Pengguna:Dinaaafeb
Reog Kendang adalah tarian tradisional yang menggambarkantentang arak – arakan prajurit yang mengiringi rombonganraja pada jaman dahulu. Dalam tarian ini para penari menarisambil memainkan kendang sebagai attribut menarinya. ReogKendang ini merupakan tarian tradisional yang sangatterkenal dari Tulungagung, Jawa Timur.
Reog Kendang ini tak lepas dari sejarah dan cerita legendapada jaman dahulu. Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Reog Kendang ini menggambarkan tentang arak – arakanprajurit Kedirilaya yang mengiringi Ratu Kilisuci dalamrangka menemui Jathasura yang bertempat di gunung kelud. Karena Ratu Kilisuci tidak mau dinikahi oleh Jathasura, makadia menolak secara halus dengan memperdaya Jathasura. Selain itu versi lain menyebutkan bahwa Reog Kendang initerinspirasi dari permainan kendang Prajurit Bugis dalamkesatuan. Berawal pada banyaknya para Gemblak darikadipaten Sumoroto yang mencari jati diri ke kotaTulungagung pada zaman kolonial belanda untuk berkerjasebagai penambang batu marmer dan petani cengkih. Untukmenghilangkan rasa penat setelah berkerja, di buatlah sebuahalat musik sejenis ketipung yang hanya memiliki satu sisiuntuk di pukul. karena memiliki kesamaan dengan para gemblak lainnya, akhirnya dibuatlah sebuah kesenian tersebutdengan tarian, Konon para Gemblak adalah para pemain kudalumping pada kesenian Reog Ponorogo.
Sebenarnya Reog Kendang menceritak kisah tentangperjalanan para mantan Gemblak mencari jati diri. karenaperkembangan zaman, banyak versi cerita yang di gunakandalam pementasan.
Versi Panji Klono Sewandono
Cerita pada versi ini tidak berbeda dengan cerita asal mulaReyog ponorogo maupun Jaranan. Hanya Saja pada Reogkendang menceritakan kegigihan para prajurit daribantarangin ke kerajaan Daha, Terutama para pembawa alatmusik kendang hingga membungkuk yang disebabkanberatnya kendang.
Versi Letusan Gunung Kelud
Sedangkan versi gunung kelud tecipta pada tahun 2014 sebagai kebiasaan masyarakat Tulungagung yang tinggal di sekitar gunung kelud, yang selalu menghadapi letusan gunungkelud dan untuk menghilangkan unsur gemblak yang dianggap tidak etis pada lingkungan sosial. Disimpulkan pada cerita versi ini menceritakan tentang prajurit arak-arakanprajurit Daha mengiringi pengantin Ratu Kilisuci ke GunungKelud, untuk menyaksikan dari dekat hasil pekerjaanJathasura, sudahkah memenuhi persyaratan atau belum.
Tokoh pada Reog Kendang ialah:
Untuk kostum yang digunakan para penari merupakan kostumkhusus untuk Reog Kendang yang menggambarkan para prajurit pada jaman dahulu. Pada pertunjukannya, penarimenggunakan baju lengan panjang dengan kain penutup dada dengan motif berwarna kuning. Pada bagian bawahmenggunakan celana sepanjang dengkul dengan beberapaattribut seperti stagen, kain batik, dan sampur berwarna. Lalu pada bagian kepala menggunakan ikat kepala, sumping dan iker yang melingkari kepala. Pada bagian kaki menggunakankaus kaki dan klinthing. Selain itu beberapa aksesoris sepertikeris, gelang tangan dan Dalam perkembangannya, walaupuntergolong kesenian lamanamun Reog Kendang masih tetapdilestarikan dan dijaga keberadaanya. ReogKendang ini masihsering di tampilkan dalam acara – acara besar yang diadakandi kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Selain itutarian ini juga sering diberbagai festival budaya, baik di daerah maupun tingkat nasional. Seiringdenganperkembangan tarian ini mulai terlihat banyak perubahannya, dengan penambahanberbagai variasi dari segi gerakan, kostum, music pengiring atau penyajiannya.Hal ini banyakdilakukan agar terlihat lebih menarik, namun tidakmeninggalkanbentuk aslinya.tidak lupa kendang yang ikat menggunakan sampur.
