Lompat ke isi

Peter Kreeft

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Peter Kreeft
Potret Peter Kreeft
Lahir16 Maret 1937 (umur 87)[1][2]
EraFilsafat abad ke-20
KawasanFilsafat Barat
AliranFilsafat Kristen
Minat utama
Apologetika Kristen

Peter John Kreeft (/krft/;[3] lahir 16 Maret 1937) adalah profesor filsafat di Boston College dan The King's College. Ia adalah penulis banyak buku dan juga seorang penulis populer seputar topik filsafat, teologi, dan apologetika Kristen. Kreeft turut merumuskan "Dua Puluh Argumen untuk Keberadaan Allah" bersama dengan Ronald K. Tacelli, SJ.[4]

Karier akademik

[sunting | sunting sumber]

Peter Kreeft mendapat gelar B.A. di Calvin College (1959) dan M.A. di Fordham University (1961). Di universitas yang sama itu ia menyelesaikan studi doktoralnya pada tahun 1965. Ia sempat menempuh studi pasca sarjana di Yale University.

Kreeft menerima sejumlah penghargaan atas pencapaian-pencapaiannya dalam penalaran filosofis. Penghargaan tersebut antara lain: Woodrow Wilson, Yale-Sterling Fellowship, Newman Alumni Scholarship, Danforth Asian Religions Fellowship, dan Weathersfield Homeland Foundation Fellowship.

Kreeft menjadi pengajar filsafat di Departemen Filsafat Boston College pada tahun 1965. Ia terlibat dalam perdebatan dengan sejumlah akademisi dalam isu-isu terkait keberadaan Allah. Tak lama setelah ia mulai mengajar di Boston College, ia ditantang untuk berdebat mengenai keberadaan Allah oleh Paul Breines, seorang ateis dan profesor sejarah. Sesi perdebatan tersebut dihadiri oleh sebagian besar mahasiswa/i program sarjana. Kreeft kemudian menggunakan banyak argumennya dalam perdebatan tersebut untuk menyusun Handbook of Christian Apologetics dengan Ronald K. Tacelli, SJ, seorang mahasiswa program sarjana pada waktu itu.

Pada tahun 1971, Kreeft memublikasikan sebuah artikel berjudul "Zen In Heidegger's 'Gelassenheit'" dalam International Philosophical Quarterly, jurnal filsafat yang diterbitkan oleh Fordham University. Pada tahun 1994, ia menjadi salah seorang pendukung dokumen ekumenis Evangelicals and Catholics Together [en].[5] Bersama dengan Ronald Tacelli, SJ, Kreeft juga merumuskan "Twenty Arguments for the Existence of God" (Dua Puluh Argumen untuk Keberadaan Allah), yang ia sebut sebagai "kasus kumulatif" dan ia nyatakan bahwa apabila "kesemua dua puluh [argumen itu] dipakai bersama-sama, seperti tali berlapis, [akan] menjadi suatu kasus yang sangat kuat".[6]

Kreeft membuat beberapa video singkat untuk suatu situs pendidikan yang dikenal sebagai Prager University. Videonya berfokus pada agama dan filsafat.[7]

Konversi ke iman Katolik

[sunting | sunting sumber]

Dalam masa mudanya, ketika ia masih seorang penganut Calvinis, Kreeft memandang Gereja Katolik "dengan sangat curiga".[8] Titik balik utamanya adalah saat ia diminta oleh seorang profesor Calvinis untuk menyelidiki klaim-klaim yang menyebutkan bahwa Gereja Katolik berasal dari Gereja perdana. Menurut pengakuannya sendiri, ia kemudian "menemukan dalam Gereja perdana elemen-elemen Katolik seperti sentralitas Ekaristi, Kehadiran Nyata, doa kepada orang-orang kudus, devosi kepada Maria, desakan atas kesatuan yang terlihat (nyata), dan suksesi apostolik."[8] Ia juga menyatakan bahwa para Bapa Gereja seperti Agustinus dan Hieronimus jelas-jelas Katolik, bukan Protestan.

