Peristiwa Sosis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Relief di atas Grossmünster di Zurich, bertuliskan: "Di Rumah Tuhan ini, Reformasi Huldrych Zwingli dimulai."

Peristiwa Sosis (1522) adalah peristiwa yang memicu Reformasi di Zürich. Huldrych Zwingli, pendeta Grossmünster di Zürich, Swiss, memelopori peristiwa tersebut dengan berbicara di depan umum mendukung tindakan memakan sosis selama puasa Prapaskah. Zwingli membela tindakan ini dalam sebuah khotbah yang berjudul Von Erkiesen und Freiheit der Speisen (Mengenai Pilihan dan Kebebasan Makanan), di mana ia berargumentasi, dengan dasar doktrin sola scriptura dari Martin Luther, bahwa "orang Kristen bebas untuk berpuasa atau tidak berpuasa karena Alkitab tidak melarang tindakan memakan daging selama masa Prapaskah."[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sosis asap

Ulrich Zwingli adalah seorang pendeta di Zürich dan berkhotbah dengan cara yang membuatnya dihubungkan dengan Desiderius Erasmus dan Martin Luther.[1] Perselisihan pertamanya dengan pihak berwenang agama di Swiss terjadi selama puasa Prapaskah tahun 1522, ketika ia hadir dalam jamuan makan sosis di rumah Christoph Froschauer, seorang pencetak di kota itu yang kemudian menerbitkan terjemahan Alkitab oleh Zwingli.[2][3]

Menurut William Roscoe Estep, Zwingli sudah memegang keyakinan yang berorientasi pada reformasi selama beberapa waktu sebelum peristiwa tersebut.[4] Pada bulan Maret 1522, ia diundang untuk ikut serta dalam jamuan makan malam sosis yang disajikan Froschauer kepada para pekerjanya dan kepada berbagai pejabat serta pendeta. Froschauer kemudian mengklaim bahwa para pekerjanya telah kelelahan setelah menerbitkan edisi baru Surat-surat Paulus. Leo Jud, Klaus Hottinger dan Lorenz Hochrütiner hadir dalam jamuan makan malam tersebut dan kemudian menjadi terkenal karena peran mereka dalam Reformasi Swiss. Hidangan tersebut terdiri dari Fasnachtskiechli Swiss dan beberapa irisan sosis keras yang diasap, yang telah disimpan selama lebih dari satu tahun.[3] Karena memakan daging selama masa Prapaskah adalah dilarang, peristiwa tersebut menimbulkan protes dari masyarakat dan menyebabkan Froschauer ditangkap.[5]

Meskipun ia sendiri tidak memakan sosis, Zwingli dengan segera membela Froschauer dari tuduhan bidat. Dalam sebuah khotbah berjudul Von Erkiesen und Freiheit der Speisen (Mengenai Pilihan dan Kebebasan Makanan), Zwingli berargumentasi bahwa bahwa puasa harus sepenuhnya bersifat sukarela, bukan kewajiban.[3] Menurut Michael Reeves, Zwingli sedang memajukan posisi Reformasi bahwa Prapaskah merupakan hal yang bergantung pada keputusan individu, dan bukan sebagai disiplin yang ditegakkan oleh Gereja Katolik pada saat itu.[6] Peristiwa sosis Zürich ditafsirkan sebagai demonstrasi kebebasan Kristen dan dianggap sama pentingnya bagi Swiss seperti 95 Tesis Martin Luther untuk Reformasi Jerman.[7][8]

Dampak[sunting | sunting sumber]

Setelah mendengar situasi tersebut, Hugo von Hohenlandenberg, Uskup Konstanz, sangat tersinggung dengan khotbah Zwingli sehingga ia menyerukan sebuah mandat yang melarang khotbah doktrin Reformasi apa pun di Swiss.[4] Namun, dampaknya sudah terjadi, dan Zwingli kemudian menjadi tokoh yang sangat populer dan dihormati dalam Protestanisme Swiss, setelah terjangkit dan pulih dari Wabah Hitam dan menyusun 67 tesis (mirip dengan 95 Tesis karya Martin Luther) yang mengecam beberapa kepercayaan Gereja Roma yang telah lama berdiri.[5]

Dalam budaya[sunting | sunting sumber]

Peristiwa ini menjadi subjek dari kantata tahun 2015 Geist und Wurst karya Edward Rushton.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Lindberg, Carter (July 2009). The European Reformations. John Wiley and Sons. hlm. 161. ISBN 978-1-4051-8068-9. Diakses tanggal 15 January 2012. 
  2. ^ Fluri, Adolf (24 January 2012). "Froschauer, Christoph (d. 1564)". The Global Anabaptist Mennonite Encyclopedia Online. GAMEO. Diakses tanggal January 24, 2012. 
  3. ^ a b c Gottfried W. Locher: Die Zwinglische Reformation im Rahmen der europäischen Kirchengeschichte. Göttingen, Zürich: Vandenhoeck und Ruprecht 1979, hlm. 95–98, insbesondere Fn. 55
  4. ^ a b Estep, William Roscoe (1986). Renaissance and Reformation. Wm. B. Eerdmans Publishing. hlm. 170. ISBN 978-0-8028-0050-3. Diakses tanggal 16 January 2012. 
  5. ^ a b Tucker, Ruth A. (16 August 2011). Parade of Faith: A Biographical History of the Christian Church. Zondervan. hlm. 244. ISBN 978-0-310-20638-5. Diakses tanggal 16 January 2012. 
  6. ^ Reeves, Michael; Dever, Mark (1 April 2010). The Unquenchable Flame: Discovering the Heart of the Reformation. B&H Publishing Group. hlm. 86. ISBN 978-1-4336-6931-6. Diakses tanggal 16 January 2012. 
  7. ^ Dorothea Meyer-Liedholz, Nicole Lang, Rahel Voirol-Sturzenegger, Christian Metzenthin, Monika Widmer Hodel: Wir glauben in Vielfalt; Theologischer Verlag Zürich (Swiss schoolbook), Wurstessen für die Freiheit (eating sausage for freedom) hlm. 201, 2011
  8. ^ Martin Honecker: Wege evangelischer Ethik: Positionen und Kontexte; Saint-Paul, 2002, hlm. 185

Pranala luar[sunting | sunting sumber]