Lompat ke isi

Produksi beras di Thailand

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Persawahan di Thailand

Produksi beras di Thailand merupakan bagian penting dari ekonomi dan tenaga kerja di Thailand.[1] Pada tahun 2017, nilai total beras Thailand yang diperdagangkan mencapai 174.5 miliar baht, sekitar 12.9 persen dari semua produksi pertanian.[2] Dari 40 persen orang Thailand yang bekerja di pertanian, diperkirakan 16 juta di antaranya adalah petani padi.[3][4]

Thailand memiliki tradisi kuat dalam produksi beras. Memiliki jumlah area tanam padi terbesar kelima di dunia dan merupakan eksportir beras terbesar kedua di dunia.[5] Thailand memiliki rencana untuk meningkatkan lebih lanjut lahan yang tersedia untuk produksi beras, dengan tujuan menambah 500,000 hektar ke daerah yang sudah tumbuh seluas 9.2 juta hektar.[6][7] Separuh dari lahan pertanian Thailand dikhususkan untuk padi.[8]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Country Profile: Thailand" (PDF). Library of Congress. Washington DC: Federal Research Division. Jul 2007. Diakses tanggal 2015-01-10. 
  2. ^ Wipatayotin, Apinya (4 November 2018). "Finding ways to beat farm debt". Bangkok Post. Diakses tanggal 4 November 2018. 
  3. ^ "The Rice Mountain". The Economist. 2013-08-10. Diakses tanggal 30 September 2016. 
  4. ^ Blake, Chris; Suwannakij, Supunnabul (23 November 2016). "Thai Junta Flip-Flop on Populism Too Late for Suffering Farmers". Bloomberg. Diakses tanggal 23 November 2016. 
  5. ^ "Thailand wants rice top spot back". Investvine. 2013-02-01. Diakses tanggal 2013-02-14. 
  6. ^ "Rice strain is cause of comparatively low productivity." The Nation 16 April 2008. 2 February 2009 [1]. Diarsipkan August 31, 2009, di Wayback Machine.
  7. ^ Ghosh, Nirmal (2008-02-24). "Thailand to set aside more land for farming". Straits Times. Diakses tanggal 1 November 2017. 
  8. ^ Poapongsakorn, Nipon; Chokesomritpol, Phunjasit (2017-06-30). "Agriculture 4.0: Obstacles and how to break through". Thailand Development Research Institute (TDRI). Diakses tanggal 15 September 2017.