Faktor "sentral dan menentukan" dalam konversinya adalah "klaim Gereja [Katolik] sebagai satu-satunya Gereja yang secara historis didirikan oleh Kristus".[8] Mengenai hal tersebut, ia dilaporkan menggunakan trilema C. S. Lewis (entah Yesus adalah Orang Gila, Pendusta, atau Tuhan): "Saya pikir, sama seperti Yesus mengajukan suatu klaim tentang identitas-Nya yang memaksa kita untuk masuk ke dalam salah satu dari dua kubu saja, para musuh-Nya atau para penyembah-Nya, mereka yang menyebut-Nya pendusta dan mereka yang menyebut-Nya Tuhan; maka klaim Gereja Katolik sebagai satu-satunya Gereja yang benar, Gereja yang Kristus dirikan, memaksa kita untuk mengatakan entah ini adalah klaim yang paling arogan, menghujat, dan jahat yang dapat dibayangkan, apabila itu tidak benar, atau malah sebaliknya, [Gereja Katolik] adalah memang sebagaimana adanya sesuai klaimnya."[9]

Tentang isu Alkitab, ia merujuk pada pengajaran Gereja sebagai dasar penulisan Alkitab dan persetujuan yang dibutuhkan dari Gereja untuk memastikan semua isi Alkitab. Atas hal ini tersebut menggunakan aksioma: "suatu penyebab tidak akan pernah dapat kurang dari akibatnya. Anda tidak dapat memberikan apa yang tidak Anda miliki. Apabila Gereja tidak memiliki ilham ilahi dan tidak ada infalibilitas, tidak ada otoritas ilahi, maka Perjanjian Baru juga tidak dapat."[8]

Konversinya terjadi saat ia memohon pertolongan Allah, berdoa agar "Allah akan memutuskan bagi saya, karena saya baik dalam berpikir tetapi buruk dalam bertindak, seperti Hamlet."[8] Pada saat itu ia mengatakan bahwa ia "sepertinya merasakan" panggilan orang-orang kudus dan para tokoh favoritnya, yang atasnya ia memutuskan untuk menerimanya.

Menurut catatan pribadi Kreeft, konversinya ke iman Katolik dipengaruhi oleh hal-hal seperti:[8]

  • pemikiran bahwa jumlah penganut Calvinis relatif sedikit sehubungan dengan kesediaan Allah untuk menyelamatkan banyak orang - karena apabila Alkitab mengatakan bahwa Allah ingin menyelamatkan banyak orang, maka tampaknya Allah tentu berniat melakukan demikian
  • suatu cara sederhana sehubungan dengan bagaimana memahami tuntutan-tuntutan Allah dalam hal bertanya kepada Allah apa yang Dia ingin untuk seseorang lakukan, dan kemudian melakukannya
  • logika terkait memohon orang-orang kudus untuk mendoakan seseorang sama seperti orang meminta teman-temannya untuk mendoakan dia
  • seni rupa dan filsafat abad pertengahan (arsitektur Gotik, filsafat Thomistik dari St. Thomas Aquinas)
  • membaca St. Yohanes dari Salib yang tulisan-tulisannya ia pandang benar-benar "sesuatu yang masif dan positif seperti suatu jajaran gunung"
  • suatu kunjungan ke St. Patrick's Cathedral di Kota New York, saat usianya dua belas tahun, membuatnya "merasa seperti berada di surga ... dan bertanya-tanya mengapa, apabila para penganut Katolik mendapat segala sesuatu lainnya salah, sebagaimana saya pernah diajarkan, mereka mendapat keindahan yang sedemikian benar. Bagaimana bisa kepalsuan dan kejahatan sedemikian indah?"[10]

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]
  • Charisms: Visions, Tongues, Healing, etc. (2013) — katalis-katalis untuk doa interaktif "dua arah", dengan Dave Nevins
  • Jacob's Ladder (2013) — Sepuluh Langkah menuju Kebenaran
  • Summa Philosophica (2012) — 110 Pertanyaan Kunci dalam Filsafat
  • Socrates Meets Hume (2010) — Bapa Filsafat Menemui Bapa Skeptisisme Modern
  • Between Allah & Jesus: what Christians Can Learn from Muslims (2010)
  • Socrates Meets Kant (2009) — Bapa Filsafat Menemui Anak Modernnya Yang Paling Berpengaruh
  • "Jesus-Shock" (2008)
  • Because God Is Real: Sixteen Questions, One Answer (2008)
  • The Philosophy of Jesus (2007) — Tentang kebijaksanaan Yesus
  • Socrates Meets Descartes (2007) - Bapa Filsafat Menganalisis Diskursus tentang Metode dari Bapa Filsafat Modern
  • The Sea Within (2006)
  • The Philosophy of Tolkien: The Worldview Behind "The Lord of the Rings" (2005)
  • Socrates Meets Sartre: Father Of Philosophy Meets The Founder of Existentialism (2005) — Socrates dan Jean-Paul Sartre
  • You Can Understand the Bible (2005) - perpaduan dari buku-bukunya terdahulu You Can Understand the Old Testament: A Book-by-Book Guide for Catholics (1990) dan Reading and Praying the New Testament: A Book-by-Book Guide for Catholics (1992)
  • Socratic Logic (2005) — Buku teks tentang logika klasik
  • The God Who Loves You (2004)
  • Socrates Meets Marx (2003) — Dialog Sokratik antara Socrates dan Karl Marx
  • Socrates Meets Machiavelli (2003) — Dialog Sokratik antara Socrates dan Machiavelli
  • Philosophy 101 by Socrates (2002) — Pengantar filsafat melalui Apologi Plato
  • How to Win the Culture War (2002)
  • Three Approaches to Abortion (2002)
  • How to Win the Culture War: A Christian Battle Plan for a Society in Crisis (2002)
  • Socrates Meets Jesus (1987/2002) — Dialog Sokratik dengan para mahasiswa Harvard University's Divinity School
  • Catholic Christianity (2001)
  • Prayer for Beginners (2000)
  • Refutation of Moral Relativism (1999) — Dialog-dialog antara relativis dan absolutis
  • The Snakebite Letters (1998) — Rahasia-Rahasia Cerdik untuk Masyarakat Subversif
  • The Journey (1996) — Peta Spiritual untuk Peziarah-Peziarah Modern
  • Ecumenical Jihad: Ecumenism and the Culture Wars (1996)
  • Angels (and Demons): What Do We Really Know About Them? (1995)
  • Shadow-Lands of C.S. Lewis: The Man Behind the Movie (1994)
  • C. S. Lewis for the Third Millennium (1994) — Enam esai tentang Abolition of Man karya Lewis
  • Handbook of Christian Apologetics (dengan Ronald K. Tacelli) (1994)
  • Christianity for Modern Pagans: Pascal's Pensees (1993)
  • Shorter Summa (1993) — Versi pendek dari Summa of the Summa karya Kreeft
  • Back to Virtue (1992)
  • Three Philosophies of Life (1990) — Pengkhotbah (hidup sebagai kesia-siaan), Ayub (hidup sebagai penderitaan), Kidung Agung (hidup sebagai cinta)
  • Summa of the Summa (1990) — Summa Theologica diedit dan dijelaskan untuk para pemula
  • Making Choices: Practical Wisdom for Everyday Moral Decisions (1990)
  • Everything You Ever Wanted To Know About Heaven... But Never Dreamed of Asking (1990)
  • Heaven, the Heart's Deepest Longing (1989)
  • Fundamentals of the Faith, Essays in Christian Apologetics (1988)
  • Making Sense Out of Suffering (1986)
  • For Heaven's Sake: The Rewards of the Virtuous Life (1986)
  • Yes or No? — Straight Answers to Tough Questions about Christianity (1984)
  • The Best Things in Life (1984) — Dua belas dialog Sokratik tentang kehidupan modern
  • The Unaborted Socrates (1983) — Dialog Sokratik tentang aborsi
  • Between Heaven and Hell: (1982) — Dialog dengan John F. Kennedy, C. S. Lewis, dan Aldous Huxley
  • Love Is Stronger Than Death (1979) — Tentang makna kematian dan kehidupan

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Inggris) "Peter Kreeft". Exodus Books. Diakses tanggal 11 December 2014. 
  2. ^ (Inggris) "Kreeft, Peter". Library of Congress. Diakses tanggal 11 December 2014. 
  3. ^ "God vs. Atheism: Which is More Rational?" di YouTube; at 4:12
  4. ^ (Inggris) Twenty Arguments for the Existence of God, Peter Kreeft & Ronald K. Tacelli, Handbook of Christian Apologetics, Intervarsity Press, 1994, ISBN 978-0-8308-1774-0
  5. ^ (Inggris) "Evangelicals and Catholics Together". First Things. May 1994. Diakses tanggal 2016-03-29. 
  6. ^ (Inggris) Peter Kreeft; Ronald Tacelli, Twenty Arguments for the Existence of God, diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-24, diakses tanggal 2017-06-22 
  7. ^ (Inggris) Peter Kreeft (7 April 2014), God vs. Atheism, PragerU, diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-27, diakses tanggal 2017-06-22 
  8. ^ a b c d e f (Inggris) Robert Baraam (1987). Spiritual Journeys:Twenty-Seven Men and Women Share their Faith Experience. Daughters of St. Paul. ISBN 0-8198-6877-9.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)
  9. ^ (Inggris) Boston College professor tackles God's existence - and its proof, Retrieved from PressReader, Ottawa Citizen, March 30, 2007 
  10. ^ (Inggris) Peter Kreeft - Writing and Apologetic, IgnatiusInsight.com, diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-28, diakses tanggal 2017-06-22 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]