Pengguna:Bluesatellite/Pariwisata di Kota Padang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Slogan pariwisata Padang

Pariwisata di Kota Padang memegang peranan penting dalam menopang perekonomian Kota Padang, Sumatera Barat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan yang mengunjungi kota ini selama tahun 2016 mencapai lebih dari 3,6 juta jiwa dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.[1] Kota Padang yang berada di wilayah pesisir merupakan sentra pariwisata Provinsi Sumatera Barat, selain Kota Bukittinggi yang berada di wilayah dataran tinggi.

Geografi, akses dan akomodasi[sunting | sunting sumber]

Bandar Udara Internasional Minangkabau (PDG) berlokasi 23 km dari pusat kota.

Kota Padang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera bagian tengah menghadap Samudera Hindia. Karena berada di pinggir laut, kota ini dapat diakses dari tiga pelabuhan yaitu Pelabuhan Teluk Bayur, Pelabuhan Muara, dan Pelabuhan Bungus. Penerbangan kota ini dilayani melalui Bandar Udara Internasional Minangkabau yang berada di wilayah Ketaping, Kabupaten Padang Pariaman atau 23 km dari pusat Kota Padang. Kota-kota yang memiliki penerbangan langsung menuju Padang di antaranya adalah Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Batam, Palembang, serta dari luar negeri seperti Kuala Lumpur dan Singapura. Dari bandara menuju pusat kota telah dilayani oleh kereta api langsung menuju Stasiun Padang. Di dalam wilayah kota juga terdapat berbagai moda transportasi, seperti taksi (seperti Bluebird dan Express), bus Trans Padang, angkot, dan transportasi online (GO-JEK dan Grab).[2]

Menurut database Traveloka, jumlah hotel kelas melati dan berbintang di Kota Padang adalah sebanyak 135 unit.[3] Hotel-hotel yang memiliki status bintang 4 yakni Axana Hotel, Grand Inna Padang Hotel, Grand Zuri Hotel, Imelda Hotel, Hotel Kyriad Bumiminang, Hotel Mercure, Hotel Pangeran Beach, Premier Basko Hotel (sebelumnya pernah berstatus bintang 5), dan Rocky Plaza Hotel.

Objek wisata[sunting | sunting sumber]

Budaya dan sejarah[sunting | sunting sumber]

Berkas:Sitti Nurbaya and Samsulbari in Batavia.png
Kisah cinta Sitti Nurbaya dan Samsulbahri adalah legenda yang sangat populer dari Kota Padang.

Kota Padang sangat dikenal dengan legenda Sitti Nurbaya dan Malin Kundang.[4] Sejarah telah mencatat peranan penting Kota Padang selama era penjajahan Belanda hingga kemerdekaan Indonesia. Peninggalan kejayaan kota Padang sebagai kota metropolitan pada abad ke-17 terdapat di kawasan Kota Tua Padang.[5] Di kawasan ini banyak dijumpai beberapa bangunan peninggalan sejak zaman Belanda. Beberapa bangunan di kawasan tersebut ditetapkan pemerintah setempat sebagai cagar budaya. Di antaranya adalah Masjid Muhammadan bertarikh 1843, yang merupakan masjid berwarna hijau muda yang dibangun oleh komunitas keturunan India. Cagar budaya lain, Klenteng Kwan Im yang bernama See Hin Kiong tahun 1861 kemudian direnovasi kembali tahun 1905 setelah sebelumnya terbakar.[6]

Dari sehiliran Batang Arau, terdapat sebuah jembatan yang bernama jembatan Sitti Nurbaya. Jembatan itu menghubungkan sebuah kawasan bukit yang dikenal juga dengan nama Gunung Padang. Pada bukit ini terdapat Taman Sitti Nurbaya yang menjadi lokasi kuburan Sitti Nurbaya.[7] Kawasan bukit ini juga dahulunya menjadi tempat permukiman awal masyarakat etnis Nias di Kota Padang.[8]

Kota ini memiliki sebuah museum yang terletak di pusat kota yang bernama Museum Adityawarman, yang memiliki gaya arsitektur berbentuk rumah adat Minangkabau (Rumah Gadang), model Gajah Maharam. Di halaman depan museum terdapat dua lumbung padi. Museum ini mengkhususkan diri pada sejarah dan budaya suku Minangkabau, suku Mentawai dan suku Nias. Museum ini memiliki 6.000 koleksi.

Taman Budaya Sumatera Barat menggelar pertunjukan setiap dua minggu sekali.

Pantai, laut, dan pulau[sunting | sunting sumber]

Sebagai kota pesisir, Kota Padang memiliki banyak objek wisata bahari. Pantai Padang atau populer dengan sebutan Taplau (singkatan dari tapi lauik, bahasa Minang yang artinya tepi laut) adalah pantai yang paling mudah diakses karena berada di jantung Kota Padang. Pantai ini telah dilengkapi dengan jalur pedestrian yang lebar. Pantai Air Manis, dikenal sebagai tempat batu Malin Kundang berdiri.[9] Saat pasang surut air laut, pengunjung dapat berjalan kaki menuju Pulau Pisang dari Pantai Air Manis. Terus ke selatan dari pusat kota juga terdapat kawasan wisata Pantai Caroline, Pantai Nirwana dan Pantai Bungus, yang memiliki pasir putih.[10]

Kota Padang juga memiliki berbagai pulau-pulau cantik yang dapat diakses menggunakan kapal dari Pelabuhan Muara dan Pelabuhan Bungus. Sebuah resort wisata sekelas hotel berbintang tiga yang terletak di Pulau Sikuai.[11] Sedangkan ke arah Kecamatan Koto Tangah, terdapat kawasan wisata pantai Pasir Jambak, serta kawasan wisata alam Lubuk Minturun,[12] yang populer dalam tradisi balimau dan ramai dikunjungi oleh masyarakat terutama sehari sebelum masuk bulan Ramadan.[13]

Hutan kota dan dataran tinggi[sunting | sunting sumber]

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Imam Bonjol berada di pusat Kota Padang. Di kawasan ini terdapat Lapangan Imam Bonjol yang merupakan alun-alun Kota Padang. Sekitar 1,5 kilometer ke arah barat terdapat Taman Melati di kompleks Museum Adityawarman. Di ujung timur Kota Padang, tepatnya di Kecamatan Lubuk Kilangan, terdapat Taman Hutan Raya Bung Hatta.

Air terjun dan pemandian[sunting | sunting sumber]

Wisata religi[sunting | sunting sumber]

Di Kota Padang terdapat sejumlah bangunan ibadah yang bersejarah, seperti masjid, gereja, dan klenteng. Masjid Raya Ganting adalah masjid tertua di Kota Padang yang telah ditetapka sebagai cagar budaya. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1700 di kaki Gunung Padang sebelum dipindahkan ke lokasi sekarang. Beberapa tokoh nasional pernah salat di masjid ini di antaranya Soekarno, Hatta, Hamengkubuwana IX dan A.H. Nasution.[14] Bahkan Soekarno sempat memberikan pidato di masjid ini.[15] Masjid ini juga pernah menjadi tempat embarkasi haji melalui pelabuhan Emmahaven (sekarang Teluk Bayur) waktu itu, sebelum dipindahkan ke Asrama Haji Tabing sekarang ini.[16]


Di Kota Padang terdapat Masjid Raya Sumatera Barat

Masjid Raya Teluk Bayur Miniatur Makah

Kuliner[sunting | sunting sumber]

