Pembicaraan Pengguna:INSANCITA
Bagian baruHalo, INSANCITA. Selamat datang di Wikipedia bahasa Indonesia! | |||
---|---|---|---|
|
IvanLanin (bicara) 7 Mei 2013 14.45 (UTC)
SEJARAH HMI
[sunting sumber]SEJARAH HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) RABU 14 RABIULAWWAL 1666 H. Oleh : Haryanto Djalumang
Ketua Umum HMI Cabang Karawang-Bekasi Periode 1984-1985 & 1985-1986 Presidium KAHMI Daerah Banggai Periode 2010-2015 Direktur LP3M Insan Cita
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajaratun yang berarti pohon. Kata ini kemudian mengalami perkembangan arti menjadi akar, keturunan, asal usul, riwayat dan silsilah. Kata sejarah diserap ke dalam Bahasa Melayu pada abad ke-13. Akan tetapi, di dalam bahasa Arab sendiri ilmu yang mempelajari kisah-kisah pada masa lalu disebut tarikh.
Dalam bahasa Inggris, kata sejarah dikenal dengan sebutan history, yang berasal dari bahasa Yunani istoria, berarti ilmu. Dalam perkembangannya, kata istoria diperuntukkan bagi pengkajian terhadap segala sesuatu mengenai manusia secara kronologis. Dalam bahasa Jerman, kata sejarah disebut dengan geschichte, yang berarti sesuatu yang telah terjadi.
Sejarah sebagai peristiwa atau realitas, karena peristiwa atau kejadian sejarah itu benar-benar ada dan terjadi, kemudian peristiwa atau kejadain itu dianggap sebagai kenyataan sejarah. Sejarah sebagai kisah, dalam pengertian ini, sejarah dipandang sebagai kisah dari peristiwa-peristiwa masa lampau. Dalam bentuk kisah sejarah inilah peristiwa masa lalu di hadirkan kembali sebagai data sejarah. Sejarah sebagai Ilmu mempunyai ciri empiris yang berarti pengalaman manusia. Pengalaman tersebut direkam dalam dokumen dan peninggalan-peninggalan sejarah lainnya. Sumber-sumber sejarah tersebut kemudian diteliti para sejarawan untuk menemukan fakta. Setelah itu fakta-fakta tersebut diiterpretasikan dan dilakukan penulisan sejarah. Herodotus (484-425 SM) mengatakan “Sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan pasti, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia.” Beliau di kenal sebagai sejarawan pertama dunia berkebangsaan Yunani, dan mendapat gelar The Father of History atau bapak ilmu sejarah. Ibn Khaldun (1332-1406), pakar sejarah Islam pada zamannya dalam bukunya terkenal “Mukaddimah”, mengatakan “sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu.” W.J.S. Poerwadarminta (1987), dalam bukunya “Kamus umum Bahasa Indonesia” mengatakan, ‘Sejarah adalah Kesusastraan lama, silsilah, asal-usul; Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; Dan Ilmu Pengetahuan, cerita perjalanan tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampu.” R.Moh.Ali (1989), dalam bukunya berjudul “Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia,” mengatakan bahwa Sejarah adalah “Sejumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita; Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian-kejadian, dan peristiwa-peristiwa yang merupakan realitas tersebut; dan sebagai Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut. Dari batasan teori sejarah tersebut diatas yang di sampaikan pakar ilmu Sejarah Dunia dan Nasional, maka dapat di simpulkan bahwa secara umum pengertian Sejarah adalah pertama, Peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial; kedua, Sejarah adalah cerita, kisah atau cacatan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan atau sumber-sumber sejarah; dan ketiga Sejarah sebagai Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