Para penari kendang memiliki gerakan tari yang khas, yaitumembungkuknya badan. hal ini dikarenakan membawa alatmusik kendang saat perjalanan dari kerajaan bantarangin kekerajaan Daha. Versi lain menatakan bahwa badan yang membungkuk karena para gemblak yang taat, setia dan patuhkepada Warok, maka dari itu sosok warok selalu ada pada kesenian reog kendang tulungagung sebagai pawang ataubomoh.
1. Perkembangan Kesenian Reyog Tulungagung sebelumtahun 1970
Reyog Tulungagung sendiri sering mengalami pasang surut dalam perkembanganya. Hal ini di karenakan pada masa itu pemerintah baik daerah maupun pusat masih kurang peduliterhadap kesenian lokal. Kesenian Reyog Tulungagungbiasanya di tampilkan dalam acara agustusan untukmemperingati hari kemerdekaan Indonesia. Acara dilakukandengan arak-arakan. Tahun 1970an ketika ada pertunjukanReyog Tulungagung masyarakat berbondong-bondong untukmenonton, penonton melingkar untuk melihat kesenian ReyogTulungagung ini. Selain acara agustusan kesenian ReyogTulungagung biasanya juga di tampilkan dalam acara mantenan, pitonan, sunatan dan boyongan. Lagu-lagu yang dibawakan juga khas lagu-lagu lama seperti lagu walangkeket, turi-turi putih, ilir-ilir. Kebanyakan pemain dari ReyogTulungagung merupakan laki-laki.
Tahun-tahun sebelum tahun 1970 tidak ada pemainReyog Tulungagung yang merupakan wanita. Kebanyakanorang tua tidak memperbolehkan anak perempuan merekauntuk ikut latihan kesenian Reyog Tulungagung.6 ReyogTulungagung mengalami surut dan hampir punah ketika tahun1965 dengan adanya tragedi gerakan G30S/PKI. Trageditersebut membuat para seniman takut untuk memainkankesenian ini. Ketakutan tersebut lantaran para seniman ReyogTulungagung takut dituduh anggota atau simpatisan PKI.
Hal ini didasari karena sebelum terjadinya tragedi 1965, kesenian-kesenian lokal / kesenian rakyat sangat dekat denganPKI, terutama setelah PKI sadar bahwa kemampuan kesenian-kesenian lokal seperti Reyog Ponorogo, Reyog Tulungagung, Jaranan dan Wayang mampu memobilisasi masa dalamjumlah besar.
Namun, Surutnya kesenian-kesenian lokal tersebut tidakberlangsung lama. Negara yang mulai memberikanpengontrolan seniman dengan membuatkan Nomor IndukSeniman (NIS) pada kurun waktu tahun 1965-1967. Pemberian NIS oleh pemerintah bertujuan mengontrol lebihjauh seniman yang terlibat dengan partai komunis. Bagi yang tidak memiliki NIS biasanya mereka dikasih nomor aktifsebagai seniman. “Tanpa memiliki kartu ini, seniman tidaakboleh tampil diruang publik.”
