Lompat ke isi

Revisionisme sejarah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dalam historiografi, istilah revisionaisme sejarah mengidentifikasikan re-interpretasi catatan sejarah. Biasanya, revisionisme sejarah menantang pandangan ortodoks yang dipegang oleh para cendekiawan profesional tentang sebuah peristiwa sejarah, atau memperkenalkan bukti baru, atau berisi motivasi dan keputusan dari orang-orang yang terlibat. Revisi catatan sejarah merefleksikan penemuan-penemuan fakta, bukti, dan interpretasi baru, yang menghasilkan sebuah sejarah yang direvisi. Dalam kasus dramatis, revisionisme melibatkan pembongkaran nilai-nilai moral lama dari para pahlawan dan musuh.

Versi yang direvisi

[sunting | sunting sumber]

Abad Kegelapan

[sunting | sunting sumber]

Karena teks-teks non-Latin, seperti saga-saga Norse, Gaelik dan Wales telah dianalisis dan ditambahkan kepada kanon pengetahuan tentang periode tersebut dan bukti arkeologi lebih banyak mendatangkan pencerahan, periode yang dikenal sebagai Abad Kegelapan telah menjadi titik dimana beberapa sejarawan tidak lagi meyakini bahwa istilah tersebut layak digunakan. Selain itu, istilah "Kegelapan" kurang diimplikasikan kepada budaya dan hukum, melainkan lebih kepada kurangnya beberapa teks sumber di daratan utama Eropa. Beberapa sarjana modern yang mempelajari era tersebut menghindari sitilah tersebut karena berkonotasi negatif, menganggapnya salah kaprah dan tidak akurat bagi bagian manapun dari Abad Pertengahan.[1][2]

Feodalisme

[sunting | sunting sumber]

Konsep feodalisme telah dipertanyakan. Para sarjana revisionis yang dipimpin oleh sejarawan Elizabeth A. R. Brown menyangkal istilah tersebut.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Snyder, Christopher A. (1998). An Age of Tyrants: Britain and the Britons A.D. 400–600. University Park: Pennsylvania State University Press. hlm. xiii–xiv. ISBN 0-271-01780-5. , for example. This work contains over 100 pages of footnoted citations to source material and bibliographic references (pp. 263–387). In explaining his approach to writing the work, he refers to the "so-called Dark Ages", noting that "Historians and archaeologists have never liked the label Dark Ages ... there are numerous indicators that these centuries were neither "dark" nor "barbarous" in comparison with other eras."
  2. ^ Jordan, Chester William (2004). Dictionary of the Middle Ages, Supplement 1. Verdun, Kathleen, "Medievalism" pp. 389–397. Sections 'Victorian Medievalism', 'Nineteenth-Century Europe', 'Medievalism in America 1500–1900', 'The 20th Century'. Same volume, Freedman, Paul, "Medieval Studies", pp. 383–389.