Lompat ke isi

Penduduk Rass

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Penduduk Rass (Arab:أصحاب الرس, Ashab ar-Rass) adalah sebuah komunitas yang namanya disebutkan di dalam Al-Qur'an, dalam Surah Al-Furqaan 25:38 dan Surah Qaaf 50:12. Mereka dikisahkan sebagai kaum penyembah berhala yang bertempat tinggal dekat dengan telaga, di dalam kisah lain disebutkan sungai.

Dikatakan bahwa kaum ini pernah diutus seorang rasul bernama Hanzhalah bin Shafwan[1][2] yang kemudian dibunuh oleh penduduk Rass dengan cara ditenggelamkan, kemudian diutus kembali seorang rasul yang bernama Syu'aib untuk memperingati mereka.

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Secara harfiah Ashab (أصحاب) memiliki arti "pemilik" dan kata Rass (الرس) berarti sumur yang dilingkari bebatuan.[3] Maka artinya adalah "Pemilik (telaga) Rass."

Mengenai hal ini, ada yang berpendapat, sebuah sumur tertentu yang menjadi milik kabilah Tsamud sehingga mereka dikenal dengan sebutan Ashab al-Rass. Sementara itu, Al-Bakari dalam kitabnya Al-Mujam, sebagaimana dikutip Sami bin Abdullah Al-Maghluts dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, menyatakan, Al-Rass dengan baris fathah pada awalnya dan kemudian tasyid pada huruf Syin memiliki makna Al-Bir (sumur).

Selain itu, ia juga bisa bermakna Al-Mafdan (bahan tambang) dan mendamaikan di antara kaum. Sedangkan menurut Abu Manshur, Abu Ishaq berkata, Al-Rass yang dimaksud dalam Al-Qur'an itu adalah suatu kaum yang mendustakan nabi mereka dan membenamkannya ke dalam sumur.

Pendapat cendikiawan muslim

[sunting | sunting sumber]
Sebuah peta dari lokasi Ashab ar-Rass menurut beberapa cendikiawan Muslim.

Menurut Ibnu Juraij dari Ibnu 'Abbas bahwa mereka adalah penduduk salah satu kampung di Tsamud. As-Sadi mengatakan, Penduduk Rass adalah sisa-sisa Kaum Tsamūd. Mereka adalah penduduk sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi yang keduanya diceritakan oleh Allah di dalam al-Quran.

As-Sadi mengatakan bahwa sumur yang ditinggalkan terletak di tanah Aden, kemudian As-Sadi menambahkan bahwa setelah Dzul Qarnain mengelilingi berbagai negeri dan memasuki kota Rass, dia menemukan rajanya, penduduknya, wanitanya, anak-anaknya, hewan-hewannya, barang-barangnya, pepohonannya, dan buah-buahnya, semuanya menjadi batu hitam.[4]

Sedangkan menurut Ibnu Jarir memiliki pendapat, bahwa yang di maksud penduduk Rass adalah Ashab al-Ukhdud (Penggali parit) yang diceritakan dalam Surah Al-Buruj.

Menurut pendapat Yunus bin Abdul A’la, penduduk ini terletak di Yamamah yang lebih dikenal dengan nama Falaj,[5] sedangkan menurut pendapat Ibnu Abi Hatim[6] dan cendikiawan muslim[7] lainnya mengatakan, bahwa penduduk itu terletak di Azerbaijan.

Kisah Kaum Rass

[sunting | sunting sumber]

Menurut hadits yang sangat panjang dari penjelasan Ali bin Abu Thalib mengenai Ashabur Rass. “Kaum Rass adalah sebuah kaum yang menyembah pohon sanobar, yang diberi nama Syah Dirakht, secara bahasa memiliki arti "Raja Pohon". Dikatakan bahwa yang pertama kali menanam pohon itu adalah Yafith bin Nuh pasca badai topan di tepian mata air, mata air tersebut dikenal dengan sebutan Rowsyan Oub. Kaum Rass memiliki dua belas desa yang makmur ditepian sungai yang dinamakan Sungai Rass. Desa-desa tersebut bernama Oban, Odzar, Die, Bahman, Isfand, Farwadin, Ordi Bahsyt, Khordad, Murdad, Tiir, Mihr, dan Syahriwar kemudian nama-nama desa tersebut oleh Bangsa Persia dijadikan nama-nama bulan dalam sistem penanggalan mereka.

Penduduk desa tersebut menanam pohon sanobar disetiap desa. Mereka mengairinya dengan irigasi yang berpusat di pohon sanobar tersebut. Mereka juga mengharamkan diri untuk minum dari air tersebut, baik untuk diri mereka atau ternak mereka. Mereka membuat aturan siapa yang meminumnya, maka akan dibunuh. Mereka meyakini, bahwa pohon sanobar tersebut dianggap sebagai Hayat al-Ilahiyah (Kehidupan Ketuhanan), maka terlarang bagi siapapun untuk mengambil kehidupannya.

Mereka selalu mengadakan acara sehari dalam satu bulan sebagai hari besar untuk membuat persembahan bagi masing-masing desa. Pada hari raya itu, mereka keluar menuju pohon sanobar dengan membawa hewan-hewan kurban, menyembelihnya, kemudian membakarnya. Ketika asap pembakaran tersebut naik keatas, mereka bersujud kepada pohon tersebut, menangis, dan mengadakan permohonan.

Bahkan, ketika hari raya tersebut mencapai puncaknya, yaitu hari raya yang mereka sebut Isfandr, Setelah kekafiran mereka berlangsung lama, kemudian seorang rasul diutus kepada mereka dari Bani Israil dari keturunan Yahuda. Lalu, rasul itu mengajak kepada kaum Rass untuk menyembah Allah, dan meninggalkan kesyirikan.