2. Perkembangan Kesenian Reyog Tulungagung tahun1970-1989
Mengingat zaman dahulu foto masih jarang, pendokumentasian biasanya hanya melalui gambar-gambarilustrasi. Di dalam buku Timoer, Soenarto yang berjudulReyog di Jawa Timur menunjukkan foto Reyog Tulungagungtahun 1970-an. Busana dalam Reyog Tulungagung masihsangat sederhana. Foto diatas terlihat ciri khas utama busanapenari Reyog Tulungagung yaitu udheng hitam dan iker-ikermerah putih tidak pernah berubah. Busana-busana penariReyog Tulungagung dari tahun 1970 sudah sama sesuaidengan pakem yang diterbitkan Pemerintah KabupatenTulungagung di tahun 1996 namun karena faktor pementasanyang masih sangat sederhana pada saat itu, terkadang tidaksemua atribut di pergunakan dengan lengkap. Tahun 1970-an penari Reog lebih dominan dengan pakaian berwarna hitamataupun putih. Mungkin faktor anggota yang merupakanorang-orang dewasa, bahkan tua-tua lah yang membuatpemilihan kostum sengaja berwarna hitam sebagai latarbusananya, sedangkan atribut-atributnya berwarna cerah.Faktor lain yang bisa mempengaruhi pemilihan warna hitamkarena bahan warna hitam mudah untuk di temukan.
Tahun 1970-an pementasan Reyog Tulungagung masihberupa arak-arakan belum menggunakan panggung sepertisekarang. Karena fungsi dari Reyog Tulungagung itu sendiriketika tahun 1970-an sebagai sarana ritual atau arak-arakanyang mengarak upacara pernikahan, khitanan, Kelahiranseseorang dan ritual lainnya. Tahun 1970-an didalam gerakanReyog Tulungagung juga masih sederhana, belum adapenambahan-penambahan kreativitas dari koreografer. Gerakan masih terbatas pada pola melingkar dan horisontalsaja.
Sekitar tahun 1980-an nama Reyog Tulungagung pernahberubah nama menjadi Reyog Dhodhog. Hal ini disebabkannama Dhodhog merupakan nama dari properti yang digunakan dalam kesenian ini. Properti ini berbentuk kendang yang hanya sebelah sisi saja yang tertutup.Waktu perhelatanFestival Kesenian Indonesia pertama kali yaitu pada tahun1983, Reyog Dhodhog mulai dikenal oleh masyarakat luasmaupun seniman-seniwati dari daerah lain. Mulai pada tahunini juga masyarakat luas mengenal kesenian tari rakyat ReyogDhodhog merupakan kesenian yang berasal dari daerahTulungagung yang menggunakan properti tarinya dan sekaligus sebagai alat musik pokok dan ater atau tandaperpindahan gerak. Perkembangan Reyog Tulungagung juga pernah menjadi bahan ajar tari di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada sekitar tahun 1986-1993.
3. Perkembangan Kesenian Reyog Tulungagung tahun1990-1999
Saat 1990-1999 kesenian Reyog mengalami pasang surutdalam perkembangannya. Di awal 1990an kesenian ReyogTulungagung mulai tergeser oleh munculnya kesenian JarananSentherewE dan musik dangdut. Kesenian ReyogTulungagung dianggap membosankan karena gerakannyamonoton dan tidak ada kreasi. Pemain dari reyogTulungagung kebanyakam kaum pria, karena pandangan masa itu wanita bermain Reyog Tulungagung merupakan hal yang tabu. Kesenian Reyog saat itu masih di pandang sebelah mata. Sehingga pada tahun 90an masyarakat lebih memilihmenonton kesenian tradisional lain seperti jaranan sentherewedan kesenian Ludruk.16
Tahun 1992 Pemerintah Kabupaten Tulungagung mulaimemperhatikan dan peduli terhadap nasib dan perkembangandari kesenian Reyog Tulungagung. Pemerintah mulaibekerjasama dengan pemilik sanggar untuk mengembangkankesenian Reyog Tulungagung. Langkah awal yang di lakukanpemerintah dalam mengembangkan kesenian ReyogTulungagung yaitu dengan cara membubuhi tarian ReyogTulungagung dengan gerak kreasi baru. Penambahan gerak inidimaksudkan agar kesenian Reyog Tulungagung tidak terlihatmonoton dan memiliki nilai jual. Sehinggga masyarakatumumnya akan senang dan tidak bosan melihat kesenian khasdaerah mereka ini. Selain penambahan gerak, pemerintahsetiap tahun juga selalu mengagendakan festival-festival kesenian Reyog Tulungagung.