Kota ini juga terkenal akan masakannya. Selain menjadi selera sebagian besar masyarakat Indonesia, masakan ini juga populer sampai ke mancanegara.[17] Makanan yang populer di antaranya seperti Gulai, Rendang, Ayam Pop, Terung Balado, Gulai Itik Cabe Hijau, Nasi Kapau, Sate Padang dan Karupuak Sanjai. Restoran Padang banyak terdapat di seluruh kota besar di Indonesia. Meskipun begitu, yang dinamakan sebagai "masakan Padang" sebenarnya dikenal sebagai masakan etnis Minangkabau secara umum.[18]

Turnamen dan festival[sunting | sunting sumber]

Dalam mendorong pariwisata di Kota Padang, pemerintah kota menggelar Festival Rendang untuk pertamakalinya pada tahun 2011, setelah sebelumnya Rendang dinobatkan oleh CNN International sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar World’s 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia).[19] Festival yang dipusatkan di RTH Imam Bonjol tersebut diikuti oleh kelurahan se-Kota Padang dan berhasil memasak 5,2 ton daging, sehingga tercatat dalam Museum Rekor Indonesia sebagai perlombaan memasak dengan daging dan peserta terbanyak.[20] Pada tahun yang sama pemerintah kota juga mulai menyelenggarakan Festival Sitti Nurbaya, pergelaran tahunan yang mengangkat adat dan tradisi Minangkabau.[21]

Promosi dan statistik[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ [1]
  2. ^ https://www.kabarsumbar.com/berita/begini-cara-daftar-driver-grab-di-padang/
  3. ^ Hotel di Kota Padang
  4. ^ "Potensi Kota Padang". Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang. Diakses tanggal 2010-10-02. 
  5. ^ https://lifestyle.okezone.com/read/2011/05/16/408/457626/abad-17-kota-padang-pernah-jadi-kota-metropolitan
  6. ^ bataviase.co.id Menjenguk Kota Tua Padang setelah Gempa. Diakses pada 10 November 2010.
  7. ^ Rusli, Marah (1991). Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai. PT Balai Pustaka. ISBN 978-979-407-167-0. 
  8. ^ Anatona (1996). Permukiman Migran Asal Nias di Kota Padang dan Sekitarnya: Suatu Tinjauan Historis. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Lembaga Penelitian, Universitas Andalas. 
  9. ^ Dwi Elisa, Caroline Johnson (2000). Malin Kundang: Folktales From West Sumatra. Penerbit PT Framedia Widiasarana Indonesia. ISBN 978-979-669-872-1. 
  10. ^ Witton, P. (2003). Indonesia. Lonely Planet. ISBN 1-74059-154-2. 
  11. ^ www.newsikuai-island.com New Sikuai Island Resort.
  12. ^ Backshall, Stephen (2003). The Rough Guide to Indonesia. Rough Guides. hlm. 403. ISBN 1-85828-991-2. 
  13. ^ Gamma. 1. Garda Media Mandiri. 1999. 
  14. ^ Zein, Abdul Baqir (1999). Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia. Gema Insani. ISBN 979-561-567-X. 
  15. ^ Soekarno (1990). Bung Karno dan Islam: Kumpulan Pidato tentang Islam, 1953-1966. Haji Masagung. ISBN 979-412-167-3. 
  16. ^ tourism.padang.go.id Masjid Raya Gantiang. Diakses pada 10 November 2010.
  17. ^ Ramli, Andriati (2008). Masakan Padang: Populer & Lezat. Niaga Swadaya. ISBN 978-979-1477-09-3. 
  18. ^ Masakan Padang. Jakarta: Galangpress Group. 2009. ISBN 978-602-8328-22-7. 
  19. ^ World’s 50 Most Delicious Foods by CNN GO. Diakses pada 8 Januari 2012.
  20. ^ Memasak 5,2 Ton Rendang Pecahkan Rekor MURI. Metrotvnews.com. Diakses pada 8 Januari 2012.
  21. ^ Festival Siti Nurbaya Diharapkan Tingkatkan Kunjungan Wisawatan. Antara Sumbar. Diakes pada 11 Juli 2013.