Lompat ke isi

Pengguna:Muhammad Fahmi Lubis/Gedung Kuning

Koordinat: 1°18′07.9″N 103°51′36.0″E / 1.302194°N 103.860000°E / 1.302194; 103.860000
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gedung Kuning
Gedung Kuning di Taman Warisan Melayu, Singapura.
Muhammad Fahmi Lubis/Gedung Kuning di Singapura
Muhammad Fahmi Lubis/Gedung Kuning
Berlokasi di Singapore
Informasi umum
StatusRampung
JenisWastu
Gaya arsitekturPalladian
KlasifikasiA-2
LokasiKampung Glam
Alamat73 Sultan Gate, Singapore 198497
NegaraSingapura
Koordinat1°18′07.9″N 103°51′36.0″E / 1.302194°N 103.860000°E / 1.302194; 103.860000
Penyewa sekarangRestoran Tepak Sireh (2003-2012)
Mamanda (2012-2019)
Amazing Chambers Singapura (2019-sekarang)
Permata (2021-sekarang)
Dinamai berdasarkanGedung Kuning
Dibuka1864
Tanggal renovasi1999 - 2003
PemilikTaman Warisan Melayu
Tuan tanahSingapore Land Authority
Data teknis
Jumlah lantai2
Informasi lain
Jumlah rumah makan1
Restoran Tepak Sireh (2003-2012)
Mamanda (2012-2019)
Permata (2021-present)
Gedung Kuning sedang direnovasi pada Agustus 2001, dilihat dari Sultan Gate, Singapura .

Gedung Kuning (Jawi: ڬيدوڠ كونيڠ) merupakan kediaman bersejarah Melayu yang terletak di Singapura. Gedung Kuning berada di 73 Sultan Gate, tepat di luar Taman Warisan Melayu, dekat Masjid Sultan di distrik bersejarah, Kampong Glam. Sebelumnya, pada 1919 hingga 1925, alamat Gedung Kuning adalah 33 Sultan Gate.[1] Setelah disatukan dengan istana milik penguasa Melayu di Singapura yang berada di sebelahnya, yakni Istana Kampong Glam, Gedung Kuning beralihfungsi menjadi kediaman pribadi Haji Yusoff, seorang pedagang Melayu-Jawa terkemuka, beserta empat generasi keluarganya. Bersamaan dengan Istana Kampong Glam, gabungan bangunan tersebut diperbaharui sebagai bagian dari pengembangan Taman Warisan Melayu pada 2004.

Sekitar 1850-an: Meskipun Singapura tidak pernah memiliki Bendahara (Perdana Menteri), Rumah Bendahara (Gedung Perdana Menteri) didirikan untuk Tengku Mahmud, putra kedua dari Sultan Ali Iskandar Shah. Gedung ini dibangun sekitar 1840-an hingga 1850an, setelah Istana Kampong Glam dibangun ulang oleh Sultan Ali Iskandar Shah.[2] Pada 1864, Tengku Mahmud menamai gedung tersebut Gedung Kuning karena temboknya yang juga berwarna kuning.[3] Tembok tersebut kemungkinan diberi warna kuning sebagai simbol rumah kerajaan.[4]

1897: Akibat perselisihan penerus takhta, pada 23 Desember 1897, Mahkamah Banding Koloni Singapura memutuskan tidak seorang pun dapat mengeklaim Gedung Kuning sehingga gedung tersebut menjadi milik Kemahkotaan Imperium Britania.[5]

1907: Statutory Land Grant (hibah tanah oleh negara dengan syarat tunduk pada ketentuan yang disepakati) dikeluarkan ketika Tengku Mahmud menggadaikan Gedung Kuning kepada R.M.P.S. Annamalay Chitty pada 25 Januari 1907.[6]