Usaha nyata yang di buktikan pemerintah Tulungagungyang peduli terhadap kesenian Reyog Tulungagung yaitudengan pembukuan Reyog Tulungagung. Tahun 1996 Pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung untuk pertamakalinya mendokumentasikan Reyog Tulungagung dalamsebuah buku yang berjudul “REYOG TULUNGAGUNG dalam rangka pendokumentasian, pendiskripsian, dan pembuatan pedoman tari khas Tulungagung”. Pembuatanbuku ini di maksudkan agar digunakan para seniman sebagaipedoman kesenian Reyog Tulungagung. Di dalam buku ini di bahas lengkap mengenai Sejarah asal - usul, busana, gerak, alat, makna dari Reyog Tulungagung.
Sudah banyak wanita yang menari kesenian ReyogTulungagung. Label tabu yang awal-awal tahun 1990an di lekatkan kepada wanita mulai dihilangkan. Kostum kesenianReyog Tulungagung juga masih sederhana, belum adapenambahan aksesoris yang banyak. Penggunaan kacamatahitam sudah di hilangkan. Karena penggunaan kacamatahitam menutupi keindahan riasan wajah dari sang penari.
Perkembangan Kesenian Reyog Tulungagungselanjutnya di tahun 1997 menunjukkan perkembangan yang kurang bagus. Kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukansaat itu mengenai kesenian-kesenian daerah termasuk ReyogTulungagung ini mengekang kreatifitas seniman. Mulai darialat, baju hingga keseluruhan busananya di dominasi warnakuning dan warna-warna yang mendekati. Hal ini di pengaruhi oleh pemerintahan yang berkuasa saat itu, yaitupemerintahan Presiden Soeharto yang di sebut jaman ordebaru yang identik dengan Partai Golkar. Tidak ada perintahresmi dan tertulis tentang penggunaan warna kuning ini. Tetapi dinas-dinas pemerintahan memang diarahkan untukselalu menggunakan warna kuning dalam kegiatan-kegiatannya di lapangan, terutama dalam kegiatan-kegiatanyang membutuhkan dukungan dari pemerintah pusat. Tahun1997 Pemerintah Kabupaten Tulungagung pernahmengadakan festival Reyog Tulungagung, pada acara tersebutsemua peserta menggunakan busana berwarna dominankuning, karena para peserta menganggap warna tersebut yang akan menjadi perhatian dan pilihan pemerintah. Kejadiantersebut menimbulkan semua peserta tampak serupa, sehingga tidak terlihat kreatifitas para seniman ReyogTulungagung yang menonjol.
Tahun 1998 dengan adanya krisis moneter dan gerakanaksi mahasiswa di Jakarta,secara tidak langsung memberikandampak negatif terhadapkesenian-kesenian yang ada di daerah. Dampak yang ditimbulkan memang tidak secaralangsung, namun karena stabilitas nasional yang masih kacausaat itu, acara kesenian yang biasa di adakan setiap tahunnyadi TMII pun gagal dilaksanakan. Reyog Tulungagung yang merupakan salah satu kesenian yang mewakili Jawa Timur gagal tampil di acara tersebut. Sehinggga era tahun 1998-2000 kesenian Reyog Tulungagungmulai surut dan jarang tampildalam ajang festival nasional.
4. Perkembangan Kesenian Reyog Tulungagung tahun2000-2009
Perkembangan kesenian Reyog Tulungagung pada tahun2000-2009 menunjukkan perkembangan yang sangat positifdan membanggakan. Dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka peran PemerintahDaerah menjadi lebih besar karena kewenangan dariPemerintah Pusat dilimpahkan ke daerah sehingga tingkatkeberhasilan pembangunan di daerah sangat tergantung darisituasi dan kondisi Pemerintah Daerah yang bersangkutan.Dengan diberlakukannya UU tersebut, kesenian ReyogTulungagung juga mendapatkan dampak yang positif. Kesenian daerah mulai benar-benar di perhatikan oleh pemerintah Kabupaten Tulungagung. Reyog Tulungagungsering dikirim sebagai delegasi dalam bidang seni oleh pemerintah Kabupaten Tulungagung.