SEJARAH LAHIRNYA HMI
Sebagai organisasi ISLAM, HMI lahir untuk melaksanakan kewajiban dan amanah dakwah Islam serta menjaga, melestarikan, mengembangkan, meningkatkan kualitas pemahaman ajaran Islam berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Masuknya Islam di Indonesia secara damai, dan diterima masyarakat Indonesia dengan hati dan tangan terbuka, sebelumnya bangsa ini menganut paham atau ajaran animisme, Budhisme dan Hinduisme, akibatnya ajaran Islam yang di praktekkan masih memadukan dengan kebudayaan asli negeri ini, seperti aliran kebatinan. Datangnya Bangsa Barat di Indonesia, disamping sebagai penjajah, mereka membawah missi dan zending kristenisasi. Barat juga dalam menjalankan pemerintahan kolonialisme dengan prakte-praktek yang bersifat sekularisme maupun liberalisme. Di dalam kejumudan itu, muncullah pemikir-pemikir Islam yang reformis dan modernis dalam tata kehidupan ummat Islam, sebut saja mereka adalah Jamaluddin Al-Afghani (1838-1897) dan Muhammad Abduh (1849-1905) dengan gerakan Pan Islamisme, gerakan ini meluas sampai ke Asia, Afrika, termasuk Indonesia. Di Indonesia, muncul Serikat Dagang Islam (SDI) 1908, Muhammadiyah 1912, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Umat Islam (PUI) 1917, Persatuan Islam (Persis) 1923, Al Jamiatul Wasliyah 1930, dan lain-lainnya. Setelah Kemerdekaan RI. 17 Agustus 1945, maka pada tanggal 7 November 1945, dilangsungkan Muktamar I Umat Islam Indonesia, antara lain keputusannya membentuk dan mendirikan Partai Politik Isam yang bernama MASYUMI (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) sebagai satu-satunya Partai Islam di Indonesia. Sebelumnya, Para Pemuda, pelajar dan Mahasiswa juga melaksanakan Pertemuan di Jakarta pada tanggal 2 Oktober 1945, mereka mendirikan Organisasi yang bernama GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA (GPII). Gagasan pendirian HMI dimulai pada Bulan November 1945, yang dicetuskan seorang mahasiswa, militan, agresif, istiqomah LAFRAN PANE, mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) tingkat I di Yogyakarta. Agar supaya gagasan Lafran Pane dapat diterima oleh kalangan mahasiswa STI, langkah pertamnya adalah konsolidasi dengan Presiden (Rektor) STI Prof.Abd.Kahar Mudzakkir, pak Kahar sangat setuju atas pendidrian HMI, dengan saran agar HMI tidak terlalu mencampuri urus politik. Langkah berikutnya yang dilakukan oleh mahasiswa Lafran Pane adalah menyiapkan draft Anggaran Dasar organisasi HMI. Pada saat jam kuliah Tafsir dengan Dosennya Husein Yahya, mahasiswa Lafran Pane meminta izin kepada pak Dosen agar waktu jam kuliahnya dapat diberikan kesempatan untuk melaksanakan rapat dengan pak dosen tetap berada di ruang rapat, izin tersebut diberikan pak Dosen, kemudian mahasiswa Lafran Pane memimpin rapat dengan bahasa pembukaannya berbunyi : “Hari ini adalah rapat pembentukan Organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan maupun perlengkapan yang diperlukan sudah beres.” Kemudian Mahasiswa Lafran Pane melanjutkan pidatonya, hari ini Rabu tanggal 14 Rabiulawal 1366 H. Bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947, menetapkan lahirnya organisasi dengan nama : HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM yang disingkat dengan nama HMI, yang bertujuan Pertama, Memepertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajad rakyat Indonesia, Kedua Menegakkan dan mengembangkan ajaran Agama Islam. Pada Rapat Pembentukan HMI tersebut di atas, juga ditetapkan Anggaran Dasar HMI, sedangkan Anggaran Rumah Tangga akan dibuat kemudian, kemudian menetapkan susunan Pengurus HMI Pertama Kalinya Tahun 1947 sebagai berikut :
Ketua : LAFRAN PANE Wakil Ketua : Asmin Nasution Penulis I : Anton Timur Jailani Penulis II : Karnoto Bendahara I : Dahlan Husein Bendahara II : Maisaroh Hilal Anggota : Suwali Yusdi Ghozali Mansyur
Disamping nama-nama pengurus tersebut diatas, peserta rapat pembentukan HMI di STI Yogyakarta, juga terdapat peserta rapat yang menghadiri pembentukan HMI, mereka adalah sebagai berikut : Siti Zainah, M. Anwar, Hasan Basri, Marwan, Zukarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi, Bidron Hadi. Pada tanggal 22 Agustus 1947, Pengurus HMI melakukan rapat memperbaiki susunan Pengurus HMI sebagai berikut :
Ketua : M.S. Mintareja Wakil Ketua : Lapfan Pane Sekretaris I : Asmin Nasution Sekretaris II : Karnoto Bendahara : Maisaro Hilal
Setelah mengalami pasang-surutnya, selama kurang lebih sembilan Bulan, maka pada tanggal 30 November 1947 dilangsungkan KONGRES I HMI di Yogyakarta, Pengurus Cabang yang baru terbentuk sebanyak empat Cabang, yaitu Yogyakarta, Solo, Klaten dan Malang. Jumlah anggota HMI saat ini sebanyak 100 orang anggota. Salah Satu Keputusan KONGRES HMI I yaitu : Pertama : Mengesahkan Anggaran Dasar HMI Kedua : Memilih dan menetapkan Ketua HMI terpilih Muhammad Syafaat Mintareja, dengan sususan pengurus sebagai berikut :
Ketua : M.S. Mintareja Wakil Ketua : Ahmad Tirtosudiro Penulis I : Lafran Pane Penulis II : Ushuluddin Hutagalung Bendahara I : M. Sanusi Bendahara II : Suastuti Notoyudo Anggota : Tejah Ningsi Amin Syakhri Anton Timur Jaelani Siti Baroroh
Di masa perang kolonial ke-II, 19 Desember 1948, Kota Yogyakarta di duduki Belanda, menyebabkan PB HMI terpencar. Ahmad Tirtosudiro dan M. Sanusi berada di front pertempuran, sedang M.S. Mintareja dan Ushuluddin Hutagalung meninggalkan Yogyakarta, melihat kevakuman ini, kemudian Lafran Pane mengambil alih PB HMI bulan Juli 1949 – Juni 1951, dengan : Ketua Umum : Lafran Pane: Sekretaris Jendral : Ahmad Dahlan Ranuwiharja
Pada Bulan Juni 1951, sekretariat PB HMI di pindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta, setelah di Jakarta disempurnakanlah PB HMI sebagai berikut Ketua : Lukma E. Hakim Wakil Ketua : Ushuluddin Hutagalung Sekjen : Mutiar Sek.Bag.Luar Neg. : Ja’far bin Thalib Sek.Bag.Publisite : Syahbuddin Arifin Bendahara : A.S. Broto Pembantu : Lafran Pane M.S. Mintareja Dahlan Ranuwiharja Asmin Nasution
Pada pertengahan Bulan Oktober 1951 PB HMI tersebut diatas dibubarkan karena tidak dapat melaksanakan program HMI, maka dibentuk PB HMI yang baru dengan susunan sebagai berikut :
Ketua : Ahmad Dahlan Ranuwiharja Wakil Ketua : kosong Sekjen : Suyono Sekret.L.Negri : Asmin Nasution Sekret.P.Tinggi : Ushuluddin Hutagalung Sekret.P.Kesejah : A.S. Broto Sek.Kader vorming : A.S. Broto Bendahara : Amroni Penasihat : M.S. Mintareja
Komposisi tersebut diatas kemudian di sahkan pada Kongres HMI ke-II tanggal 15 Desember 1951 di Yogyakarta. Peserta Cabang yang hadir yaitu, Cabang HMI Yogyakarta, Jakarta, Bandung dan Surabaya. Dalam Kongres ke-II HMI ini juga mengamanatkan kepada HMI Cabang Jakarta untuk membentuk studi komisi guna memperbaiki Anggaran Dasar dan membuat Anggaran Rumah Tangga HMI. Kepada HMI Cabang Bandung diamanatkan untuk membuat rencana Atribut/emblem HMI.
Kongres HMI ke-III di Jakarta tanggal 30 agustus 1953 s/d 5 September 1953, dihadiri peserta HMI Cabang Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Padang, Solo dan Makassar. Keputusan Kongres ke-III HMI antara lain; Pertama Mengesahkan AD/ART HMI, Kedua Mengesahkan atribut HMI yang diciptakan oleh anggota HMI Cabang Bandung Ahmad Sadali, ke tiga Menetapkan HMI adalah organisasi Independen, dan Ke empat Menetapkan Formatur Ketua umum PB HMI terpilih periode 1953-1955 Deliar Noer. Selengkapnya komposisi PB HMI adalah sbb :
Ketua Umum : Delier Noer Wakil Ketua Umum : Ushuluddin hutagalung Sekretaris Umum I : A. Gunadirja Sekretaris Umum II : Hasbullah Bendahara I : Wasul Bendahara II : Mukhsin Pembantu Umum : Annas Karim Pembantu Umum : Ismail Hasan Metarium Sekretaris Penerangan : Jalius Jamil Sek,Urusan PT & Kemaha : Bintoro Cokroamijo Sekretaris Keputrian : Nuramah Razak Sek.Hubungan L.Negeri : Annas Karim Sek. Biro Studi : A. Bustami Anggota : Arifin Saanam
Inilah perjuangan pembentukkan HMI sejak Tahun 1947 sampai tahun 1955, suatu fase perjuangan yang sangat melelahkan, penuh onak dan duri, menghadapi lawan-lawan HMI di kanca per politikan Indonesia, yang dimotori oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Kongres HMI ke-IV di Bandung pada tanggal 9-15 Oktober 1955, yang dihadiri 12 Cabang seluruh Indonesia, Terpilih Formatur Ketua Umum PB HMI Amir Rajab Batubara dan Wakil Ketua I Bintoro Cokroamijoyo, Wakil Ketua II Ismail Hasan Metarium, Sekretaris I Muhammad Zuber Husein, Sekretaris II Wisber Louis, Sekretaris III Mae Handasi, Bendahara I S.Ibrahim Nasution, Bendahara II Drajat Sumitro. Komposisi PB HMI Periode 1955 s/d 1957. Kongres HMI ke-V di Medan pada tanggal 24-23 Desember 1957. Keputusan Kongres Kelima ini adalah antara lain, Pertama Mengangkat dan menetapkan formatur Ketua umum PB HMI terpilih Periode 1957-1959 Ismail Hasan Metarium, kedua Mengesyahkan Hymne HMI, syair dan lagunya ciptaan R.M. Akbar, ketiga Merumuskan tafsir Azas HMI. Kongres HMI ke-VI di Makassar pada tanggal 14 s/d 20 Juli 1960. Keputusan Kongres HMI ke-VI antara lain, Pertama Masa Jabatan PB HMI ditetapkan 3 tahun lamanya, dijabat oleh 2 orang Ketua Umum, masing-masing 1,5 tahun tanpa melalui Kongres. Pergantiannya semacam reshuffle. Kedua Memilih dan menetapkan Ketua Umum PB HMI Periode 1960-1963, yaitu saudara Noersal, Sekretaris Umum Norman Razak untuk masa jabatan 1,5 tahun dan saudara Oman Komaruddin, Sekjen Syarifuddin Harahap. Kongres HMI ke-VII di Jakarta pada tanggal 8 s/d 14 September 1963, dihadiri 26 Pengurus Cabang HMI. Keputusan Kongres HMI ke-VII antara lain, Pertama Pengesahan “Kepribadian HMI”, kedua Merumuskan suatu “Metode Training” untuk Pengkaderan di HMI, mulai dari Basic Training, Intermediate Training, dan Advance Training. Ketiga mengadakan beberapa revisi terhadap AD/ART HMI, yaitu masa bakti PB HMI selama 2 tahun, keempat Memilih dan menetapkan Ketua Umum PB HMI Periode 1963-1965 Drs.Med.Sulastomo dan Sekjen Mar’ie Muhammad, kelima membentuk departemen Keputrian yang di ketui Eka Masni, sekretaris Poppy Mashud. Dalam Kepengurusan PB HMI periode ini, terbentuk Badan Koordinasi (BADKO) HMI Sumatra Bagian Utara di Medan, Sumatra Bagian Selatan di Palembang, Jawa Barat di Bandung, Jawa Tengah di Yogyakarta, Jawa Timur di Surabaya, dan BADKO HMI Indonesia Timur di Makassar. Lembaga Otonom HMI terbentuk, yaitu Lembaga Dakwa di Bandung, Lembaga Pertanian di Bogor, Lembaga sosial Ekonomi di Makassar, dan Lembaga Seni dan Budaya di Yogyakarta. Kongres HMI ke-VIII di Solo pada tanggal 10 s/d 17 September 1966. Kongres di hadiri 84 Cabang HMI dari 90 Cabang HMI seluruh Indonesia, dengan peserta 2000 orang anggota HMI. Keputusan Kongres HMI ke-VIII, antara lain Pertama Merevisi AD/ART HMI . Tujuan HMI “Membina Insan Akademis, Pencipta dan Pengabdi yang bernafaskan ISLAM menuju terwujudnya Masarakat Adil, Makmur yang diri-dhoi Allah Subhhana wa ta’ala.” Kedua, membentuk organisasi baru yang disebut Rayon dan KORKOM. Ketiga, membentuk jenjang Training dalam HMI, yaitu Basic Training di Komisariat dan Rayon, Intermediate Training dilaksanakan oleh Cabang, Ideopolitor II dilaksanakan oleh BADKO, Ideopolitor I, dilaksanakan oleh PB HMI. Ke empat, Mendirikan Korps HMI Wati (KOHATI), terpilih sebagai Ketua Umum PB KOHATI Pertama Aniswati R. Kamaluddin, Sekum Zulia Mulyati, Bendahara Umum Lies Sulistyaningsih. Kelima, Mendirikan Korps Alumni HMI (KAHMI). Ke lima Memilih dan Menetapkan Ketua Umum PB HMI Periode 1966-1969 Nurcholis Madjid dan Sekjen Nazar E. Nasution. Kongres HMI ke-IX di Malang pada tanggal 3 s/d 10 Mei 1969, dihadiri seluruh Cabang HMI seluruh Indonesia termasuk Irian Jaya sebanyak 110 Cabang dengan jumlah peserta Kongres 1500 orang. Keputusan Kongres HMI ke-IX antara lain, Pertama Merevisi AD/ART HMI. Formulasi Tujuan HMI berubah, yaitu : Terbinanya Insan Akademis, Pencipta dan Pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat Adil, Makmur yang di ridhoi oleh Allah swt.” Kedua, Mengganti Garis-Garis Pokok Perjuangan (GPP) HMI dengan “NILAI DASAR PERJUANGAN” di singkat NDP, atas mandat Kongres ditunjuk saudara Nurcholis Madjid, Endang Saefuddin Anshary dan Sahib Mahmud untuk menyempurnakan kertas kerja PB HMI Periode 1966-1969. Ketiga, Memilih dan Menetapkan Ketua Umum PB HMI Periode 1969-1971 Nurcholis Madjid dan Sekjen Ridwan Saidi. Ketua Umum PB KOHATI Ida Ismail, Sekum Warnida Wahab. Kongres HMI ke-X di Palembang pada tanggal 3 s/d 10 Oktober 1971. Kongres HMI ini diikuti 75 Cabang HMI dengan peserta 950 orang. Keputusan Kongres HMI ke-X antara lain, Pertama Merevisi Mukaddimah AD HMI serta mengadakan beberapa perubahan AD/ART, seperti sifat HMI “HMI adalah organisasi Mahasiswa yang bersifat Independen.” Merumuskan Tafsir Tujuan HMI, Merumuskan Independensi HMI, serta Menetapkan Program Kerja Nasional (PKN). Kedua, Memilih dan Menetapkan Akbar Tanjung sebagai Ketua Umum PB HMI Periode 1971-1974, dan Sekjen Gambar Anom. Kongres HMI ke-XI di Bogor pada tanggal 23 s/d 30 Mei 1974. Kongres dihadiri 39 Cabang HMI dan peserta sebanyak 300 orang. Keputusan Kongres HMI ke-XI antara lain, Pertama Menetapkan AD/ART HMI Hasil Kongres ke-X tidak ada perubahan dan tetap berlaku. Kedua, Menetapkan Prof.Drs.Lafran Pane sebagai pemrakarsa lahirnya organisasi HMI dan disebut sebagai pendiri HMI. Ketiga, Menetapkan dan Mengesahkan Ketua Umum PB HMI Periode 1974-1976 Ridwan saidi dan Sekjen Saleh Elwaini, serta Ketua umum PB KOHATI Nurhayati Jamas. Kongres HMI ke-XII di Makassar, pada tahun 1976, salah satu Keputusan Kongres Menetapkan dan Mengesahkan Ketua Umum PB HMI Periode 1978-1980 Abdulah Hehamahuwa. Kongres HMI ke-XIII di Jakarta, pada tahun 1980, salah satu Keputusan Kongres Menetapkan dan Mengesahkan Ketua Umum PB HMI Periode 1980-1982 Khumaidi Syarif Romas. Kongres HMI ke-XIV di Jakarta, pada tahun 1982, salah satu Keputusan Kongres Menetapkan dan Mengesahkan Ketua Umum PB HMI Periode 1982-1984 Ahmad Zaky Sirajd. Kongres HMI ke-XV di Medan, pada tahun 1984, salah satu Keputusan Kongres Menetapkan dan Mengesahkan Ketua Umum PB HMI Periode 1984-1986 Hary Azhar Azis.
Konflik Internal HMI
Rezim Presiden Soeharto pada tahun 1985 telah mengeluarkan UU tentang Keormasan, dalam salah satu pasalnya menyebutkan bahwa organisasi agama, kemasyarakat, parpol dan mahasiswa, pemuda serta pelajar mencantumkan azas organisasinya Pancasila. GPI dan PII menentang UU keormasan tersebut, HMI membawa persoalan azas tunggal Pancasila ke Kongres HMI ke-XVI di Padang Sumatra Barat. Sebelumnya, Ketua Umum PB HMI Hary Azhar Azis dan Sekjennya Burhanuddin Mas’ud, sudah melakukan beberapa kali lokakarya tentang penerimaan azas tunggal Pancasila bagi HMI untuk menggantikan azas ISLAM yang merupakan azas organsasi HMI sejak lahir sampai Kongres HMI ke-XV di Medan. Di samping Lokakarya, PB HMI juga melaksanakan pleno di Ciloto untuk menggagas agar azas tunggal pancasila dapat diterima dalam kongres HMI ke-XVI. Namun, niat dan strategi PB HMI tidak dapat diterima oleh HMI Cabang Jakarta yang dipimpin oleh MS Ka’ban dan Egy Sudjana, HMI Cabang Yogyakarta yang dipimpin Chaeron, HMI Cabang Bandung yang dipimpin Lutfi, HMI Cabang Poerwekerto, Cabang Serang, Cabang Makassar, Cabang Menado, Cabang Kendari, Cabang Palopo, Cabang Malang, Cabang Jember, Cabang Lampung, Cabang Banjarmasin, Cabang Solo, Cabang Kerawang-Bekasi. Karena kekuatiran tidak diterimanya azas tunggal pancasila dalam kongres HMI ke-XVI, maka PB HMI pimpinan Hary Azhar Azis dan Burhanuddin Mas’ud, melakukan pembekuan HMI Cabang Jakarta, Cabang Bandung, Cabang Makassar, serta Cabang Yogyakarta, dengan mengangkat Ketua Umum baru dengan nama HMI Cabang “Transitif” (tidak ada dalam AD/ART HMI). Ketika Kongres HMI berlangsung tahun 1986 di Padang, yang hadir dalam kongres adalah HMI Cabang “transitif”, seperti HMI Cabang “transitif” Jakarta, dihadiri oleh Pounsterling Harahap (Ketum) dan Bursa Djarnubi (Sekum). Kehadiran HMI Cabang transitif di arena sidang kongres HMI ke-XVI di gugat dan di protes peserta sidang (Kebetulan penulis adalah peserta penuh kongres HMI ke-XVI, Ketua KOHATI Cabang Menado Doriwaty Benda ikut juga sebagai peserta penuh). Pemaksanaan pimpinan sidang untuk menerima azas tunggal pancasila dalam kongres ke-XVI, tidak dapat diterima oleh peserta kongres, akhirnya penetapan azas tunggal pancasila ditetapkan dalam sidang pleno komisi, kongres menjadi amburadul, pimpinan sidang kabur.