30 Juli 1912: Haji Yusoff bin Haji Mohamed Noor membeli Gedung Kuning dari R.M.P.C. Mootiah Chitty.*

2 Mei 1919: Sepanjang periode 6 tahun, serangkaian keluarga Tionghoa secara bergantian memegang kepemilikan Gedung Kuning. Kepemilikan tersebut awalnya dipegang oleh Choo Saw San pada 1919 yang kemudian berpindah tangan kepada Majoor Oei Tiong Ham setelah beliau wafat pada 1924.[7]

28 Juli 1925: Haji Yusoff membeli kembali Gedung Kuning dari Oei Tjong Swan, putra dari Oei Tiong Ham. Menurut rumor yang beredar, keluarga-keluarga Tionghoa tersebut seringkali dilanda nasib buruk selama menetap di sana,[8] bahkan setelah mereka menjual gedung tersebut.[9]

1925–1999: Empat generasi keluarga Haji Yusoff menempati Gedung Kuning dari 1925 hingga 1999.[10]

12 Maret 1999: Pemerintah mengumumkan rencana untuk mengubah Istana Kampong Glam dan Gedung Kuning menjadi bagian dari Taman Warisan Melayu. Istana Kampong Glam akan diubah menjadi museum sedangkan Gedung Kuning menjadi kafe galeri.

11 September 1999: Gedung Kuning diakuisisi negara di bawah Akta Pengambilalihan Tanah[11] dan kini menjadi milik Pemerintah Singapura. Keturunan keluarga Haji Yusoff yang tengah menetap di Gedung Kuning harus meninggalkan bangunan tersebut.

1999–2003: Gedung Kuning direstorasi.

Restoran Tepak Sireh di Gedung Kuning, 73 Sultan Gate, Singapura.

27 Desember 2003: Restoran Tepak Sireh di Gedung Kuning secara resmi dibuka oleh Lektor Kepala Yaacob Ibrahim, Menteri Urusan Muslim Singapura.

2008: Taman Warisan Melayu menjadi tanggung jawab Badan Warisan Nasional.

Agustus 2011: Taman Warisan Melayu ditutup sementara karena adanya renovasi besar-besaran dan dijadwalkan untuk kembali buka pada Juni 2012

1 Januari 2012: Sewa Restoran Tepak Sireh berakhir. Badan Warisan Nasional mengevaluasi tender-tender untuk usaha baru di Gedung Kuning.

September 2012: Mamanda, yakni sSebuah restoran Melayu semi-mewah, dibuka di Gedung Kuning.[12]

Mamanda, Kampong Glam
Bagian dalam restoran Mamanda di Gedung Kuning, Singapura.
Bagian dalam restoran Mamanda di Gedung Kuning, Singapura.
Bagian dalam restoran Mamanda di Gedung Kuning, Singapura.

April 2019: Restoran Mamanda tutup pada April 2019 setelah sewanya dihentikan oleh Yayasan Warisan Melayu (Malay Heritage Foundation atau MHF).[13]

Oktober 2019: Amazing Chambers Singapura, yakni fasilitas permainan kamar gelap yang bertemakan sejarah dan legenda Singapura, dibuka.[14]

23 April 2021: Permata, yakni sebuah restoran Indonesia halal khusus hidangan Nusantara yang progresif, dibuka.

Fitur-Fitur Arsitektur Gedung Kuning

[sunting | sunting sumber]

Gedung Kuning dibangun pada 1850-an dengan elemen-elemen bangunan yang menyerupai sebuah ruko. Beberapa elemen kunci utama sebuah ruko, yang dianggap paling penting menurut Otoritas Pembangunan Kembali Perkotaan (Urban Redevelopment Authority atau URA)[15], antara lain atap, fondasi, tembok milik bersama, tiang dan balok pengisi yang terbuat dari kayu, lubang udara, halaman belakang, jendela, pintu, tangga, fasad, serta tembok dan gerbang di halaman depan. Struktur utama Gedung Kuning terdiri dari campuran rangka kayu pada atap dan dinding pemikul.

Gedung Kuning diperkirakan dibangun di atas fondasi tapak yang terbuat dari batu pabrikan. Fondasi tapak dari batu pabrikan umumnya terdiri dari sejumlah lapisan batu bata. Lapisan paling bawah biasanya memiliki lebar dua kali lebih besar dari tembok di atasnya. Total ketinggian pijakan fondasi kurang lebih dua pertiga dari lebar tembok. Fondasi batu biasanya terbuat dari bata merah berukuran 75 × 215 × 100 mm yang direkat dengan mortar kapur agar berongga dan tidak terlalu kaku sehingga fondasi lebih tahan terhadap penurunan yang tidak merata dibandingkan dengan menggunakan mortar semen. Sebagai hasilnya, Gedung Kuning tidak akan mengalami banyak keretakan selama bertahun-tahun. Namun, kolom-kolom di sepanjang Jalan Kandahar dibangun dari fondasi tapak yang terbuat dari beton bertulang.

Dinding Pemikul

[sunting | sunting sumber]

Gedung Kuning utamanya dibangun di atas sebuah dinding pemikul. Dinding tersebut memikul beban bangunan dan mengalihkannya ke struktur fondasi. Fungsi ini serupa dengan tembok milik bersama pada sebuah ruko.[16] Dinding-dinding pemikul membatasi tiap ruangan di Gedung Kuning sebagaimana tembok milik bersama membatasi tiap ruko. Seperti tembok milik bersama yang juga dikenal sebagai tembok tahan api, dinding-dinding pemikul Gedung Kuning memiliki fungsi yang serupa dengan menciptakan sebuah perintang dan mencegah penyebaran api di antara atau melalui tiap ruang. Tembok milik bersama biasanya ditinggikan hingga melebihi atap guna memastikan keefektifannya, tetapi tidak demikian pada Gedung Kuning mengingat tidak adanya bangunan yang berdiri di sekitarnya. Meskipun demikian, gagasan ini dapat dilihat pada jalur pejalan kaki (walkway) Gedung Kuning di Jalan Kandahar karena tembok pembatas tersebut diperpanjang hingga ke jalur tersebut. Tembok ini kemungkinan didirikan untuk mencegah penyebaran api di antara Gedung Kuning dan Klub Kota Raja. Dinding-dinding Gedung Kuning dibangun menggunakan metode konstruksi bata kemudian diplester untuk finishing yang mulus dan diberi cat.[17][18] Dinding tersebut memiliki ketebalan yang merata di sepanjang dua tingkat. Dinding pemikul Gedung Kuning disokong di atas fondasi. Terdapat beberapa tembok non-struktural yang digunakan untuk memisahkan ruangan. Biasanya, dinding pemikul disokong di atas fondasi strip kontinu sementara sebuah kolom diletakkan pada pijakan bata yang disokong di atas pancang-pancang kayu bakau. Mortar kapur[19] biasanya digunakan pada konstruksi bata pada bangunan-bangunan lama. Mortar kapur juga digunakan karena kemampuan penguapan kelembapannya, yang memperlambat merembetnya pengelupasan finishing permukaan seperti plester dan cat akibat akumulasi kelembapan di dalam unsur strukturalnya, dibanding dengan mortar semen yang digunakan pada konstruksi bangunan-bangunan baru.

Kolom dan Pelengkung

[sunting | sunting sumber]

Gedung Kuning memiliki eberapa kolom, terutama di bagian samping bangunan yang menghadap Jalan Kandahar. Pada ruko, kolom biasanya ditemukan di bagian depan bangunan sehingga membentuk kaki lima.[20] Lain halnya dengan Gedung Kuning, kolom-kolomnya terletak di sepanjang Jalan Kandahar sehingga membentuk barisan tiang kaki lima serta menyokong beranda di lantai atas. Kolom pada ruko lama terbuat dari batu bata sementara kolom pada Gedung Kuning terbuat dari semen. Kolom juga terdapat di fasad lantai dua bagian beranda serta dibuat menonjol dengan pilaster Korintian. Ditambah lagi, terdapat dua kolom Ionik pada bagian sisi gedung yang menghadap Sultan Gate. Kolom-kolom tersebut tidak memikul beban karena tidak sejajar dengan kisi-kisi dinding pemikul. Penggunaan ordo klasik kolom ini selaras dengan pilihan Romawi, tetapi tidak memasukkan ordo Doria. Gedung Kuning memiliki pelengkung-pelengkung di antara dua kolom di Jalan Kandahar. Namun, pelengkung bukanlah fitur arsitektur yang umum di ruko-ruko sekitar. Pelengkung berkontribusi pada wajah jalan dengan menonjolkan progresi ritme pada kaki lima. Pelengkung juga ada di emper mobil bangunan.

Kaki Lima

[sunting | sunting sumber]

Kaki lima merupakan barisan kolom memanjang yang menutupi jalur pejalan kaki di bagian depan atau sisi blok ruko dan merupakan bagian terpadu dari struktur ruko.[21] Kaki lima memiliki panjang 11,17 m pada bagian sisi Gedung Kuning yang menghadap Jalan Kandahar sebatas di bawah beranda saja. The areas after those are exposed to the elements. Jalur pejalan kaki hanya ada di bagian depan gedung. Panjangnya berakhir pada tembok milik bersama yang menghalangi jalur tersebut. Tembok dan kolomnya diberi plester dan dicat. Saat ini, kaki lima Gedung Kuning telah dipasangi ubin-ubin modern. Namun, diperkirakan kaki lima tersebut sebelumnya dipasangi ubin-ubin terakota, screed semen yang diberi finishing, lempeng granit, atau kombinasi berbagai material.

Tiang dan Balok Pengisi

[sunting | sunting sumber]

Tiang dan balok pengisi merupakan anggota struktural horizontal yang mendistribusikan beban hidup dan beban mati bangunan dari lantai-lantai di atasnya hingga dinding-dinding pemikul.[22] Tiang dan balok pengisi pada Gedung Kuning terbuat dari kayu karena pada saat itu material tersebut siap digunakan. Kayu tersebut seringnya berjenis cengal, yaitu kayu keras yang tahan terhadap beban mati dari lantai-lantai atas. Kayu cengal merupakan material yang ekonomis karena dapat diambil dari sumber lokal dan memiliki kekuatan tarik yang cukup untuk memikul beban lateral. Tiang-tiang kayu utama, yang merupakan bagian struktural horizontal kunci, sejajar dengan Jalan Kandahar dan Jalan Sultan Gate dan merentang di antara dinding-dinding. Namun, terdapat beberapa tiang dan balok pengisi yang mengarah secara tegak lurus. Tiang-tiang tersebut biasanya terletak di ruang-ruang luar seperti kaki lima. Hal ini menyiratkan bahwa arah tiang kemungkinan membedakan ruang-ruang mana yang terletak di luar dan untuk umum dengan yang lebih tertutup. Tiang dan balok pengisi terletak di dudukan-dudukan yang tembok-temboknya memiliki ketebalan lebih kecil dan yang berfungsi sebagai dinding pemikul. Besi I beam telah diperkenalkan ke dalam struktur-struktur bangunan untuk menggantikan tiang kayu yang sudah busuk. Namun, pada Gedung Kuning, besi tersebut digunakan untuk menyangga tiang-tiang yang sudah ada. Balok-balok terbuka harus ditutup dengan semen sebagai upaya keselamatan bahaya kebakaran serta untuk estetika bangunan. Tiang-tiang beton bertulang digunakan untuk menyokong lantai di atas kaki lima.