Mulai tahun 2002 – sekarang kesenian ReyogTulungagung tiap tahun selalu mengirimkan delegasinya baikdi tingkat propinsi maupun nasional. Reyog ditunjuk sebagaiperwakilan Kabupaten Tulungagung bahkan tidak jarangreyog tampil sebagai salah satu perwakilan Propinsi JawaTimur. Berdasarkan foto di atas menunjukkan jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung waktuitu sedang berada di Hotel Indonesia untuk mendampingi para Penari Reyog Tulungagung dalam rangka penyambutan Tamu Negara pada tahun 2002. Pada tahun-tahun tersebut kesenianReyog Tulungagung mulai di kenal masyarakat maupunpejabat negara. Hal ini di karenakan pemerintah KabupatenTulungagung maupun Dinas-dinas di Kabupaten Tulungagungselalu membawa kesenian Reyog Tulungagung dalamberbagai kesempatan kegiatan acara.
Pada tahun-tahun ini peran sanggar-sanggar reog sangatterlihat dimana tiap sanggar berlomba-lomba menunjukkankeunikan dan ciri khas dari sanggar mereka. Setiap sanggarsudah memiliki kostum yang di desain khusus sesuaikarakteristik sanggar. Kebanyakan pada masa ini motif bunga-bunga sangat dominan dalam kostum penari Reyog. Para seniman lebih berani memadukan warna-warna yang lebihmenarik sehingga Reyog Tulungagung terlihat lebih modern dan ceria.25Beberapa seniman bahkan menggunakan dua atautiga warna berbeda dalam satu grup, namun terlihat harmonis.
Perkembangan selanjutnya kesenian Reyog Semakinbooming. Di tahun 2004-2007 sudah banyak orang tua wargaTulungagung yang mengantarkan anaknya kepada senimanreyog agar di ajarkan kesenian Reyog Tulungagung. Padahalera tahun 90 an reyog masih di pandang sebelah mata dan pemain reyog smuanya laki-laki. Di tahun 2004-2007 saatreyog semakin booming, mayoritas penari reyog merupakanwanita. Karena wanita saat itu lebih giat, disiplin, rajin dan fokus. Sedangkan laki-laki sudah jarang yang memiliki minatuntuk belajar kesenian Reyog Tulungagung. Kesenian Reyogsudah banyak bubuhi gerakan kreasi agar lebih menarik dan memilikinilai jual. Jumlah penaripun tidak di batasi harus 6 orang, melainkan bisa 12,18,24 bahkan tidak terbatas. Perlombaan-perlombaan kesenian Reyog Tulungagungsemakin sering diadakan.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan saat itu selaku dinasyang menangani pengembangan kesenian Reyog Tulungagungmemberikan himbauan kepada seluruh sekolah yang ada di Kabupaten Tulungagung agar memiliki minimal 1 set dhodhog Reyog Tulungagung. Himbuan tersebut di maksudkan agar generasi muda tulungagung lebih mengenalkesenial khas daerahnya. Kesenian Reyog Tulungagung masihbelum di masuk dalam kurikulum pembelajaran, namun sudahbanyak sekolah-sekolah yang memiliki ekstrakurikulerkesenian Reyog Tulungagung. Hal tersebut memberikandampak yang positif bagi seniman reyog dan perkembanganReyog Tulungagung sendiri. Pada tahun-tahun tersebutkesenian Reyog Tulungagung mulai sering tampil di tampilkan dalam acara-acara purnawiyata sekolah maupunacara-acara dinas.
5. Perkembangan Kesenian Reyog Tulungagung tahun 2010-2016
Modernisasi memang seringkali memabukkan, dalamsegala hal. Dalam konteks kesenian sungguh tidak mungkinmenolak proses modernisasi itu. Justru dengan adanyamodernisasi itulah maka peran kesenian tradisional sepertiReyog Tulungagung amat penting agar modernisasi tidakmenimbulkan dampak negatif. Reyog Tulungagung yang merupakan kesenian tradisional yang mengandung unsur-unsur budi luhur dapat menjadi filter budaya yang ampuh bagimodernisasi. Di era serba modern seperti saat ini, KesenianReyog Tulungagung muncul sebagai salah satu ikon keseniandaerah yang dapat dijadikan filter dan kesenian kebanggaandari masyarakat Kabupten Tulungagung.
Tahun 2010 pemerintah Kabupaten Tulungagung telahresmi mendapat pengakuan Hak Atas Kekayaan Intelektual(HAKI) Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia yang tertuang dalam, HKt-2-HI.01.01-8, yang di tandatanganioleh Direktur Hak Cipta Desain Industri desain tata letakSirkuit Terpadu dan Rahasia dagang Ir. Arry Ardanta SigitMSc. Pengajuan itu atasdasar fenomena seringnya karya senibudaya asli daerah (Indonesia pada umumnya) yang di klaimoleh negara lain, sehingga dianggap perlu mendorong untukmelindungi hasil karya seni modern maupun kebudayaanwarisan nenek moyang dengan mendapatkan hak cipta yang di lindungi undang-undang. Klasifikasi pengakuan hak ciptareyog Tulungagung dari Direktorat Hak Kekayaan Intelektual(HKI) Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia bukan sebagai Hak Cipta Kekayaan Intelektual (HAKI) akantetapi berupa Folklore/local wisdom (kearifan lokal) asliTulungagung. Karena kesenian reyog sendiri bukan hasil ciptakarya seseorang, melainkan warisan seni budaya turuntemurun.
Tahun 2015 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu berhasil melaksanakan kegiatan Parade 2000 penariReyog Tulungagung sebagai salah satu kegiatan memperingatihari jadi Kabupaten Tulungagung. Parade tari tersebut selainberhasil memeriahkan peringatan hari jadi KabupatenTulungagung juga mampu memecahan rekor dunia tariantradisional dengan peserta terbanyak, yakni diikuti 2.400 siswa, mulai dari jenjang siswa sekolah dasar (SD) hinggasekolah menengah atas (SMA). Tarian ini juga memecahkanrekor Museum Rekor Indonesia (Muri). Untuk pemecahanrekor muri tarian tradisional Reyog Tulungagung denganpeserta terbanyak ini tercatat di Muri nomor 7181.30 Jumlahpenari yang mencapai 2400 siswa tersebut membuktikanbahwa kesenian Reyog Tulungagung tidak hanya di tampilkandengan jumlah penari 6 orang saja, melainkan bisa mencapairibuan. Dengan peserta ribuanpun kesenian ReyogTulungagung tetap mampu menunjukkan ke indahannya sertamampu memukau para penontonnya.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan waktu itumenggandeng seniman-seniman Reyog Tulungagung untukmelatih para siswa. Terdapat sekitar 10 orang seniman yang di libatkan dalam proses pemecahan rekor muri tersebut. Seniman beserta perwakilan dari Dinas Pendidikan dan kebudayaan bekerja sama membentuk koreografi kesenianReyog Tulungagung.
Koreografi Reyog Tulungagung yang digunakan adalahgerakan-gerakan reyog yang mudah namun tetap memilikinilai ke indahan, hal ini dimaksudkan agar dapat denganmudah di pahami bagi seluruh siswa yang berpartisipasidalam usaha pemecahan rekor tersebut. Karena pesertapemecahan rekor sendiri terdiri dari siswa SD,SMP dan SMA. Setelah koreografi gerakan reyog selesai di bentuk, gerakantersebut di rekam dan dijadikan video pembelajaran. Video pembelajaran yang berisi tentang gerakan reyog tersebut di bagikan kepada tiap-tiap sekolah perwakilan yang di tunjukDinas Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, mulai jenjangSD,SMP dan SMA di Kabupaten Tulungagung.
