Percobaan pikiran Bumi Kembar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Percobaan pikiran Bumi Kembar adalah percobaan pikiran yang dicetuskan oleh filsuf Hilary Putnam dalam tulisannya yang berjudul "Meaning and Reference" pada tahun 1973 dan "The Meaning of 'Meaning'" pada tahun 1975 untuk menunjukkan eksternalisme semantik, atau pandangan bahwa suatu istilah ditentukan oleh faktor yang ada di luar penuturnya. Dalam percobaan pikiran ini, Putnam mengajak pembacanya untuk membayangkan planet yang persis seperti Bumi, termasuk para penduduknya. Satu-satunya perbedaan adalah di Bumi Kembar tidak ada air, tetapi sebagai gantinya terdapat cairan yang seolah mirip, tetapi secara kimiawi berbeda, karena tidak terdiri dari H2O, tetapi dari unsur kimia rumit yang disebut Putnam 'XYZ'. Penduduk Bumi Kembar yang berbahasa Indonesia menyebut XYZ 'air'. Penduduk Bumi dan Bumi Kembar tidak tahu bahwa cairan yang mereka sebut 'air' adalah H2O dan XYZ. Pengalaman penduduk Bumi dengan air dan penduduk Bumi Kembar dengan XYZ sama persis. Putnam kemudian bertanya: ketika seorang penduduk Bumi dan kembarannya di Bumi Kembar mengatakan 'air', apakah yang dimaksudkan sama? Otak kedua penduduk tersebut sama persis. Namun, menurut Putnam, ketika seorang penduduk Bumi berkata 'air', kata tersebut merujuk kepada H2O, sementara ketika penduduk Bumi kembar berkata 'air' istilah tersebut bermakna XYZ. Maka, isi dari otak seseorang tidak cukup untuk menentukan acuan dari istilah yang mereka gunakan, dan sejarah sebab-akibat yang membuat seseorang memperoleh istilah tersebut harus dipertimbangkan. (misalnya, penduduk Bumi belajar kata 'air' di dunia yang penuh dengan H2O, sementara penduduk Bumi Kembar memahami kata air di tengah XYZ yang melimpah.)[1] Menurut Putnam, inti gagasannya secara ringkas adalah "makna tidak ada di dalam otak."[1]

Kritik[sunting | sunting sumber]

Percobaan ini mengundang kritik. Misalnya, John Searle menyatakan bahwa begitu kita tahu bahwa air terdiri dari H2O, kita tidak punya pilihan selain meredefinisikannya sebagai H2O atau membiarkan istilah tersebut merujuk kepada hal apapun yang punya properti dasar air (seperti basah, transparan, dll). Menurut Searle, dalam contoh Bumi Kembar, skenario kedua lebih mungkin terjadi, karena bila Bumi Kembar tidak punya air, maka produk berbasis airnya juga berbeda. Misalnya, es krim kembar berbeda, tetapi kita masih akan menyebutnya sebagai es krim.[2]

Daniel Dennett dalam bukunya Consciousness Explained menyerang gagasan ini dengan mengutarakan argumen "Two-Bitser". Sebuah mesin dipasang di penjual minuman otomatis untuk mengenali seperempat dollar Amerika Serikat. Namun, seperempat dollar tersebut tidak dapat dibedakan dari seperempat balboa Panama yang dibuat dari tahun 1966 hingga 1984. Ketika seperempat dollar Amerika dimasukan, mesin tersebut ada dalam keadaan yang disebut Q, yang "berarti" "saya menerima seperempat dollar Amerika." Kadang-kadang mesin melakukan kesalahan, seperti mencapai keadaan Q ketika benda asing dimasukan (contohnya balboa). Ketika mesin pelacak tersebut diangkut ke Panama untuk dipasang di mesin penjual otomatis di sana, mesin tersebut masih akan mengalami keadaan fisik tertentu - keadaan yang sebelumnya disebut Q - namun kali ini seperempat dollar Amerika-lah yang dianggap sebagai benda asing. Dennett kemudian bertanya, "begitu mesin kita ada di Panama, haruskah kita mengatakan bahwa keadaan yang biasa kita sebut Q masih terjadi? Keadaan fisik ketika mesin "menerima" koin masih terjadi, tetapi haruskah kita sekarang mengatakan bahwa kita harus menganggap mesin itu "menyadari" keadaan baru, yaitu QB? (...) Keadaan internal mesin tidak sungguh berarti "seperempat dollar AS di sini" atau "seperempat balboa Panama di sini." Keadaan itu tidak berarti apa-apa."[3]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Putnam, H. (1975/1985) "The meaning of 'meaning'" Diarsipkan 2013-06-18 di Wayback Machine.. In Philosophical Papers, Vol. 2: Mind, Language and Reality. Cambridge University Press. Hal. 227
  2. ^ Searle, J. (1983). "Intentionality: An Essay in the Philosophy of Mind". Cambridge University Press.
  3. ^ Dennett, D. (1992) Consciousness Explained. Back Bay Books.

Bacaan lanjut[sunting | sunting sumber]

  • Putnam, H. (1975/1985) "The meaning of 'meaning'" Diarsipkan 2013-06-18 di Wayback Machine.. In Philosophical Papers, Vol. 2: Mind, Language and Reality. Cambridge University Press.
  • Putnam, H. (1973). "Meaning and Reference," Journal of Philosophy 70, 699-711.
  • Boghossian, Paul (1998). "What the externalist can know a priori". Philosophical Issues 9: pp. 197–211.
  • Dagfinn Føllesdal. (2001) Bolzano, Frege, and Husserl on Reference and Object. In Future Pasts: The Analytic Tradition in Twentieth Century Philosophy. ed. Floyd, J., Shieh, Sanford. pp. 67–81(15).[1]
  • Hutchinson, Phil (2008) Shame and Philosophy. Basingstoke: Palgrave MacMillan. Chapter One, Section 2.1-2.3
  • Pessin, Andrew and Sanford Goldberg, eds. (1996) The Twin Earth Chronicles: Twenty Years of Reflection on Hilary Putnam's "The Meaning of Meaning". M. E. Sharpe,

Pranala luar[sunting | sunting sumber]