Seligi
Seligi
| |
---|---|
Phyllanthus buxifolius | |
Taksonomi | |
Superkerajaan | Eukaryota |
Kerajaan | Plantae |
Divisi | Tracheophytes |
Ordo | Malpighiales |
Famili | Phyllanthaceae |
Genus | Phyllanthus |
Spesies | Phyllanthus buxifolius Blume, 1863 |
Tata nama | |
Sinonim takson | Scepasma buxifolius |
Seligi (Phyllanthus buxifolius) adalah spesies tumbuhan dari Famili Phyllanthaceae. Tanaman ini memiliki nama latin Phyllanthus buxifolius dengan nama sinonimnya Scepasma bucifolius Bl. Nama Seligi sendiri merupakan nama lokal dari daerah Jawa.[1] Di Bali, tumbuhan ini dikenal dengan nama Kayu Sisih. Tumbuhan ini dipakai sebagai obat Keseleo.
Deskripsi
[sunting | sunting sumber]Tanaman seligi merupakan tanaman menahun berbentuk perdu dengan tinggi 1-1,5 m. Batangnya tegak dan bercabang, berbentuk bulat, berkayu, dengan permukaan kasar dan berwarna cokelat. Daunnya berwarna hijau bertipe majemuk, dengan posisi duduk daun melingkar pada batang, anak daun mengkilap dan bentuk daunnya bulat telur. Panjang daun seligi ialah 1,5–3 cm, lebarnya 1-1,5 cm, dengan ujung daun runcing, pangkal tumpul serta tepian rata. Bunga seligi berwarna kuning, bertipe tunggal menggantung bertangkai dan muncul dari bagian ketiak daun. Benang sari banyak dan pendek, berwarna kuning, putiknya tidak jelas, bakal buah beruang enam, mahkota berbentuk tabung, dengan ujung mahkota membulat. Buah berbentuk bulat berdiameter 5–10 mm dengan jumlah ruang 5-6. Saat muda buahnya berwarna hijau dan berubah cokelat saat tua. Biji seligi berwarna cokelat dengan bentuk pipih dan ginjal. Akar seligi berjenis tunggang dan berwarna cokelat keputih-putihan.
Khasiat
[sunting | sunting sumber]Daun Phyllanthus buxifolius berkhasiat sebagai obat sendi terkilir dengan cara membalur dan mengurut sendi yang sakit.
Kandungan Kimia
[sunting | sunting sumber]Daun Phyllanthus buxifolius mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 1, halaman 177-178. 2000. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI.