Pos

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kumpulan kotak pos di Inkpen Post Box Museum, dekat Taunton, Somerset

Pos adalah bagian dari sistem pos yaitu sebuah metode yang digunakan untuk mengirimkan informasi atau suatu objek, di mana untuk dokumen tertulis biasanya dikirimkan dengan amplop tertutup atau berupa paket untuk benda-benda yang lain, pengirimannya mampu menjangkau seluruh wilayah di dunia. Pada dasarnya, sistem pelayanan pos bisa dilakukan oleh public ataupun private. Namun, sejak pertengahan abad ke 19, sistem per-pos-an secara umum menjadi ranah yang harus dikuasai negara (monopoli) dengan biaya pada artikel prabayar. Bukti dari pembayaran dilihat dari sebuah prangko tempel yang biasa direkatkan di sudut kanan atas, tetapi ongkos permeter juga dikenakan untuk pengiriman massal.

Sistem pos sering kali memiliki fungsi tidak hanya untuk mengirim surat. Dibeberapa negara, Pos Telegraph dan Telephone (PTT) juga memiliki otoritas terhadap sistem telepon dan telegraf, ada juga yang memberikan akses untuk rekening tabungan serta menangani aplikasi untuk pembuatan paspor.

Awal Sistem Pos di Berbagai Negara[sunting | sunting sumber]

Seni komunikasi yang ditulis kemudian dibawa oleh seorang perantara dari satu orang ke tujuannya telah lama ada dan memakan waku yang sangat-sangat lama hingga pesan tersebut sampai kemudian dibalas. Pada tahun 2400 SM, untuk pertama kalinya dikembangkan sebuah sistem pos yang terorganisir dengan menggunakan jasa kurir dalam pertukaran dokumen tertulis di Mesir. Firaun saat itu menggunakan jasa kurir untuk menyebarkan keputusan yang dia buat di wilayah kekuasaannya. Berikut adalah negara-negara yang menurut berbagai sumber merupakan negara yang memiliki sistem pos pertama kali.

Persia[sunting | sunting sumber]

Klaim kredibel yang pertama kalinya untuk perkembangan sistem pos berasal dari Persia kuno walaupun rentang waktunya kadang masih dipertanyakan. Contohnya pada tahun 550 SM, misalnya dikatakan sebagai awal perkembangan sistem pos yang terbaik (saat itu adalah masa pemerintahan raja Cyrus The Great).Sumber-sumber lain ada yang mengatakan tanggal lebih awal untuk sistem pos Asiria dengan kredit yang diberikan kepada Hammurabi (1700 SM) dan Sargon II (7200 SM). Pada saat itu, dokumen / surat mungkin belum menjadi misi utama dari layanan pos saat itu, namun peran dari sistem sebagai alat pengumpulan intelijen didokumentasikan dengan baik, dan layanan tersebut kemudian dinamakan angariae (sebuah istilah yang seiring waktu berubah menjadi istilah yang menandakan suatu sistem dalam pajak). Dalam perjanjian lama (Ester, VIII) disebutkan bahwa Ahasyweros, seorang raja media, menggunakan jasa kurir untuk mengkomunikasikan keputusannya. Di Persia, dalam sistem perposan saat itu kecepatan sudah menjadi salah satu standar yang harus dipenuhi dan diunggulkan. Kurir saat itu menggunakan kuda-kuda yang cepat untuk menembus kegalapan malam, salju, panas, dan berbagai macam medan untuk mengantarkan dokumen kepada yang dituju.

India[sunting | sunting sumber]

Dibawah kekuasaan Dinasti Maurya (322-185 BC), India mencapai perkembangan ekonomi dan stabilitas politik yang membanggakan. Hal ini didorong oleh pembangunan dan pengembangan infrastruktur untuk kepentingan publik. Sebagai contohnya adalah pembangunan ruang-ruang publik, tempat peristirahatan, dan layanan pengantaran pesan. Pengantarannya menggunakan kereta kuda yang dinamakan Dagana.

Roma[sunting | sunting sumber]

Pengiriman dokumen dengan sistem pos pertama di Roma di atur oleh Augustus Caesar (62 BC-AD 14). Pengiriman ini juga diklaim sebagai dokumen pertama yang dikirimkan dengan konsep pelayanan pos. Pelayanannya dinamakan cursus publicus dengan menyediakan jasa angkut ringan dengan kuda cepat bernama rhedoe. Ada juga jasa angkut yang menggunakan gerobak beroda dua yang ditarik oleh sapi bernama biroloe, tetapi pelayanan ini disediakan khusus untuk pemerintahan. Langkah Augustus Caesar dalam mengatur pengiriman dokumen dengan sistem pos tidak hanya mempercepat komunikasi, tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan layanan pos yang lebih luas di masa depan.

Kerajaan Mongol[sunting | sunting sumber]

Sebagai pemimpin bangsa Mongol yang paling kuat, Jenghis Khan mengaplikasikan jaringan pos yang besar beserta kantor pos nya yang tetap bernama Örtöö. Selama Dinasti Yuan di bawah kekuasaan Kublai Khan, sistem ini bertahan dan meliputi territorial China. Kantor pos tidak hanya digunakan untung pengiriman pesan, tetapi juga digunakan untuk pengiriman petugas, angkatan bersenjata, dan sebagainya. Diakhir pemerintahan Kublai Khan, setidaknya di wilayah China saja ada lebih dari 1400 kantor pos, di mana mereka mempunyai 50000 kuda, 1400 kerbau, 6700 keledai, 400 gerobak, 6000 perahu, lebih 200 anjing dan 1150 domba.