Siswa kemudian diajarkan gerakan Reyog Tulungagungyang sesuai dengan video pembelajaran oleh pelatih masing-masing di setiap sekolah. Empat bulan sebelum acara di laksanakan latihan dilaksanakan kurang lebih seminggu duakali di tiap-tiap sekolah. Selanjutnya, sebulan menjelang acara seluruh siswa yang ikut berpartisipasi dalam acara pemecahanrekor muri tersebut di kumpulkan jadi satu di pelataran Gor Lembu Peteng Kabupaten Tulungagung untuk menjalanilatihan lagi. Latihan dilaksanakan hampir setiap hari, seminggu bisa 4-5 kali.
Prestasi lain yang tidak kalah membanggakan daripemecahan rekor muri yang di peroleh kesenian ReyogTulungagung yaitu ketika tahun 2016 kesenian ReyogTulungagung mampu tampil mewakili Propinsi Jawa Timur dalam acara Penurunan Bendera dalam rangka HUT RepublikIndonsia ke 71 di Istana Merdeka. Dalam acara tersebut, Kabupaten Tulungagung mengirimkan kurang lebih 100 orang penari reyog kendang Tulungagung yang akan tampil di tunjuk langsung oleh perwakilan Dinas KebudayaanPariwisata Pemuda dan Olahraga. Penari terdiri dari jenjangsiswa sekolah menengah pertama hingga mahasiswa.
Para penari tersebut di pilih dan di kumpulkan oleh perwakilan pihak Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, kemudian di bagi menjadi kelompok-kelompokkecil. Kelompok-kelompok kecil tersebut kemudian di latiholeh seniman-seniman Reyog Tulungagung secara langsung. Dalam acara tersebut penari Reyog Tulungagungmenggunakan 3 warna kostum yang berbeda yaitu Merah, Putih dan Kuning. Selain kesenian Reyog Tulungagung, pemerintah Kabupaten Tulungagung juga membawa sertakesenian barongan.
Dalam pertunjukannya, Reog Kendang ini ditampilkansecara berkelompok oleh 6 orang penari yang masing-masing dari mereka membawa kendang atau dhodhog. Setiap kendang yang di bawa masing-masing penari memiliki jenis yang berbeda diantaranyaseperti kendang kerep, kendang arang, kendang imbal 1, kendang imbal 2, kendang keplak, dan kendang trinthing. Pada pemukulan kendangnya terdiri atastiga macam, ada yang di pukul dengan telapak tangan penuhuntuk kendang kerep, imbal 1 dan keplak. Sedangkan untukkendang arang dan imbal 2 dipukul dengan tangan bagianujung. Yang paling berbeda pada kendang trintiing dipukuldengan alat pukul yang bernama trunthung.
Dalam pertunjukan Reog Kendang tersebut penari menaridengan energik sambil memainkan kendang mereka seiramadengan musik pengiring dan nyanyian lagu jawa. Alat musikyang digunakan oleh pengiring tersebut diantaranya adalahkenong, gong dan terompet. Kenong dan gong yang dipakaimenggunakan instrument nada 5 slendro. Lagu-lagupengiringnya dipilh yang populer dikalangan masyarakat, misalnya Gandariya, Angkleng, Loro-loro, Pring-Padapring, Ijo-ijo, dan lain sebagainya. Irama yang digunakan dalamiringannya ada berbagai macam, ada irama lambat, iramasedang, dan irama drumbenan. Dengan satu unit barisanpenari yang berjumlah 6 orang dapat mengadakan Gerakan dalam bentuk konfigurasi atau gerak lantai. Untuk gerak lantaitergantung koreografer yang sudah disepakati bersama. Namun di samping bebas dalam gerak lantai, maka perlumemperhatikan jenis-jenis gerak tari yang tetap atau bakudengan bertumpu pada gerak kepala dan kaki. Diantara geraktari tersebut sebagai berikut :
1.Gerak baris: yaitu gerakan lurus seperti layaknyaberbaris dengan dhodhog kerep berada paling depan, kaki berjalan mengikuti irama kendang, biasanya menggunakanirma drumband. Irama dan gerak ini dilakukan pada saatkeluar dan masuk arena pertunjukan.