Demikian pula dengan penetapan Ir.Saleh Klalik sebagai formatur dan Ketua Umum PB HMI periode 1986-1988, menyalahi konstitusi HMI (AD/ART), sebab Ir.Saleh Khalik adalah koordinator MPK periode 1984-1986, sebagaimana ketentuan AD/ART HMI sesudah menjabat MPK HMI tidak dapat menjadi atau memimpin PB HMI, sebab telah menjadi alumni HMI. Pelanggaran berat PB HMI Hary Azhar Azis adalah telah mengabaikan, melanggar, dan meninggalkan konstitusi organisasi HMI AD/ART, Tafsir Tujuan HMI, Tafsir Azas HMI dan Indepedensi HMI. Oleh sebab itu, atas dukungan moril dan sesalu Istiqomah kepada Allah SWT. HMI Cabang yang masih mempertahan azas ISLAM dalam konstitusi HMI bersepakan dengan ikhlas dan jihad fi sabilillah membentuk wadah “penyelamat organisasi HMI”, dengan nama HMI MPO (Majelis Penyelamat Organisasi). Dengan melanjutkan Kongres HMI ke-XVI di Yogyakarta, Kongres HMI “MPO” ke-XVI, Pertama, Menetapakan dan memutuskan Ketua Umum PB HMI “MPO” Periode 1986-1988 Egy Sudjana,SH. (HMI Cab.Jakarta) Sekjen Moh.Zuscky (HMI Cab Poerwekerto), Kedua Mengamanatkan kepada HMI Cabang Kerawang-Bekasi (haryanto djalumang-syamsuddin djalil) dan Cabang Bandung (lutfi-ahmad kosasi) untuk menyusun “Buku Putih” Perjuangan HMI “MPO”. Ketiga, HMI MPO tetap konsisten dan istiqomah melaksanakan konstitusi HMI AD/ART, dimana azas HMI ISLAM. Ke empat, HMI “MPO” berjuang untuk tetap tegaknya kontitusi HMI yang ber azaskan ISLAM. Ke lima, mengamanatkan kepada HMI Cabang Jakarta untuk menyusun metode pengkaderan HMI. Demikian sekilas Sejarah Lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), semoga bermanfaat bagi adik-adik HMI Cabang Luwuk Banggai, koreksinya sesalu diharapkan, demi meluruskan sejarah HMI.
Nara Sumber : 1. Bapak Letjen (Purn) TNI. H. Achmad Tirtosudiro (Jakarta, 1990) 2. Abang Prof.DR.H. Nurcholis Madjid (Jakarta, 1990) 3. Abang Drs.H.Ridwan Saidi (Jakarta, 1992) 4. Abang Eky Syahruddin (Jakarta, 1992) 5. Abang Drs.H.Abdullah Hehamahua,MA. (Jakarta, 1997) 6. Abang Drs. H. Sahar L.Hassan (Jakarta, 1998) 7. Abang Drs. H. Zainal Abidin Urra (Jakarta, 1998) 8. Abang Ramly Hutabarat, SH.MH. (Jakarta, 1998) 9. Abang Dr.H.Laode M.Kamaluddin.M.Eng.
Daftar Bacaan : 1. HMI, Dr.Victor Tanja, Jakarta,1985 2. Sejarah Perjuangan HMI, Prof.Dr.H.Agussalim Sitompul,
Yogyakarta, 1976