Sejarah Rusia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Monumen Millennium of Russia di Veliky Novgorod (diresmikan pada 8 September 1862)
Negara-negara bangsa Rusia Abad Pertengahan sekitar tahun 1470, yaitu Novgorod, Tver, Pskov, Ryazan, Rostov dan Moskow.
Perluasan dan perubahan wilayah Kadipaten Agung Moskow, Ketsaran Rusia dan Kekaisaran Rusia dari abad ke-14 hingga ke-20
Lokasi RSFS Rusia di dalam Uni Soviet pada tahun 1956–1991

Sejarah Rusia dimulai dengan sejarah bangsa Slavia Timur.[1][2] Waktu spesifik dimulainya sejarah Rusia adalah dengan pemberdirian negara bangsa Rus' di utara pada tahun 862, diperintah oleh bangsa Varangia.[3][4] Pada tahun 882, Pangeran Oleg dari Novgorod merebut Kiev, menyatukan tanah di utara dan selatan bangsa Slavia dengan satu pemerintahan, memindahkan pusat pemerintahan ke Kiev pada akhir abad ke-10, dan mempertahankan otonomi untuk wilayah utara dan selatan. Negara tersebut mengadopsi Kekristenan dari Kekaisaran Bizantium pada tahun 988, memulai perpaduan antara budaya Bizantium dan Slavia yang kemudian menentukan budaya Rusia selama seribu tahun berikutnya. Rus' Kiev sebagai sebuah negara akhirnya hancur akibat invasi oleh Mongol pada tahun 1237–1240. Setelah abad ke-13, Moskow menjadi magnet politik dan budaya untuk menyatukan tanah Rusia. Pada akhir abad ke-15, banyak kepangeranan kecil di sekitar Moskow disatukan dengan Kadipaten Agung Moskow, yang mengambil kendali penuh atas kedaulatannya sendiri di bawah Ivan yang Agung.

Ivan yang Mengerikan mengubah Kadipaten Agung menjadi Ketsaran Rusia pada tahun 1547. Namun, kematian tanpa sebab putra Ivan, Feodor I pada tahun 1598 menyebabkan krisis suksesi dan mengakibatkan Rusia mengalami periode kekacauan dan perang saudara yang dikenal sebagai Time of Troubles, berakhir dengan pelantikan Michael Romanov sebagai Tsar pertama dari dinasti Romanov pada tahun 1613. Selama sisa abad ketujuhbelas, Rusia menyelesaikan eksplorasi dan penaklukan Siberia, mengklaim tanah hingga sejauh Samudra Pasifik pada akhir abad. Di dalam negeri, Rusia menghadapi berbagai pemberontakan oleh beragam kelompok etnis di bawah kekuasaan mereka, seperti oleh pemimpin Cossack bernama Stenka Razin, yang memimpin pemberontakan pada tahun 1670–1671. Pada 1721, setelah Perang Besar di Utara, Tsar Peter yang Agung mengganti nama negara menjadi Kekaisaran Rusia; ia juga dikenal karena menjadikan St. Petersburg sebagai ibukota baru Kekaisaran tersebut, dan karena telah memperkenalkan budaya Eropa Barat ke Rusia. Pada 1762, Rusia berada di bawah kekuasaan Catherine yang Agung, yang kembali melanjutkan kebijakan pembaratan oleh Peter yang Agung, dan mengantarkan ke era Pencerahan Rusia. Cucu dari Catherine, Alexander I, berhasil memukul mundur invasi oleh Kaisar Prancis Napoleon, membawa Rusia pada status sebagai salah satu kekuatan besar.

