Semenanjung Qatar
Semenanjung Qatar adalah semenanjung kecil yang terletak di Qatar, Jazirah Arab. Manusia purba telah menghuni Semenanjung Qatar sejak periode Paleolitikum. Semenanjung Qatar pernah menjadi bagian dari pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke-16 Masehi. Kemudian pada awal abad ke-20, Semenanjung Qatar dikuasai oleh Inggris tetapi diperintah oleh Wangsa Al-Tsani. Setelah Qatar merdeka dari Inggris dan menjadi negara, wilayah Semenanjung Qatar kemudian sepenuhnya menjadi wilayah negara Qatar dengan Wangsa Al-Tsani sebagai pemerintahnya.
Geografi
[sunting | sunting sumber]Pesisir Perompak
[sunting | sunting sumber]Pesisir Perompak merupakan kawasan pesisir di bagian tenggara Semenanjung Qatar yang menghadap ke Teluk Persia. Wilayahnya mencakup ujung tenggara Qatar ke arah tenggara sepanjang 360 mil ke arah tenggara.[1]
Penghuni
[sunting | sunting sumber]Manusia purba telah menghuni sepanjang pantai di Semenanjung Qatar sejak Zaman Batu. Jejak peninggalan mereka terutama ditemukan di pantai bagian barat Semenanjung Qatar. Salah satu situs tertua yang membuktikannya ialah Situs Asilah. Lokasi Situs Asilah dekat dari Umm Bab. Jarak Situs Asilah dari Dataran Rendah Jebjeb sejauh 12 kilometer arah timur laut. Peninggalan manusia purba ditemukan di Situs Asilah oleh tim arkeolgo dari Denmark dan Prancis. Penemuan mereka berupa beberapa artefak batu yang dipakai untuk membuat senjata dan peralatan berburu. Artefak ini dibuat sekitar 10.000–8.000 SM pada periode Paleolitikum Akhir.[2] Perkakas dari masa Paleolitikum juga banyak ditemukan di Ras Uwainat Ali, Semenanjung Qatar.[3]
Pemerintah
[sunting | sunting sumber]Kesultanan Utsmaniyah
[sunting | sunting sumber]Kesultanan Utsmaniyah menguasai Semenanjung Qatar pada tahun 1507 M. Penguasaan ini dilakukan oleh Piri Reis. Ia mengawali Semenanjung Qatar setelah menangkap pemimpin pasukan Portugis yang berkuasa di Pulau Hormuz. Penangkapan ini terjadi di Selat Hormuz yang menjadi jalur masuk menuju ke Teluk Persia. Ketika pasukan Portugis teralihkan ke Teluk Persia, pangkalan strategis Portugis di Semenanjung Qatar dan Pulau Bahrain direbut oleh Piri Reis dan pasukannya. Kedua wilayah ini dikuasai oleh Piri Reis sebagai perwakilan dari Kesultanan Utsmaniyah. Ketika Piri Reis mencapai usia 90 tahun, ia kembali ke Mesir. Namun, Piri Reis dihukum mati pada tahun 1554 M karena menolak memberikan dukungan kepada Kubad Pasha. Kubad Pasha merupakan salah seorang gubernur Kesultanan Utsmaniyah yang berasal dari Basra.[4]
Inggris
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1331 H, Semenanjung Qatar beralih kekuasaan dari Kesultanan Utsmaniyah ke Inggris. Peralihan ini setelah pihak Kesultanan Utsmaniyah dipaksa menandatangai kesepatan penyerahan kekuasaannya atas Qatar kepada Inggris. Inggris memberikan kekuasaan dalam pemerintahan kepada Wangsa Al-Tsani dengan Abdullah ibnu Qasim sebagai kepala pemerintahan. Namun kekuasaan tertinggi dimiliki oleh Inggris. Wilayah Semenanjung Qatar tetap berlanjut oleh pemerintahan Wangsa Al-Tsani ketika Qatar menjadi negara yang merdeka dari Inggris.[5]
Qatar
[sunting | sunting sumber]Semenanjung Qatar menjadi sebuah negara bernama Qatar. Negara Qatar diperintah dalam bentuk keamiran dan menjadi salah satu negara di Jazirah Arab, Timur Tengah.[6] Wilayahnya Semenanjung Qatar kemudian berbatasan dengan negara Bahrain yang terdiri dari Pulau Bahrain dan 32 pulau kecil lainnya.[7] Semenanjung Qatar juga berbatasan dengan daratan negara Arab Saudi di bagian selatan negara Qatar.[8]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Hitti, Philip K. (2002). History of The Arabs: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. hlm. 947. ISBN 979-3335-97-1.
- ^ Al-Hajri, Ali Ghanim (2020). Qatar di Mata Penjelajah dan Arkeolog. Diterjemahkan oleh Alaidrus, M. G., dan Ulum, B. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 5. ISBN 978-602-06-4670-1.
- ^ Ali, Jawwad (April 2018). Kurnianto, Fajar, ed. Sejarah Arab Sebelum Islam: Geografi, Iklim, Karakteristik, dan Silsilah [al-Mufashshal fî at-Tàrîkh al-'Arab Qabla al-Islâm]. Diterjemahkan oleh Fath, Khalifurrahman. Jakarta: PT Pustaka Alvabet. hlm. 509. ISBN 978-602-6577-24-5.
- ^ al-Azizi, Abdul Syukur (2018). Arifin, Yanuar, ed. Untold Islamic History. Yogyakarta: Laksana. hlm. 411. ISBN 978-602-407-309-1.
- ^ Ibrahim, Q. A., dan Saleh, M. A. (2014). Buku Pintar Sejarah Islam: Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi hingga Masa Kini [Al-Mausû'ah al-Muyassarah fî al-Tarîkh al-Islâmî]. Diterjemahkan oleh Arifin, Zainal. Jakarta: Zaman. hlm. 965. ISBN 978-602-17919-5-0.
- ^ Nihayati, Laily (2010). 10 Juta Rupiah Keliling Qatar dan Umrah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 8–9. ISBN 978-979-22-7180-5.
- ^ Mandryk, Jason (Desember 2013). Operation World: Panduan untuk Mendoakan Semua Bangsa di Dunia. Katalis Media & Literature - Yayasan Gloria. hlm. 222. ISBN 978-602-925-412-9.
- ^ Bastian, Radis (Mei 2015). Utami R., ed. Buku Pintar Terlengkap Sistem-Sistem Pemerintahan Sedunia. Yogyakarta: IRCiSoD. hlm. 34. ISBN 978-602-255-897-2.