2.Gerak Sundangan: yaitu gerakan pada bahu dan kepaladengan badan agak membengkok, gerakan yang menyerupaiseekor sapi atau kerbau yang sendang menyundang.
3.Gerak andul: yaitu gerakan yang mengayun-ayunkankaki kanan ke depan dan ke belakang.
4.Gerak menthokan: yaitu gerakan berjalan sambiljongkok menirukan gaya menthok berjalan dengan pingguldigoyanggoyang.
5.Gerak gejoh bumi: yaitu gerakan dengan posisi badan agak membungkuk kaki kanan di depan menampak datar, sedangkan kaki kiri di belakang dengan mengangkat tumitsambil digejoh-gejokan ke tanah.
6.Gerak ngongak sumur: yaitu gerakan kaki kanan kedepan dan ke belakang pada saat kaki kanan ke depanpandangan ke bawah dan pada waktu kaki kanan ke belakangpandangan mata ke depan, begitu berulangulang.
7.Gerak midak kecik: yaitu jalan mundur dengan ujnungkaki menampak lebih dulu kemudian baru tumitnyamengikuti.169 , Vol. 16, No. 2, Oktober 2018: 162 – 171
8.Gerak lilingan: yaitu gerak ngliling secara berpasangandilakukan ngliling maju berpapasan ngliling lagi begituseterusnya.
9.Gerak kejang: yaitu grak berjalan dengan tumitdiangkat, posisi badan kaku seperti orang yang sedang kejangatau seperti robot.
Itu tadi merupakan gerak baku dalam Reog Kendang ini, sedangkan lama hitungan dari setiap gerakannya dihitungsebanyak delapan gongan. Untuk pergantian gerak akan diberiaba-aba oleh pengendang dhodhog kerep. Begitu seterusnya, kecuali karena menyesuaikan dengan gerak lantai ataumembentuk konfigurasi lamanya menyesuaikan dengankebutuhan. Untuk kostum yang digunakan para penarimerupakan kostum khusus untuk Reog Kendang yang menggambarkan para prajurit pada jaman dahulu. Pada pertunjukannya, penari menggunakan baju lengan panjangdengan kain penutup dada dengan motif berwarna kuning. Pada bagian bawah menggunakan celana sepanjang dengkuldengan beberapa attribute seperti stagen, kain batik, dan sampur berwarna. Lalu pada bagian kepala menggunakan ikat kepala, sumping dan iker yang melingkari kepala. Pada bagiankaki menggunakan kaus kaki dan klinthing. Selain itubeberapa aksesoris seperti keris, gelang tangan dan tidak lupakendang yang ikat menggunakan sampur. Dalam perkembangannya, walaupun tergolong kesenian lama namunReog Kendang masih tetap dilestarikan dan dijagakeberadaanya. Reog Kendang ini masih sering di tampilkandalam acara-acara besar yang diadakan di kabupatenTulungagung, Jawa Timur. Selain itu tarian ini juga sering di berbagai festival budaya, baik di daerah maupun tingkatnasional. Seiring dengan perkembangan jaman tarian ini mulaiterlihat banyak perubahannya, dengan penambahan berbagaivariasi dari segi gerakan, kostum, musik pengiring ataupenyajiannya. Hal ini banyak dilakukan agar terlihat lebihmenarik, namun tidak meninggalkan bentuk aslinya.