Namun mereka tetap tidak beriman, kemudian rasul tersebut mendoakan keburukan terhadap pohon tersebut, tiba-tiba, pohon tersebut menjadi kering dan layu. Setelah mereka menyaksikan hal tersebut, sebagian dari mereka berkata: “Sesungguhnya lelaki ini telah menyihir tuhan kita!”. Sebagian yang lain menimpali: “Sungguh tuhan kita telah murka kepada kita, saat lelaki ini mengajak kepada kekafiran, maka kita tinggalkan dia dan ajakannya”.

Lalu, mereka sepakat untuk membunuh rasul tersebut. Kemudian mereka menggali sumur yang dalam dan membuang rasul tersebut ke dalamnya, menutup lubangnya dengan batu besar.

Dari semua penduduk yang di dakwahi oleh Nabi Hanzhalah hanya ada seorang budak hitam yang beriman kepada Allah, ia mempunyai kebiasaan mengumpulkan kayu bakar di hutan, setelah mendapat kayu yang cukup ia menjualnya ke pasar dan hasilnya dibelikan makanan dan minuman. Setelah itu dia mendatangi sumur tempat Nabi Hanzhalah dilemparkan. Ia lalu mengangkat batu penutup mulut sumur dengan pertolongan dari Allah. Kemudian ia menurunkan makanan dan minuman tersebut untuk nabi tersebut, lalu meletakkan dan memasang kembali batu penutup tersebut seperti semula.

Kemudian pada suatu hari budak hitam tersebut melakukan kebiasaannya mencari dan mengumpulkan kayu bakar, setelah selesai mengumpulkan kayu dalam jumlah yang cukup. Ketika hendak membawa kayu tersebut ke pasar, budak tersebut merasakan kantuk yang sangat, akhirnya dia merebahkan dirinya dan tidur. Lalu Allah menidurkan budak tersebut selama tujuh tahun dengan posisi semula, lalu dia bergerak berpindah posisi ke sisi lain selama tujuh tahun pula.

Setelah itu dirinya terbangun dan mengangkut kumpulan kayu bakarnya, budak tersebut menyangka hanya tidur sejenak saja. Lalu ia pergi ke pasar dan menjual kayu bakarnya serta membeli makan dan minuman sebagaimana biasa. Setelah itu dirinya mendatangi sumur tempat dilemparkannya Nabi Hanzhalah, namun ternyata dirinya tidak menemukan nabi tersebut.

Sebelumnya telah terjadi sebuah peristiwa yang menimpa kaumnya, lalu mereka semua sepakat mengeluarkan nabinya dari dalam sumur serta beriman dan membenarkan nabinya.[8][9]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Stories of the Prophets, Ibnu Katsir, Chapter XIII: Towns Destroyed By Divine Punishment
  2. ^ Ta’wil ini bersumber dari Ibnu Basyar ia bercerita dari Abdurrahman, ia bercerita dari Sufyan dari Abu Bakar dari Ikrimah ia berkata: Rass adalah nama sebuah sumur dimana para kaumnya melemparkan nabi yang diutus. (Tafsir At Thobari 19/269-280, Ibnu Katsir 6/111, Atlas Alquran 125)
  3. ^ Dictionary of Arabic to English meanings, Rass
  4. ^ “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas, diterjemahkan oleh Abdul Halim, Bandung: Pustaka Hidayah, Cet. I, Oktober 2002, hal. 148-150.
  5. ^ Ta’wil ini bersumber dari Yunus bin Abdul A’la ia bercerita dari Ibnu Wahb, ia bercerita dari Jarir bin Hazim bahwa Qotadah berkata Ar Rass adalah sebuah desa di Yamamah yang disebut dengan Falaj, mereka adalah pengikut Yasin.
  6. ^ Ta’wil ini bersumber dari Ibnu Abi Hatim, ia bercerita dari Ahmad bin Amr bin Abi ‘Ashim an Nabil, ia bercerita dari Abu ‘Ashim Dhohhak bin Makhlad, ia bercerita dari Syabib bin Bisyr dari Ikrimah dari Ibnu Abbas tentang ayat Wa Ashabar Rass. Ibnu Abbas berkata: Rass adalah nama sumur di daerah Azerbaijan.
  7. ^ A-Z of Prophets in Islam and Judaism, B.M. Wheeler, People of the Well
  8. ^ Nabi Muhammad bersabda: "Lalu nabi kaum tersebut menanyakan keberadaan budak tentang apa yang dilakukannya? Kaumnya menjawab: Kami tidak tahu. Sampai Allah mencabut ruh nabi tersebut. Setelah wafatnya nabi tersebutlah Allah membangunkan si budak hitam tersebut dari tidurnya. Rasulullah bersabda: Budak hitam tersebut adalah orang yang pertama kali masuk surga." (Tafsir Ibnu Katsit 6/111, Al Alusi 14/97, At Thobari 19/269, Al Qurthubi 13/32).
  9. ^ Dari riwayatkan ini terdapat sebuah kemusykilan antara persambungan ayat dan riwayat ini. Dalam ayat diatas Ashabur Rass dimusnahkan Allah dan riwayat ini menerangkan mereka telah beriman. Imam Ibnu Jarir At Thobari menguraiakan, kemungkinan besar para kaum tersebut beriman setelah Allah menurunkan adzab kepada nenek moyang mereka, sehingga akhirnya sisa-sisa dari kaum tersebut beriman dan mengeluarkan nabinya dari dalam sumur. (Tafsir Ibnu Katsir 6/112, Al Alusi 14/97).

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]