Lompat ke isi

Pembicaraan Pengguna:Supardisaminja

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Bagian baru
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Komentar terbaru: 5 tahun yang lalu oleh Supardisaminja pada topik CITA-CITAKU HAFIDZ 30 JUZ
Halo, Supardisaminja, selamat datang di Wikipedia bahasa Indonesia!
Memulai
Memulai
Memulai
  • Para pengguna baru dapat melihat Pengantar terlebih dahulu.
  • Untuk mencoba-coba menyunting, silakan gunakan bak pasir.
  • Tuliskan juga sedikit profil Anda di Pengguna:Supardisaminja, halaman profil dan ruang pribadi Anda, agar kami dapat lebih mengenal Anda.
  • Baca juga Pancapilar sebelum melanjutkan. Ini adalah lima hal penting yang mendasari hari-hari Anda bersama Wikipedia di seluruh dunia.
Bantuan
Bantuan
Bantuan
  • Bantuan:Isi - tempat mencari informasi tentang berkontribusi di Wikipedia, sebelum bertanya kepada pengguna lain.
  • FAQ - pertanyaan yang sering diajukan tentang Wikipedia.
  • Portal:Komunitas - informasi aktivitas di Wikipedia.
Tips
Tips
Tips
Membuat kesalahan?
Membuat kesalahan?
Membuat kesalahan?
  • Jangan takut! Anda tidak perlu takut salah ketika menyunting atau membuat halaman baru, menambahkan atau menghapus kalimat.

    Pengurus dan para pengguna lainnya yang memantau perubahan terbaru akan segera menemukan kesalahan Anda dan mengembalikannya seperti semula.

Welcome! If you are not an Indonesian speaker, you may want to visit the Indonesian Wikipedia embassy or a slight info to find users speaking your language. Enjoy!
Selamat menjelajah, kami menunggu suntingan Anda di Wikipedia bahasa Indonesia!

ANAK KOST BERJUANG

[sunting sumber]

Bendera HMI, buku Akuntansi, Al-Qur'an dan di dinding ada tulisan, "malas adalah sumber terbesar kemiskinan dan kegagalan".

Disini terlihat anak kost berjuang mencari jejak di masa depan. Meskipun anak kost adalah orang yang jauh dari kampung halaman. Tetapi bagi anak kost, semua harus dijalani agar bisa mengubah hidup susah, yang selama ini telah menjadi suratan .

Tinggal di rumah orang yang di bayar, tidur dalam kamar yang beralaskan tikar, berbantalkan dari alas tangan yang tegar dan terkadang menangis demi menahan lapar .

Jadi, begitulah perjuangan anak kos yang tidak pernah berakhir. Laksana gelombang yang datang bergilir dan laksana embun di pagi hari yang terus mengalir.

Ya, memang susah untuk menjadi orang yang cerdas, sukses dan bahagia. Karena harus menderita seorang diri dalam belajar yang bagaikan membaca sehelai kertas sambil berlayar dan atau bagaikan bertanam mawar di hamparan pasir yang lebar, seakan semua itu mustahil untuk dikejar.

Meski pahit banyak dirasakan, rasa semangat anak kost tidak akan tergoyahkan, meski badai topan yang datang mengoda untuk berhenti berjalan dan demi mengenang orang tua yang hanya tinggal tulung pembalut badan .

Dan sekali lagi, cinta dan cita-cita besar yang ingin diwujudkan oleh anak kost adalah mengharapkan hidup yang tidak lagi di hina orang lain, supaya tidak dikatakan orang yang miskin gairah, miskin input, miskin gagasan, miskin ibadah, miskin hati dan atau supaya tidak dikatakan orang yang miskin harta. Supardisaminja (bicara) 12 Desember 2018 15.34 (UTC)Balas

MANUSIA SIRI' NA PACCE MADA KINI

[sunting sumber]

Manusia "Siri Na Pacce" masa kini. Mengedepankan budaya "Sipassiriki na Sipappacei". Tetapi hayati, ini prinsip untuk menjaga kehormatan diri. Jangan halalkan semua cara demi menaikkan gengsi.

Manusia "Siri Na Pacce" masa kini. Bukan hobi yang selalu mengkritisi. Tetapi terdepan memberikan solusi. Harus bisa simpati, bukan antipati.

Manusia "Siri Na Pacce" masa kini. Jangan terlalu berharap mengaku berani. Tetapi kalau masih takut dihadapan birokrasi. Terus melawan, melawan agar tidak didzalimi .

Manusia "Siri Na Pacce" masa kini. Jangan sekedar pamer intelegensi. Tetapi tidak mampu beraksi. Semangat, berbuat saja dulu agar ada hasil menjadi saksi.

Manusia "Siri Na Pacce" masa kini. Kehidupan ini harus dijalani. Tetapi segala resiko tetap diantisipasi. Dan apapun yang terjadi hadapi, ya hadapi. Supardisaminja (bicara) 12 Desember 2018 15.38 (UTC)Balas

SIRI'KU SIRI'NU PACCENU PACCEKU

[sunting sumber]

Hatimu dan hatiku itu adalah gabungan dari "Harga diri dan kesetiakawanan". Lalu pertanyaan, mengapa hatimu dan hatiku bisa terasa sakit saat harga diri terluka, dan mengapa hatimu dan hatiku bisa merasa sedih, bahagia, terluka, bangga?

Jawabannya, itu Karena hatimu dan hatiku juga memiliki harga diri dan kesetiakawanan, itu hatimu dan hatiku, tentu saja hati orang lain pun begitu.

Kamu dan aku pun tahu, bahwa kalau kata-kata bisa memiliki dua sisi, kebaikan dan kehancuran, bisa membahagiakan bisa menyakiti, entah tertulis entah terucap.

Kalau begitu, kamu dan aku adalah orang Makassar yang punya prinsip , "siri'nu siri'ku , paccenu pacceku ", artinya, "harga dirimu harga diriku , kesetiakawananmu kesetiakawananku ". Harga diri dan kesetiakawanan bagimu dan bagiku, ibarat rumah ia adalah tiang, ia atap, dan ia juga dinding.

Jadi , mestinya kamu dan aku tidak perlu takut menderita bila memiliki sahabat.

Kamu dan aku tak perlu ragu meraih siri' cinta dan siri' cita-cita bila masih memiliki teman, tak perlu bingung bila kamu dan aku masih saling memberi dan saling menerima.

Kamu dan aku adalah satu yang di persatukan pada "percaya" dan "yakin" bahwa kamu dan aku bisa saling menyelamatkan karena hadirnya siri'nu siri'ku , paccenu pacceku. Supardisaminja (bicara) 12 Desember 2018 15.40 (UTC)Balas

CITA-CITAKU HAFIDZ 30 JUZ

[sunting sumber]

Pulang kekampung atau hadir dikampung sendiri adalah momentum kebersamaan keluarga yang hampir punah disebabkan kesibukan yang berbeda-beda.

Entah mengapa tiba-tiba teringat sepotong cerita orang tua, perihal di suatu malam Jum'at terdengarlah suara adzan Maghrib berkumandang di Masjid Al-Amin Sanrangan . Dan pada saat waktu bersamaan pula terdengarlah suara tangisan bayi yang berucap "ngeak-ngeak" di atas rumah panggung sederhana.

Menyambung dari peristiwa tersebut, seolah mengingatkan Soekarno yang dikenal sebagai "putra sang fajar" , maka anak yang lahir dilorong cambayya juga di sebut "putra sang senja" yang pernah menulis "Cita-citaku hafidz 30 juz".

Cita-citaku hafidz 30 juz. Tulisan itu sudah mulai kurang jelas susunan huruf demi huruf pada buku yang sudah tidak awet muda lagi. Tulisan cita-cita itu seperti bahasa kebanggan, kesuksesan dan kebahagiaan tersendiri bagi seseorang kala itu.

Ya, memang harus di akui bahwa cita-cita menjadi orang yang hafidz Qur'an 30 juz itu tidaklah ringan dan mudah. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena hanya orang yang memiliki kekuatan iman dan kegigihan yang kuatlah yang mampu menjadi seorang hafidz sejati.

Dahulu, saat aku masih kecil, mungkin umurku kurang lebih lima sampai tujuh tahunan, aku pernah bercita-cita menjadi seorang tahfidz. Alasannya sederhana, mungkin saja itu lagi iseng-isengan dan juga bisa jadi pengaruh orang-orang yang berpendapat bahwa menjadi seorang tahfidz itu mulia bagi dunia dan akhirat.

Sejak saat itu aku selalu berusaha dan belajar dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan cita-cita itu. Terbukti, sejak aku kelas satu sekolah dasar, aku mengembala kambing, sapi, dan kerbau setelah pulang dari sekolah.

Tetapi, meskipun aku suka mengembala, aku juga selalu berusaha agar mendapat rangking satu di kelas. Sampai kelas enam sekolah dasar, aku tetap berusaha mendapat rangking satu. Namun pada puncaknya, yakni ketika pengumuman lulusan, prestasiku menurun. Aku mendapat rangking yang menurun dari harapan ketika aku lulus. Aku tergeser oleh rival ku.

Setelah lulus dari SD Negeri Sanrangan yang berlokasi didesa , aku memutuskan melanjutkan pendidikan ke kota Makassar di SMP 10 Muhammadiyah Makassar yang memiliki sistem pendidikan agama Islam yang baik. Aku masuk ke SMP 10 Muhammadiyah itu bukan paksaan dari orangtua ku, tapi pilihanku sendiri. Di SMP 10 Muhammadiyah , aku mengenal kehidupan baru.

Hidup di kota Makassar yang jauh dari orangtua mengharuskan aku harus mandiri, punya banyak teman, saling bahu membahu dengan teman yang berasal dari berbagai daerah, dan kehidupan yang berbaur antara laki-laki dan wanita. itulah hal baru yang pertama kali aku dapatkan ketika waktu SMP di kota.

Ketika masuk SMP 10 Muhammadiyah Makassar, cita-citaku tidak berubah. Menjadi tahfidz. Itulah cita-cita pertamaku.

Sejak kelas tujuh SMP 10 Muhammadiyah aku sudah belajar dengan tekun. Meski aku mengakui, awal tahun pertama merupakan masa tersulit bagiku. Karena aku harus beradaptasi terlebih dahulu. Namun, aku tidak pesimis dengan keadaanku waktu itu. 

Aku merasa kalau aku pasti bisa melalui masa-masa sulit itu. Aku membuktikan kalau aku memang mampu melewati masa-masa sulit itu dengan mencoba mengukir raihan prestasi meskipun itu sederhana agar tidak mengecewakan cita-cita. Mulai semester satu aku juga berusaha mendapat rangking di kelas walaupun itu berat.

Namun ternyata mulai semester dua sampai semester terakhir di SMP 10 Muhammadiyah, aku tidak biasa mendapat rangking, aku hanya bisa berusaha memberikan yang terbaik.

Setelah lulus SMP, aku menginginkan melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri 1 Makassar, sekolah madrasah Aliyah favorit di kota Makassar. Setelah pengumuman kelulusan untuk di terima di sekolah tersebut, harus berakhir dengan alasan tidak mampu membayar biaya pendidikan disekolah ini. Dan akhirnya aku masuk di Madrasah Aliyah Darul Istiqamah.

Namun ketika aku berada di kelas dua Aliyah, cita-citaku kandas bagaikan di bawa angin setelah aku masuk rumah sakit dan dirawat selama sepuluh hari. setelah keluar dari Rumah Sakit, aku merasa sudah tidak sanggup dan tidak mampu lagi meraih cita-citaku selama ini. Akupun tidak putus berpikir. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali kepada Rabbku. Aku ingin selama sisa hidupku, aku gunakan untuk mengabdi kepada Rabbku. Saat itulah aku kembali mengingat cita-citaku hafidz Qur'an di waktu masih kecil di desa yang terkenal dengan jagung kuningnya.

Perjuangan meraih cita-cita ini tidaklah mudah. Setelah lulus Madrasah Aliyah, aku

menginginkan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar sambil bekerja demi mendukung teraihnya impianku. namun ini sangat jauh dari jalan yang harus aku tempuh untuk mewujudkan impianku.

Tapi nyatanya cita-cita ku sebagai Tahfiz belum bisa diwujudkan. Aku akan tetap berusaha mewujudkan impianku lewat keluarga ku, sekampungku, atau pada siapa saja yang dapat menjahit kembali cita-cita Tahfiz itu, walaupun cita-cita itu seperti menggenggam bara api. Dan semoga Allah SWT meridhoi dan memudahkan cita-cita Tahfiz ini, bagi siapapun yang mencita-citakannya. Supardisaminja (bicara) 12 Desember 2018 15.43 (UTC)Balas