Sistem Yang Lain[sunting | sunting sumber]

Sistem pos lain yang pernah ada adalah hasil karya dunia Muslim yang disebut caliph Mu’awiyya. Pelayanannya dinamakan barid, diambil dari nama menara yang dibangun untuk melindungi jalan yang dilalui oleh kurir. Sebelum hingga selama abad pertengahan, merpati rumah digunakan sebagai pengantar surat. Ini didasari oleh perilaku alami hewan ini, di mana ketika dia jauh dari rumah/sarangnya, burung merpati bisa menemukan arah untuk pulang. Pesan kemudian diikatkan pada kaki. Selain merpati, dalam sejarah, pesan juga dikirimkan dengan menggunakan papan seluncur, balon, roket, dan macam-macam alat lainnya.

Transortasi Modern[sunting | sunting sumber]

Sistem pos dalam pengiriman surat sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi transportasi. Teknologi yang paling awal dalam dunia pengantaran surat adalah kereta api. Dengan menggunakan kereta, paket-paket tersebut dibawa melalui jalan darat. Kemudian kelamaan berkembang tidak hanya perjalanan darat saja, tetapi juga melalui udara untuk melayani dokumen yang harus dikirmkan antar pulau, dan kemudian para petugas pos mulai menggunakan truk surat untuk mengumpulkan dokumen.

Pesan Siput[sunting | sunting sumber]

Jika kita berbicara tentang sistem pos, maka kita harus mengenal istilah ini terlebih dahulu. Snail Mail atau pesan siput adalah sebuah retronim yang digunakan untuk menggambarkan proses pengiriman dokumen dengan sistem pos konvensional. Istilah pesan siput digunakan untuk memberikan gambaran lamanya pesan tersebut untuk sampai dan kembali mendapatkan balasan dari si penerima pesan. Istilah pesan siput tidak lagi sering didengar setelah adanya perkembangan teknologi yang diaplikasikan terhadap sistem pengiriman pesan atau biasa kita sebut dengan airmail (pesan udara).

Pos di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Kantor pos Surabaya pada tahun 1870

Sistem pos di Indonesia diatur dan dinaungi oleh suatu perusahaan yang bergerak dibidang jasa bernama Pos Indonesia. Dulu dibangun pada masa penjajahan bangsa Belanda, dinamakan sebagai PTT (Post,Telegraph and Telephone Service) pada tahun 1906. Pada tahun 1995, 6 Juni, PTT berubah nama menjadi Pos Indonesia. Pos Indonesia bekerja atas instruksi pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang No. 6 tahun 1984 tentang Pos dan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1985 tentang Penyelenggaraan Pos menugaskan kepada PT Pos Indonesia (Persero) untuk melaksanakan Kewajiban Pelayanan Umum Bidang Pos.

Dampak perkembangan teknologi[sunting | sunting sumber]

Pos sebagai sistem yang mengatur pengiriman dokumen baik berupa surat ataupun barang mulai berkurang fungsinya dengan adanya pencapaian yang luarbiasa di sektor [[teknologi]]. Dimulai dari munculnya mesin faksimile atau biasa kita sebut dengan faks. Berasal dari kata 'fac simile' (make similar) dalam bahasa latin, yang artinya membuat salinan yang sama dengan aslinya. Dengan menggunakan mesin faks, suatu dokumen tertulis bisa dikirimkan dengan memanfaatkan citra foto. Ditambah lagi dengan masuknya internet, dokumen tertulis (khususnya) yang dikirimkan tidak lagi harus melalui sistem pos. Dengan memanfaatkan fasilitas pesan elektronik, dokumen bisa dikirimkan dengan waktu yang sangat cepat tanpa harus dicetak terlebih dahulu.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  • Peabody, Norman (2003). Hindu Kingship and Polity in Precolonial India. Cambridge University Press. ISBN 0-521-46548-6.
  • Dorn, Harold; MacClellan, James E. (2006). Science and Technology in World History: An Introduction. Johns Hopkins University Press. ISBN 0-8018-8359-8.
  • Aiyangar, Sakkottai Krishnaswami; S. Krishnaswami A. (2004). Ancient India: Collected Essays on the Literary and Political History of Southern India. Asian Educational Services.ISBN 0-8018-8359-8.
  • Prasad, Prakash Chandra (2003). Foreign Trade and Commerce in Ancient India. Abhinav Publications. ISBN 81-7017-053-2.
  • Lowe, Robson M.H. (1951). Encyclopedia of British Empire Postage Stamps ed. 2 hal.5-71. London.
  • Mazumdar, Mohini Lal (1990). The Imperial Post Offices of British India. Calcutta: Phila Publications.
  • Mote, Frederick W.; John K. Fairbank (1998). The Cambridge History of China. Cambridge University Press. ISBN 0-521-24333-5.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]