Lompat ke isi

Pengguna:Mohammed Suryaputra/sandbox

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perang Makkasar[sunting | sunting sumber]

Perang makkasar terjadi pada tahun 1666-1669 yang terjadi di Gowa, Sulawesi Selatan. Konflik ini terjadi akibat perebutan kekuasaan di kawasan perairan Timur Nusantara yang menjadi pusat pelayaran perdagangan dan dianggap sangat strategis. Konflik antara Kerajaan Gowa-tallo yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dengan VOC, tercatat sebagai perang terbesar dan terberat yang pernah dihadapi VOC di Asia Tenggara pada abad ke-17.

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Makassar merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan strategis di wilayah Sulawesi. Hal itu membuat kongsi dagang VOC milik Belanda, ingin menguasai wilayah Sulawesi Selatan, terutama yang dikuasai Kerajaan Gowa-Tallo. Beberapa kali VOC datang ke Kerajaan Gowa-Tallo untuk berunding dan meminta diberikan hak monopoli. Namun, sejak era Sultan Malikussaid (1639-1653) hingga Sultan Hasanuddin (1653-1669), VOC tidak pernah diizinkan melakukan aktivitas dagang di wilayah Makassar. VOC kemudian melakukan rapat di Batavia pada 5 Oktober 1666 untuk membahas permasalahan tersebut. Rapat tersebut menghasilkan keputusan untuk segera mungkin menaklukkan Kerajaan Gowa-Tallo dan merebut Makassar, Hal inilah yang menjadi penyebab Perang Makassar.

Kronologi[sunting | sunting sumber]

Pada 24 Oktober 1666, angkatan laut VOC berangkat ke Makassar di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Spelman. VOC tiba di depan Benteng Somba Opu pada 15 Desember 1666, dengan kekuatan 21 kapal perang serta 600 pasukan. Begitu sampai, Spelman mengutus orangnya menemui Sultan Hasanuddin untuk menyerah dan membayar ganti rugi kepada VOC. Akan tetapi, tuntutan tersebut ditolak keras oleh Sultan Hasanuddin, karena VOC tidak memperlihatkan niat baiknya. Menanggapi penolakan dari Sultan Hasanuddin, Laksamana Spelman menyerang Makassar pada 21 Desember 1666. Namun, serangan tersebut berhasil dipatahkan oleh pasukan dari Kerajaan Gowa-Tallo hingga memaksa VOC dan aliansinya mundur. Pada 22 Oktober 1667, VOC dan aliansinya menyerang lagi setelah mendapat bantuan pasukan dari Batavia. Peperangan antara Kesultanan Makassar yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin melawan Belanda, berakhir pada 18 November 1667 melalui Perjanjian Bongaya.

isi dari Perjanjian Bongaya[sunting | sunting sumber]

  • VOC diperbolehkan memonopoli perdagangan di kawasan Indonesia Timur Semua
  • orang asing diusir dari Gowa-Tallo, kecuali VOC
  • Gowa-Tallo mengganti kerugian perang
  • Beberapa wilayah kekuasaan Gowa-Tallo diserahkan kepada VOC

Akhir Perang makassar[sunting | sunting sumber]

Pada awal 1668, Sultan Hassanudin membatalkan Perjanjian Bongaya yang sangat merugikan pihaknya. Hal itu kembali menyebabkan pecah perang antara pasukan Sultan Hassanudin melawan aliansi VOC pimpinan Arung Palakka. Arung Palakka menyerang Benteng Somba Opu pada 1669 dan berhasil merebutnya dari pasukan Sultan Hassanudin. Akibatnya, Sultan Hassanudin bersama pasukannya terpaksa melarikan diri hingga meninggal pada 1670.