Pemberontakan petani meningkat pada abad kesembilanbelas, yang berpuncak dengan penghapusan perbudakan di Rusia oleh Alexander II pada tahun 1861. Di dekade berikutnya, upaya reformasi seperti reformasi Stolypin pada tahun 1906–1914, konstitusi 1906, dan Duma Negara (1906–1917) berupaya untuk membuka dan meliberalisasi sistem ekonomi dan politik, namun kaisar menolak untuk menghapuskan pemerintahan otokratis dan menolak membagi kekuasaan mereka. Gabungan dari keruntuhan ekonomi, salah urus keterlibatan Rusia dalam Perang Dunia I, dan ketidakpuasan terhadap sistem pemerintahan otokratis memicu Revolusi Rusia pada tahun 1917. Berakhirnya monarki awalnya mengangkat koalisi liberal dan sosialis moderat, namun kebijakan mereka gagal dan menyebabkan Revolusi Oktober. Pada 1922, Rusia Soviet, bersama dengan RSS Ukraina, RSS Byelorusia, dan RSFS Transkaukasia menandatangani Perjanjian Pembentukan Uni Soviet, secara resmi menggabungkan empat republik untuk membentuk negara tunggal Uni Soviet. Dari tahun 1922 hingga 1991 sejarah Rusia pada dasarnya menjadi sejarah Uni Soviet.Templat:Opinion Selama periode ini, Uni Soviet adalah salah satu pemenang dalam Perang Dunia II setelah pulih dari invasi mendadak pada tahun 1941 oleh Jerman Nazi dan kolaboratornya, yang sebelumnya menandatangani pakta non-agresi dengan Uni Soviet. Jaringan negara satelit Uni Soviet di Eropa Timur, yang dibawa ke wilayah pengaruhnya pada tahap akhir Perang Dunia II, membantu negara tersebut menjadi negara adidaya bersaing dengan negara adidaya lain, Amerika Serikat, dan negara-negara Barat lainnya dalam Perang Dingin.

Pada pertengahan tahun 1980an, dengan melemahnya ekonomi dan struktur politik Soviet yang semakin parah, Mikhail Gorbachev memulai reformasi besar-besaran, yang akhirnya mengakibatkan melemahnya partai komunis dan pembubaran Uni Soviet, menyisakan Rusia sendirian dan menandai dimulainya sejarah Rusia pasca-Soviet. Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia berganti nama menjadi Federasi Rusia dan menjadi negara penerus utama dari Uni Soviet.[5] Rusia mempertahankan persenjataan nuklir namun kehilangan status adidayanya. Menghapus perencanaan pusat dan kepemilikan negara atas properti dari era Soviet pada tahun 1990an, kepemimpinan baru, dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin, mengambil alih kekuasaan politik dan ekonomi setelah tahun 2000 dan terlibat dalam kebijakan luar negeri yang tegas. Dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi, Rusia mendapatkan kembali status global sebagai kekuatan dunia. aneksasi Semenanjung Krimea oleh Rusia pada tahun 2014 mengakibatkan sanksi ekonomi yang dilancarkan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. invasi Ukraina oleh Rusia pada tahun 2022 mengakibatkan sanksi yang semakin besar. Di bawah kepemimpinan Putin, korupsi di Rusia dinilai yang terburuk di Eropa, dan kondisi hak asasi manusia di Rusia telah banyak dikritik oleh pengamat internasional.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "History of Russia – Slavs in Russia: from 1500 BC". Historyworld.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 March 2006. Diakses tanggal 14 July 2016. 
  2. ^ Hosking, Geoffrey; Service, Robert, ed. (1998). Russian Nationalism, Past and Present. Springer. hlm. 8. ISBN 9781349265329. 
  3. ^ Grey, Ian (2015). Russia: A History. New Word City. hlm. 5. ISBN 9781612309019. 
  4. ^ Ketola, Kari; Vihavainen, Timo (2014). Changing Russia? : history, culture and business (edisi ke-1.). Helsinki: Finemor. hlm. 1. ISBN 978-9527124017. 
  5. ^ Article 1 of the Lisbon Protocol from the U.S. State Department website. Diarsipkan 28 May 2019 di Wayback Machine.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]