Lompat ke isi

Pteridophyte Phylogeny Group

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pteridophyte Phylogeny Group (terjemahan bebas Kelompok Filogeni Paku-pakuan) atau PPG, adalah kelompok botaniwan sistematika antarbangsa informal yang menggarap konsensus di bidang klasifikasi tumbuhan paku (Lycopodiopsida dan Polypodiopsida) melalui penghimpunan berbagai hasil penelitian kekerabatan tumbuhan berdasarkan filogeni. Publikasi pertama dikeluarkan pada tahun 2016, dan biasa dijuluki sebagai sistem "PPG I". Artikel publikasi tersebut melibatkan 94 penulis (26 orang utama dan 68 orang pembantu).[1]

Sebagai sistem konsensus pertama, PPG I dibuat pada tahun 2016 dan mencakup hanya tumbuhan paku yang extant (masih hidup di bumi, belum punah). Sistem klasifikasinya, berbeda dari sistem APG, masih mendasarkan pada peringkat takson, menggunakan takson kelas (Classis), anakkelas (Subclassis), bangsa (Ordo), anakbangsa (Subordo), suku (Familia), anaksuku (Subamilia), dan marga (Genus).[1]

Klasifikasi dibuat berdasarkan filogeni konsensus, dan berikut penyajjian sampai aras Bangsa (Ordo).[1]

Tracheophyta
Lycopodiopsida

Lycopodiales

Isoëtales

Selaginellales

Euphyllophyta
Polypodiopsida
Equisetidae

Equisetales

Ophioglossidae

Psilotales

Ophioglossales

Marattiidae

Marattiales

Polypodiidae

Osmundales

Hymenophyllales

Gleicheniales

Schizaeales

Salviniales

Cyatheales

Polypodiales

tumbuhan berbiji

Bangsa Polypodiales, yang sangat luas cakupannya, dibagi menjadi dua anakbangsa ditambah dengan suku yang tidak ditempatkan pada salah satu anakbangsa:[1]

Polypodiales

suku Saccolomataceae, Cystodiaceae, Lonchitidaceae, dan Lindsaeaceae

suku Pteridaceae

suku Dennstaedtiaceae

eupolypods

anakbangsa Aspleniineae (eupolypods II)

anakbangsa Polypodiineae (eupolypods I)

Klasifikasi hingga aras anaksuku

[sunting | sunting sumber]

Sampai dengan aras anaksuku, klasifikasi PPG I adalah sebagai berikut.[1]

  • Bangsa Lycopodiales DC. ex Bercht. & J.Presl (1 suku, 16 marga)
  • Kelas Polypodiopsida Cronquist, Takht. & W.Zimm. (11 orders, 48 Suku, 319 marga)
  • Anakkelas Equisetidae Warm. (1 Bangsa, 1 Suku, 1 marga)
  • Bangsa Equisetales DC. ex Bercht. & J.Presl (1 Suku, 1 marga)
  • Anakkelas Marattiidae Klinge (1 Bangsa, 1 Suku, 6 marga)
  • Anakkelas Polypodiidae Cronquist, Takht. & W.Zimm. (7 bangsa, 44 Suku, 300 marga)
  • Anakbangsa Lindsaeineae Lehtonen & Tuomist (3 Suku, 9 marga)
  • Anakbangsa Pteridineae J.Prado & Schuettp (1 Suku, 53 marga)
  • Anakbangsa Aspleniineae H.Schneid. & C.J.Rothf (11 Suku, 72 marga)

Kontroversi tentang banyaknya marga

[sunting | sunting sumber]

PPG I dikritik karena dianggap terlalu banyak menggunakan nama genus (337 genus, dengan 18 genus likofita dan 319 genus paku).[1] Dua sistem moderen sebelumnya yang diajukan, dan sistem Christenhusz & Chase (2014) masing-masing memberikan 274 sampai 312 marga paku diusulkan oleh sistem Smith et al. (2006) [2] dan 5 marga likofita dan sekitar 212 marga paku.[3] Yang terakhir bahkan mengurangi banyaknya marga paku menjadi 207 pada publikasi lanjutan.[4]

The number of genera used in each of these two approaches has been defended by their proponents. Defending PPG I, Schuettpelz et al. (2018) argue that the larger number of genera is a result of "the gradual accumulation of new collections and new data" and hence "a greater appreciation of fern diversity and [..] an improved ability to distinguish taxa". They also argue that the number of species per genus in the PPG I system is already higher than in other groups of organisms (about 33 species per genus for ferns as opposed to about 22 species per genus for angiosperms) and that reducing the number of genera as Christenhusz and Chase propose yields the excessive number of about 50 species per genus for ferns.[5] In response, Christenhusz & Chase (2018) argue that the excessive splitting of genera destabilises the usage of names and will lead to greater instability in future, and that the highly split genera have few if any characters that can be used to recognize them, making identification difficult, even to generic level. They further argue that comparing numbers of species per genus in different groups is "fundamentally meaningless".[4]

  1. ^ a b c d e f PPG I (2016), "A community-derived classification for extant lycophytes and ferns", Journal of Systematics and Evolution, 54 (6): 563–603, doi:10.1111/jse.12229 
  2. ^ Smith, Alan R.; Pryer, Kathleen M.; Schuettpelz, Eric; Korall, Petra; Schneider, Harald & Wolf, Paul G. (2006), "A Classification for Extant Ferns", Taxon, 55 (3): 705–731, doi:10.2307/25065646, JSTOR 25065646 
  3. ^ Christenhusz, Maarten J. M. & Chase, Mark W. (2014), "Trends and concepts in fern classification", Annals of Botany, 113 (4): 571–594, doi:10.1093/aob/mct299alt=Dapat diakses gratis 
  4. ^ a b Christenhusz, Maarten J. M. & Chase, Mark W. (2018), "PPG recognises too many fern genera", Taxon, 67 (3): 481–487, doi:10.12705/673.2alt=Dapat diakses gratis 
  5. ^ Schuettpelz, Eric; Rouhan, Germinal; Pryer, Kathleen M.; Rothfels, Carl J.; Prado, Jefferson; Sundue, Michael A.; Windham, Michael D.; Moran, Robbin C. & Smith, Alan R. (2018), "Are there too many fern genera?", Taxon, 67 (3): 473–480, doi:10.12705/673.1alt=Dapat diakses gratis