdasan Emosional (EQ)”, Teori-Online, http://teorionline.wordpress.com, 26 Januari 2010, diakses tanggal 14 Desember 2013. [21] Arni Mabruria, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi”, Education for all, http://arnimabruria.blogspot.com, 14 Maret 2012, diakses tanggal 13 Desember 2013. [22] Ibid. [23] Goleman, Kecerdasan Emosional., 403-405. [24] John Gottman dan Joan de Claire, Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional, terj. T. Harmaya (Jakarta: Gramedia, 1997), 73. [25] Ibid.,94. [26] Ibid., 95-96. [27] Ibid., 101-102. [28] Ibid., 103. [29] Goleman, Kecerdasan Emosional., 372.