Lantai pertama Gedung Kuning kemungkinan terbuat dari semen dan diberi finishing dari berbagai material, mulai dari granit, ubin dekoratif, hingga ubin terakota. Seperti bangunan ruko,[23] material-material yang lebih kedap seperti granit kerap digunakan pada luar ruangan sementara ubin terakota digunakan pada kaki lima. Ubin dekoratif yang berbentuk segi delapan memiliki motif geometris bunga berkelopak delapan. Ubin-ubin tersebut mirip dengan ubin asal Eropa yang ada di sebuah iklan pada katalog tahun 1912.[24]

Selain kamar mandi dan area servis basah, lantai atas gedung terbuat dari papan kayu yang disokong dengan balok pengisi kayu. Papan kayu yang digunakan merupakan anggota struktur horizontal yang dipasang mendatar di atas balok lantai dan digabung dengan metode penyambungan kayu lidah dan alur (T&G). Balok lantai kayu dan papan lantai tersebut sebelumnya bersifat terbuka dan menjadi langit-langit ruangan di bawahnya. Kini, papan lantai tersebut ditutup dengan semen sebagai upaya keselamatan bahaya kebakaran. Balok-balok lantai dibuat miring (beveled) dan dipasangi molding.

Atap Gedung Kuning bermodel limas yang menurun dan dilapisi dengan ubin tembikar terakota tanpa glasir yang saling bertumpuk dan berpaut. Ubin-ubin tersebut dipasang dengan susunan melengkung bergandengan (ridge and furrow) pada satu atau lebih lapisan sesuai kebutuhan di atas reng kayu. Mortar digunakan untuk menyambungkan antarubin dan seluruh finishing atap disokong oleh balok-balok kayu. Purlin atap dipasang di sepanjang dinding pemikul sehingga memindahkan beban atap ke dinding tersebut. Rafter atau kasau merupakan anggota struktural miring yang menyokong atap-atap miring dengan sokongan purlin dan balok-balok atap. Ujung-ujung atap (eave) Gedung Kuning lebar dan menggantung. Soffit (permukaan di bawah) ujung atap tersebut dilapisi panel kayu. Panel-panel tersebut terbuat dari kayu yang siap digunakan (material ekonomis) yang dapat diambil dari sumber lokal dan memiliki kekuatan tarik yang cukup untuk memikul beban lateral.

Pemasangan lapisan antibocor biasanya menggunakan aspal bitumen, flashing plat galvanis, coping, dan satu lapis pengatapan metal bergelombang di bawah ubin. Namun, terpal dan membran antibocor lain kerap dapat ditemukan menyelimuti ubin atap lalu diganjal dengan batu-bata atau balok kayu untuk menahannya sebagai metode yang praktis. Selokan dan pipa besi galvanis melengkapi sistem pengaliran air pada atap-atap tradisional Air dari atap pada akhirnya dialirkan ke saluran permukaan terbuka.

Konsol merupakan tiang atau proyeksi kantilever pendek yang berfungsi untuk memfasilitasi sambungan tiang dengan kolom bangunan.[25] Konsol biasanya terbuat dari kayu, granit, atau semen serta dihiasi ukiran atau molding yang terkadang merupakan bagian dari keseluruhan ornamentasi kolom dan tiang. Pada Gedung Kuning, konsol yang digunakan berukuran kecil dan terbuat dari semen atau plester. Meskipun demikian, ekspresi orisinal gedung tersebut akan sangat melenceng apabila konsol ditiadakan. Ditambah lagi, hilangnya konsol akan membuat simpangan antara tiang dan kolom terlihat belum lengkap.

Tangga-tangga yang ada di Gedung Kuning terbuat dari kayu dan merupakan elemen internal bangunan. Tangga-tangga tersebut dimodifikasi menjadi tangga sekarang dengan ketinggian anak tangga (riser) sepanjang 175 mm dan tapak pemijak (tread) sepanjang 220 mm. Susur tangga yang dipasang terbuat dari kayu. Susunan tangga tersebut lurus dengan bordes yang ditinggikan. Beberapa anak tangga pertama dulunya terbuat dari fondasi batu bata, tetapi kini sudah diubah menjadi beton bertulang. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak tangga terkena lantai basah.

