Lompat ke isi

Pengguna:Lia Mustika Rahmah/Draf

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Zat Pengawet Formalin Pada Bahan Makanan

Formalin sebagai zat pengawet pada bahan makanan penggunaan bahan tambahan makanan yang dilarang masih dilakukan bahkan tampak nya akan semakin tinggi hingga mengambil segmen pengusaha pangan jajanan produk nya justru banyak sekali dikonsumsi oleh masyarakat luas termasuk kalangan remaja dan anak anak usia sekolah.

Formaldehid atau disebut juga formalin merupakan zat kimia berbahaya bagi manusia sehingga sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan, tetapi masih banyak produsen makanan seperti dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat, tahu, bakso, sosis, bahkan dalam pembuatan kecap masih menggunakan bahan formalin sebagai bahan tambahan untuk mengawetkan makanan. Penggunaan bahan ini dimaksudkan agar bahan makanan yang dijual bisa disimpan dalam jangka lama dan tidak mudah rusak. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan tahun 2012 No 033 menyatakan bahwa formalin dilarang sebagai bahan tambahan pangan. Alasan produsen/industri makanan melakukan hal yang curang dan merugikan itu dikarenakan demi meraih keuntungan yang lebih besar dengan menambahkan zat-zat berbahaya kedalam makanan yang mereka jual. Menurut (Hastuti) alasan pemakaian formalin juga dipercaya dapat mempercepat proses pengeringan dan membuat tampilan fisik tidak cepat rusak pada ikan asin.

Pengertian Formalin

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk di dalam larutan formalin terkandung sekitar 37% Formaldehid dalam air dan merupakan anggota paling sederhana dan termasuk kelompok Aldehid dengan rumus kimia HCHO. Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda beda antara lain yaitu: Formol, Morbicid, Methanal, Formic aldehyde, Methyl oxide, dll. Dipasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan dengan kandungan formaldehid 10-40% dan secara fisik seperti cairan putih jernih dengan bau yang menyengat dan tajam.

Formalin digunakan pada :

Bidang kesehatan : Desinfektan dan pengawet mayat

Industri perkayuan dan plywood : Sebagai Perekat

Industri plastik : Bahan campuran produksi

Industri tekstil, resin, karet dan fotografi : Mempercepat pewarnaan.

Keberadaan Formaldehida sendiri ada dalam berbagai macam produk formaldehida. Formaldehida juga ditemukan pada asap rokok dan udara yang tercemar asap kendaraan bermotor. Selain itu bisa didapat juga pada produk-produk termasuk antiseptik, obat, cairan pencuci piring, pelembut cucian, perawatan sepatu, pembersih karpet, dan bahan adhesif.

Formaldehida juga ada dalam kayu lapis terutama bila masih baru. Kadar formaldehida akan turun seiring berjalannya waktu. Formaldehida secara natural sudah ada dalam bahan makanan mentah dalam kisaran 1 mg per kg hingga 90 mg per kg. Deteksi formalin secara akurat baik secara kualitatif maupun kuantitatif hanya dapat dilakukan di laboratorium. Namun demikian untuk menghindarkan terjadinya keracunan, masyarakat harus dapat membedakan bahaya produk makanan yang mengandung formalin dan yang sehat.

Contoh ciri produk berformalin :

Bakso

- Tidak rusak selama 5 hari pada suhu kamar

- Tekstur sangat kenyal

Bahaya penggunaan formalin dalam produk makanan bagi kesehatan tidak dapat dirasakan secara lansung. Namun, penggunaan dalam kurun waktu lama sangat mengkhawatirkan. Selain tahu, mie basah, ikan segar dan produk lainnya, masih banyak produk yang menggunakan formalin sebagai pengawet.

Pengungkapan makanan berformalin harus ditindaklanjuti dengan penegakan hukum agar masyarakat betul-betul dapat menikmati makanan yang bebas dari bahan-bahan pengawet berbahaya.

Mie basah

- Mengkilat, tidak lengket dan sangat berminyak

- Awet sampai 2 hari pada suhu kamar tahan sampai 15 hari dalam lemari es.

- Aroma Menyengat (tidak berbau mie) dan tidak mudah basi.

Ikan Asin

- Tahan lama pada suhu kamar (25oC), lebih dari 1 bulan.

- Warna besih dan cerah (tidak kuning kecoklatan).

- Tekstur keras tidak berbau khas ikan asin dan tidak mudah hancur.

- Tidak dihinggapi lalat. Ikan basah/udang.

- Insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang.

- Warna putih bersih dengan tekstur kenyal.

- Awet sampai 3 hari pada suhu kamar, tidak mudah busuk dan bau.

Sifat Formalin

Pengawet ini memiliki unsur Aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein, karena ketika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu hingga terus meresap ke bagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal.

Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, itulah sebabnya tahu atau makanan berformalin lainnya menjadi lebih awet. Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air) sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja membunuh bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan dibawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lainnya.

Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak terdapat didalam tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih, bila formalin yang masuk ke tubuh itu memiliki dosis tinggi masalahnya, sebagai bahan yang digunakan hanya untuk mengawetkan makanan, dosis formalin yang digunakan pun akan rendah. Sehingga efek samping dari mengkonsusmsi makanan berformalin tidak akan dirasakan lansung oleh konsumen.

Manfaat Formalin

Formalin selain harganya murah, mudah didapat dan Pemakaiannya pun tidak sulit sehingga sangat diminati sebagai pengawet oleh produsen pangan yang tidak bertanggung jawab. Hasil survei dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan, sejumlah produk pengan menggunakan formalin sebagai pengawet. Anjuran penggunaan formalin yang bernar adalah :

- Sebagai Pembunuh kuman, sehingga banyak dipakai dalam pembersih lantai, pakaian, kapal, dan gudang

- Pembasmi lalat dan serangga lainnya

- Salah satu bahan dalam pembuatan sutera buatan, zat perwarna cermin kaca dan bahan peledak

- Pengeras lapisan gelatine dan kertas foto

- Bahan pembuatan pupuk Urea, parfum, pengeras kuku dan pengawet produk kosmetik

- Pencegah korosi pada sumur minyak

- Bahan untuk Insulasi busa

- Bahan Perekat kayu lapis

Dalam konsentrasi kurang dari 1% formalin digunakan sebagai pengawet dalam pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, shampo mobil, lilin, dan karpet.

Dampak Formalin Terhadap Kesehatan

Makanan yang mengandung formalin dalam kadar serendah apapun akan berdampak bahaya terhadap kesehatan. Formalin masuk ke dalam tubuh secara rutin dan terus menerus akan mengakibatkan penumpukan pada tubuh. Penumpukan ini antara lain mengakibatkan nikrosis, penciutan selaput lendir, terdapat kelainan pada hati, ginjal, jantung dan otak, serta mengakibatkan kegiatan sel berhenti.Sedangkan konsumsi formalin dalam dosis tinggi dapat mengakibatkan kejang-kejang, kencing darah dan muntah darah yang mengakibatkan kematian. Secara umum dampak penggunaan formalin pada manusia dapat menurunkan derajat kesehatan dan kemampuan daya tahan tubuh hidup manusia (Bakohumas, 2005 dalam Pramono, 2012).

REFERENSI

[sunting | sunting sumber]

Mudzkirah, I. (2016). Identifikasi Penggunaan Zat Pengawet Boraks dan Formalin pada Makanan Jajanan di Kantin UIN Alauddin Makassar Tahun 2016 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Dewi, S. R. (2019). Identifikasi Formalin Pada Makanan Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Naga. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 2(1), 45-51.

Faradila, F., Alioes, Y., & Syamsir, E. (2014). Identifikasi Formalin pada Bakso yang Dijual pada Beberapa Tempat di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2).

Syukri, M., & Mukhaiyar, R. (2021). Alat Pendeteksi Formalin Pada Makanan Menggunakan IoT. Ranah Research: Journal of Multidisciplinary Research and Development, 3(2), 56-64.

Singgih, H. (2017). Uji kandungan formalin pada ikan asin menggunakan sensor warna dengan bantuan FMR (Formalin Main Reagent). Jurnal Eltek, 11(1), 55-70.