Revolusi kimia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tabel Afinitas Geoffroy tahun 1718: di bagian atas setiap kolom adalah spesi kimia yang seluruhnya dapat digabungkan dengan spesi di bawahnya. Beberapa sejarawan mendefinisikan tabel ini sebagai permulaan revolusi kimia.[1]

Revolusi kimia, disebut pula sebagai revolusi kimia pertama, merupakan perumusan ulang awal kimia yang berpuncak pada hukum kekekalan massa dan teori pembakaran oksigen. Selama abad ke-19 dan abad ke-20, transformasi ini dipengaruhi oleh karya kimiawan Prancis Antoine Lavoisier ("Bapak Kimia Modern").[2] Namun, karya terbarunya mengenai sejarah kimia modern awal menganggap bahwa revolusi kimia terdiri dari perubahan teori dan praktik kimia secara bertahap yang tumbuh selama dua abad.[3] Revolusi ilmiah berlangsung selama abad ke-16 dan abad ke-17 sementara revolusi kimia berlangsung selama abad ke-17 dan abad ke-18.[4]

Faktor utama[sunting | sunting sumber]

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi revolusi kimia pertama. Pertama, terdapat bentuk-bentuk analisis gravimetri yang muncul dari alkimia serta jenis instrumen baru yang dikembangkan dalam konteks medis dan industri. Dalam pengaturan ini, kimiawan semakin menantang hipotesis yang telah diajukan oleh tokoh-tokoh Yunani kuno. Sebagai contoh, ahli kimia mulai menegaskan bahwa semua struktur terdiri dari lebih dari empat elemen Yunani kuno atau delapan elemen alkimia Pertengahan. Alkimiawan Irlandia, Robert Boyle, meletakkan fondasi bagi revolusi kimia, melalui filosofi korpuskular mekanisnya, yang kemudian sangat bergantung pada teori korpuskular dan metode eksperimental yang merujuk pada era pseudo-Geber.[5]

Faktor-faktor lainnya termasuk teknik eksperimen baru serta penemuan 'udara tetap' (karbon dioksida) oleh Joseph Black pada pertengahan abad ke-18. Penemuan ini cukup penting karena secara empiris membuktikan bahwa 'udara' tidak terdiri dari satu zat saja dan karena telah menjadikan 'gas' sebagai zat eksperimen yang penting. Mendekati akhir abad ke-18, percobaan oleh Henry Cavendish dan Joseph Priestley lebih jauh membuktikan bahwa udara bukanlah unsur namun tersusun dari beberapa gas yang berbeda. Lavoisier juga menerjemahkan nama zat kimia ke dalam bahasa tata nama yang lebih menarik bagi ilmuwan pada abad ke-19. Perubahan tersebut berlangsung dalam suasana ketika revolusi industri menarik minat banyak masyarakat dalam mempelajari dan mempraktikkan kimia. Ketika menggambarkan tugas untuk menciptakan kembali tata nama kimia, Lavoisier berusaha untuk memanfaatkan sentralitas baru kimia dengan membuat klaim yang agak hiperbolis bahwa:[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kim, Mi Gyung (2003). Affinity, That Elusive Dream: A Genealogy of the Chemical Revolution (dalam bahasa Inggris). MIT Press. ISBN 978-0-262-11273-4. 
  2. ^ The First Chemical Revolution Diarsipkan April 26, 2009, di Wayback Machine.–the Instrument Project, The College of Wooster
  3. ^ Matthew Daniel Eddy; Seymour Mauskopf; William R. Newman (2014). "An Introduction to Chemical Knowledge in the Early Modern World". Osiris. 29: 1–15. doi:10.1086/678110. 
  4. ^ Matthew Daniel Eddy, Seymour Mauskopf and William R. Newman (Eds.) (2014). Chemical Knowledge in the Early Modern World. Chicago: University of Chicago Press. 
  5. ^ Ursula Klein (Juli 2007). "Styles of Experimentation and Alchemical Matter Theory in the Scientific Revolution". Metascience (dalam bahasa Inggris). Springer. 16 (2): 247–256 [247]. doi:10.1007/s11016-007-9095-8. ISSN 1467-9981. 
  6. ^ Jaffe, B. (1976). Crucibles: The Story of Chemistry from Alchemy to Nuclear Fission (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-4). New York: Dover Publications. ISBN 978-0-486-23342-0. 

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]