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Pranala Luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Land Office Notice 681, Section 8, Land Acquisition Act". gedungkuning.com. Singapore Land Authority. 13 March 1999. Diakses tanggal 2 December 2013. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Koh, Tommy (2006). Singapore : the encyclopedia. National Heritage Board. ISBN 978-9814155632. 
  3. ^ Ahmad, Mohd Don (17 June 1980). "Asal usul Gedung Kuning di Kampong Glam". Berita Harian. 
  4. ^ Oei, Jeff (24 October 2007). "Isn't Yellow Colour Royal?". Diakses tanggal 30 November 2013. 
  5. ^ "Sultan Hussain Ordinance (Chapter 382) (Original Enactment: Ordinance 13 of 1904)". Attorney-General’s Chambers Singapore. Attorney-General’s Chambers Singapore. 30 December 2000. Diakses tanggal 5 April 2014. 
  6. ^ "Statutory Land Grant No. 16944. Survey No. 12561. District Singapore Town T.S. XIV Lot 53. No. 73, Sultan Gate". gedungkuning.com. Diakses tanggal 5 April 2014. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ "Statutory Land Grant No. 16944. Survey No. 12561. District Singapore Town T.S. XIV Lot 53. No. 73, Sultan Gate". gedungkuning.com. Diakses tanggal 5 April 2014. [pranala nonaktif permanen]
  8. ^ "Engineers' Negligence". The Singapore Free Press and Mercantile Advertiser: 12. 21 July 1922. 
  9. ^ Yoshihara, Kunlo (1989). "Interview: Oei Tjong Tjay". Japanese Journal of Southeast Asian Studies. 27. hdl:2433/56367. 
  10. ^ "singapore historic buildings 101: GEDUNG KUNING" (PDF). 
  11. ^ "Land Office Notice 681, Section 8, Land Acquisition Act". gedungkuning.com. Singapore Land Authority. 13 March 1999. Diakses tanggal 2 December 2013. [pranala nonaktif permanen]
  12. ^ "Home". mamanda.com.sg. 
  13. ^ "Mamanda restaurant to close by April 2019 following lease termination". CNA (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-23. 
  14. ^ "The Experience » Amazing Chambers #1 Escape Room in Singapore". Amazing Chambers #1 Escape Room in Singapore (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-23. 
  15. ^ Historic District: Kampong Glam. Urban Redevelopment Authority. January 1995. hlm. 38. 
  16. ^ Historic District: Kampong Glam. Urban Redevelopment Authority. January 1995. hlm. 41–43. 
  17. ^ Amin, Hidayah (2010). Gedung Kuning: Memories of a Malay Childhood. Singapore: Helang Books. hlm. 184. 
  18. ^ Historic District in the Central Area: A Manual for Kampong Glam Conservation Area. Urban Redevelopment Authority. July 1988. hlm. 52. 
  19. ^ Historic District:Kampong Glam. Urban Redevelopment Authority. January 1995. hlm. 67. 
  20. ^ Historic District: Kampong Glam. Urban Redevelopment Authority. January 1995. hlm. 59–62. 
  21. ^ Historic District: Kampong Glam. Urban Redevelopment Authority. January 1995. hlm. 63. 
  22. ^ Historic DistrictL Kampong Glam. Urban Redevelopment Authority. January 1995. hlm. 43. 
  23. ^ Historic District: Kampong Glam. Urban Redevelopment Authority. January 1995. hlm. 43. 
  24. ^ Historic District: Kampong Glam. Urban Redevelopment Authority. January 1995. hlm. 39–40. 
  25. ^ Historic District: Kampong Glam. Urban Redevelopment Authority. January 1995. hlm. 62. 

[[Kategori:Koordinat di Wikidata]]